Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
2
Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan financial intermediary antara pihak-pihak yang memiliki dana surplus unit dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana deficit unit serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Sebagai industri yang dalam kegiatan
usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat, memelihara tingkat kesehatan dan kinerja bank menjadi penting untuk dilakukan Merkusiwati, 2007.
Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank Sofyan, 2002. Umumnya analis keuangan menggunakan dua indikator untuk
mengukur profitabilitas, yaitu Return on Equity ROE dan Return on Asset ROA. Kedua indikator ini dapat digunakan dalam mengukur besarnya kinerja keuangan pada industri
perbankan. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba operasi, sedangkan ROE mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam
bisnis tersebut Siamat, 2002. S
emakin besar Return On Asset ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik bank tersebut dari segi
penggunaan aset, sehingga dalam penelitian ini digunakan tingkat profitabilitas dengan rasio Return On Asset ROA.
Berikut adalah grafik yang menunjukkan rata-rata per tahun Return On Asset ROA pada bank umum yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.
3 Grafik 1.1
Data Rata-rata per tahun Return On Asset ROA pada bank umum yang go public di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2007-2012.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat besarnya rata-rata Return On Asset ROA pada tahun 2008-2010 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi
pada tahun 2011-2012 Return On Asset ROA cenderung stabil. Hal ini menandakan pada periode 6 tahun yaitu 2007-2012 Return On Asset ROA bergerak fluktuatif.
Besarnya rata-rata per tahun Return On Asset ROA terendah terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 1,67 yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya tahun 2007
sebesar 0,16. Hal ini menandakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 mempengaruhi profitabilitas ROA pada industri perbankan di
Indonesia, akan tetapi keterpurukan ini tidak berlangsung lama, dibuktikan dengan peningkatan Return On Asset ROA pada tahun 2009-2010. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya investor yang menanamkan modalnya di bank, semakin banyak dana yang dihimpun maka dapat dialokasikan pada kegiatan operasional sehingga akan
meningkatkan laba.
1,83 1,67
1,9 2,36
2,21 2,21
0,5 1
1,5 2
2,5
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012
ROA
ROA
4
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas perbankan yang diproxykan dengan Return On Assets ROA, diantaranya adalah ukuran bank size.
Semakin besar ukuran bank akan memperkokoh fundamental perbankan tersebut sehingga dapat mempengaruhi kemampuan bank untuk meningkatkan profitabilitas. Selain ukuran
perusahaan bank dalam meningkatkan profitabilitas Bardosa dan Louri, 2003, ukuran perusahaan juga mempunyai dampak terhadap efisiensi suatu bank Hauner dan Peiris,
2005. Bank yang berukuran besar, biasanya memiliki total aset yang besar. Ukuran bank yang besar memungkinkan bank menyediakan menu jasa keungan yang lebih luas.
Penyediaan menu jasa keuangan yang lebih luas dan adanya kepercayaan nasabah terhadap bank-bank berukuran besar berdampak pada kegiatan operasional bank dalam
melaksanakan fungsi penghimpunan dana. Adanya peningkatan fungsi penghimpunan dana, bank dapat mampu meningkatkan kinerjanya dengan peningkatan profit dan
memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Penelitian Astohar 2009 menyatakan bahwa ukuran perbankan mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap
profitabilitas perbankan yang go public di Indonesia. Sedangkan menurut Hassan dan Bashir 2003 peningkatan ukuran atau total aset dari perbankan dapat menurunkan
profitabilitas sehingga dampak yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi dari perusahaan.
Modal merupakan fondasi awal yang sangat penting untuk diperhatikan apabila suatu entitas ekonomi akan mendirikan usaha. Semakin besar nilai modal yang dimiliki
maka entitas tersebut dapat memulai usahanya dengan baik, seperti melaksanakan kegiatan operasionalnya dan pengembangan skala usahanya, demikian pula dengan perbankan.
Besarnya nilai modal yang dimiliki oleh suatu perbankan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya. Seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk
menyediakan modal minimum atau kewajiban penyediaan modal minimum KPMM.
5
Tujuan ditetapkannya modal minimum bank adalah untuk menutupi kemungkinan timbulnya risko-risiko kerugian dari aktiva yang mengandung risiko. Ketentuan
pemenuhan permodalan minimum bank tercermin pada capital adequacy ratio CAR. Permodalan, dalam hal ini diukur dengan Capital Adequacy Ratio CAR juga
mempunyai peranan terhadap profitabilitas bank. Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada pihak lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank Dendawijaya,
2005. Dengan kata lain, CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyediakan dana yang digunakan untuk aktivitas operasional
bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kreditaktiva produktif yang berisiko dan semakin tinggi
pula profitabilitasnya Werdaningtyas, 2002 dalam Nisa, 2007. Hasil penelitian Astohar 2009 menyimpulkan CAR perbankan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
perbankan di Indonesia. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawardi 2005 yang memberikan hasil bahwa CAR tidak mempunyai
pengaruh terhadap profitabilitas bank. Kemampuan bank dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat tentunya harus
diimbangi dengan banyaknya simpanan yang diperoleh bank. Bank tidak dapat berjalan tanpa adanya penerimaan dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Namun, bank juga
tidak dapat memaksimalkan labanya hanya dengan menerima simpanan dari masyarakat. Apabila jumlah pinjaman yang diberikan kepada masyarakat lebih besar, bank akan
mengalami masalah. Hal ini terjadi apabila terdapat nasabah yang akan mengambil simpanannya sewaktu-waktu, maka bank tersebut tidak akan mampu memenuhinya.
Sebaliknya, apabila jumlah simpanan pada bank jauh lebih besar daripada jumlah
6
pinjaman yang disalurkan kepada masyarakat maka bank tidak akan mampu mengoptimalkan laba yang diterimanya. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara
pinjaman yang disalurkan dengan simpanan yang diterima fungsi intermediasi. Menurut Pasaribu dan Sari 2011 indikator yang digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya
suatu fungsi intermediasi adalah loan to deposit ratio LDR. Loan to Deposit Ratio LDR merupakan faktor penting dalam kelancaran usaha
suatu perusahaan utamanya pada perusahaan perbankan. Kemampuan perusahaan perbankan dalam memberikan kredit kepada nasabah dengan mengandalkan dana pihak
ketiga mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian Astohar 2009 menunjukkan loan to deposit ratio berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Namun penelitian Damayanti 2012 menyimpulkan loan to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan tidak konsistennya hasil penelitian sebelumnya memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judu
l “Analisis Fktor-Faktor Pengaruh Terhadap Profitabilitas Perbankan Go-Public di Indonesia Tahun
2012-2013 Menggunakan Pendekatan ECM ”.