biaya produksi pada proses pembuatan biayanya lebih murah, hal inilah yang mendorong persaingan produsen secara tidak sehat.
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Rohmah 2013 mengenai kandungan Rhodamin B didalam saos, Rohmah mengungkapkan bahwa
hasil penelitian yang dilakukan di desa Blawirejo Kecamatan Kedungpring Lamongan menunjukan bahwa semua sampel saos tomat pentol cilok bakso
tusuk mengandung Rhodamin B. Djarismawati 2004 meneliti Rhodamin B adalah bahan kimia sebagai
pewarna dasar untuk berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan
dengan sifatnya yang berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai
pewarna kertas dan tekstil. Rhodamin B seringkali disalah gunakan untuk pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstick, dan lain-lain.
Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk
pewarna kertas, wol dan sutra.
5.5.1 Hasil Pemeriksaan Rhodamin Secara Kuantitatif
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif pada saos cabai di Laboratorium BiokimiaKimia Bahan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatra Utara Medan menggunakan metode gravimetric dapat diperoleh saos cabe yang positif mengandung Rhodamin B kuantitatif pada saos
cabe diperoleh hasil bahwa didalam 15 sampel yang diperiksa, ternyata ada 8 sampel yang mengandung Rhodamin B sebesar sampel 1 sebesar 0,000196,
Universitas Sumatera Utara
sampel 3 0,000328, sampel 4 0,000516 sampel 5 0,000804, sampel 6 0,001064, sampel 9 0,000848, sampel 10 0,000764, sampel 11
0,000504. Kadar Rhodamin B yang terkandung dalam saos cabai merah cukup tinggi, hal ini dikarenakan makanan tidak boleh mengandung Rhodamin B
meskipun dalam jumlah kecil dan dapat berdampak negative terhadap tubuh manusia.
Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karna sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin
Cl. Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kesetabilan dalam tubuh
dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh.
Jomla 2009 meneliti pengaruh Rhodamin B dalam tubuh dapat menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah.
Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati terjadi akibat makanan yang
mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. Bila
terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi
gejala akut keracunan Rhodamin B.
Mengingat makanan secara langsung masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut, maka makanan dapat secara langsung memberikan pengaruh terhadap
manusia, baik pengaruh positif maupun negative yang dapat membahayakan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Masih banyak masyarakat Indonesia kurang mampu untuk membeli makanan yang bermutu tinggi dan memenuhi persyaratan. Kondisi seperti ini
disebabkan karena makanan yang demikian harganya masih di luar jangkauan dan juga karena pengetahuan mereka yang belum memadai memungkinkan
masyarakat tidak mengetahui akan adanya bahaya, serta pengaruh negative lainya, yang diakibatkan oleh makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Keadaan ini menjadi semangkin parah mengingat masih buruknya kepedulian produsen terhadap keselamatan konsumen.
Jomla 2009 meneliti Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih
banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati terjadi akibat makanan yang mengandung Rhodamin B
dalam konsentrasi tinggi. Terpapar Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN