Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa sumbangan energi sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin laki-laki
lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 19 orang 65,5 sedangkan pada jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap
anjuran kecukupan energi kategori kurang yaitu sebanyak 14 orang 56,0. Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan usia
pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.14 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Usia Sumbangan Energi Sarapan
Jumlah Cukup
Kurang N
N N
4-6 tahun 6
85,7 1
14,3 7
100,0 7-9 tahun
14 58,3
10 41,7
24 100,0
10-12 tahun 10
43,5 13
56,5 23
100,0
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan usia siswa dengan kategori cukup
lebih tinggi pada siswa yang berusia 4-6 tahun yaitu sebesar 85,7, sedangkan sumbangan energi sarapan dalam kategori kurang lebih tinggi pada usia 10-12
tahun yaitu sebesar 56,5.
4.3.4.1 Sumbangan Protein Sarapan
Berdasarkan hasil penelitian, sumbangan protein sarapan pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Sumbangan Protein Sarapan Jumlah
Persentase
Universitas Sumatera Utara
Cukup 40
74,1 Kurang
14 25,9
Jumlah 54
100,0
Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa sumbangan protein sarapan siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar lebih besar dalam kategori
cukup yaitu 74,1, dengan rata-rata memperoleh protein sarapan sebanyak 12,7 gram. Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa, masih ditemui siswa
yang memperoleh protein sarapan kurang dari 15 yaitu sebanyak 14 orang 25,9 terdapat yang hanya mengkonsumsi protein sebanyak 8,5 dari anjuran
konsumsi protein harian 4,2 gram. Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan
jenis kelamin pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.16 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin Sumbangan Protein Sarapan
Jumlah Cukup
Kurang N
N N
Laki-laki Perempuan
24 16
74,1 64,0
5 9
25,9 36,0
29 25
100,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa pada sumbangan protein sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu sebanyak 24 orang 74,1, dan pada jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan terhadap
anjuran kecukupan protein kategori cukup yaitu 16 orang 36,0.
Universitas Sumatera Utara
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan usia pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.17 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Usia Sumbangan Protein Sarapan
Jumlah Cukup
Kurang N
N N
4-6 tahun 6
85,7 1
14,3 7
100,0 7-9 tahun
17 70,8
7 29,2
24 100,0
10-12 tahun 17
73,9 6
26,1 23
100,0
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan usia siswa dengan kategori
cukup lebih tinggi pada siswa yang berusia 4-6 tahun yaitu sebesar 85,7, sedangkan sumbangan energi sarapan dalam kategori kurang lebih tinggi pada
usia 7-9 tahun yaitu sebesar 26,1.
Status Gizi
Status gizi ditentukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur IMTU. Penilaian status gizi diperoleh dari
hasil pengolahan berat badan dan tinggi badan siswa. Distribusi status gizi siswa berdasarkan nilai Z-score yang diperoleh dari Indeks Massa Tubuh menurut Umur
IMTU disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi berdasarkan IMTU Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Status Gizi berdasrkan IMTU Jumlah
Persentase
Normal Kurus
Sangat Kurus 35
12 7
64,8 22,2
13,0
Jumlah 54
100,0
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa berdasarkan IMTU status gizi siswa sebagian besar adalah kategori normal yaitu sebanyak 35 orang 64,8 dengan
nilai Z-score diatas -2 SD, siswa yang mengalami status gizi kurus sebanyak 12 orang 22,2, namun juga masih terdapat siswa yang memiliki tubuh sangat
kurus yaitu sebanyak 7 orang 13,0 dengan nilai Z-score dibawah -3SD, siswa tersebut memiliki tinggi dan berat badan masih dibawah yang ideal untuk anak
usia sekolah.
Tingkat Prestasi Belajar
Tingkat prestasi belajar siswa ditentukan berdasarkan hasil raport bulanan siswa dengan menghitung rata-rata nilai seluruh mata pelajaran yang ada di
raport. N ilai ≥70 masuk dalam kategori „Baik‟ dan jika nilainya 70 masuk dalam
kategori „kurang‟ Kriteria Ketuntasan Minimal SD Negeri 124400 Pematangsiantar, 2016. Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan nilai
rata-rata nilai seluruh mata pelajaran yang ada dalam raport bulanan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19 Distribusi Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Tingkat Prestasi Belajar Jumlah
Persentase
Baik 41
75,9 Kurang
13 24,1
Jumlah 54
100,0
Pada tabel 4.19 menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa sebagian besar adalah kategori baik yaitu sebanyak 41 orang 75,9, sebanyak
41 siswa memiliki nilai rata-rata raport lebih besar dari batas KKM sekolah yaitu
Universitas Sumatera Utara
dengan rata-rata nilai 73,2. Sedangkan terdapat siswa yang memiliki nilai dalam kategori kurang yaitu sebanyak 13 orang 24,1.
Status Gizi Berdasarkan Konsumsi Sarapan Pagi
Konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut.Begitu pula dengan konsumsi sarapan pagi seseorang, ketidakseimbangan
antara asupan sarapan dan kebutuhan atau kecukupan sarapan akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi kurang maupun gizi lebih.Status gizi siswa
meliputi Indeks Massa Tubuh menurut Umur IMTU berdasarkan konsumsi sarapan pagi siswa frekuensi,dan jumlah zat gizi adalah sebagai berikut :
Status Gizi Berdasarkan Frekuensi Sarapan Pagi
Distribusi status gizi IMTU siswa berdasarkan frekuensi sarapan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Frekuensi Sarapan Pagi dengan Status Gizi IMTU Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Frekuensi Sarapan
Status Gizi Jumlah
Normal Kurus
Sangat kurus
N N
N N
Sering 26
68,4 8
21,1 4
10,5 38
100,0 Jarang
9 56,2
4 25,0
3 18,8
16 100,0
Pada tabel 4.20 menunjukkan semua siswa yang sering sarapan pagi lebih banyak yang memiliki status gizi normal. Siswa yang frekuensi sarapannya
dengan kategori sering cenderung memiliki status gizi normal sebanyak 26 orang
Universitas Sumatera Utara
68,4. Siswa yang memiliki frekuensi sarapan dengan kategori jarang memiliki status gizi normal sebanyak 9 siswa 56,2, dan sangat kurus sebanyak 3 siswa
18,8.
Status Gizi Berdasarkan Sumbangan Energi Sarapan Pagi
Distribusi status gizi IMTU siswa berdasarkan sumbangan energi sarapan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.21 Tabulasi Silang antara Sumbangan Energi Sarapan Pagi dengan Status Gizi IMTU Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun
2016
Sumbangan Energi
Sarapan Status Gizi
Jumlah Normal
Kurus Sangat Kurus
N N
N N
Cukup 19 63,3
7 23,3
4 13,3
30 100,0
Kurang 3 56,3
5 25,0
16 18,8
24 100,0
Pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh energi sarapan cukup sebanyak 30 orang dan 19 orang 63,3 diantaranya memiliki
status gizi normal sedangkan siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 4 orang 13,3, sedangkan siswa yang memperoleh energi sarapan kurang
sebanyak 24 orang. Dari seluruh siswa yang memperoleh energisarapan kurang, yang memiliki status gizi normal sebanyak 16 orang 56,3 sedangkan sangat
kurus sebanyak 3 orang 18,8.
Status Gizi Berdasarkan Sumbangan Protein Sarapan Pagi
Distribusi status gizi IMTU siswa berdasarkan sumbangan protein sarapan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.22 Tabulasi Silang antara Sumbangan Protein Sarapan Pagi dengan Status Gizi IMTU Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun
2016
Universitas Sumatera Utara
Sumbangan Protein
Sarapan Status Gizi
Jumlah Normal
Kurus Sangat Kurus
N N
N N
Cukup 26
65,0 9
22,5 5
12,5 40 100,0
Kurang 9
64,3 3
21,4 2
14,3 14 100,0
Pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh protein sarapan cukup sebanyak 40 orang dan 26 orang 65,0 diantaranya memiliki
status gizi normal sedangkan siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 5 orang 12,5, sedangkan siswa yang memperoleh protein sarapan kurang
sebanyak 14 orang. Dari seluruh siswa yang memperoleh protein sarapan kurang, yang memiliki status gizi normal sebanyak 9 orang 64,3 sedangkan sangat
kurus sebanyak 2 orang 14,3.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Konsumsi Sarapan Pagi
Konsumsi sarapan pagi seseorang berpengaruh pada tingkat prestasi belajar orang tersebut, Asupan gizi yang diperoleh akan mempengaruhi
kecerdasan otak, terutama daya ingat anak sehingga dapat mendukung prastasi belajar anak ke arah yang lebih baik. Kebiasaan sarapan pagi pada anak untuk
menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit. Bila tidak sarapan, kadar gula darah turun padahal gula dalam darah merupakan energi utama yang sangat diperlukan
bagi otak. Tingkat prestasi belajar berdasarkan konsumsi sarapan pagi siswa frekuensi,dan jumlah zat gizi adalah sebagai berikut :
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Frekuensi Sarapan Pagi
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan frekuensi sarapan pagi disajikan pada tabel di bawah in:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.23 Tabulasi Silang antara Frekuensi Sarapan Pagi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Frekuensi Sarapan
Tingkat Prestasi Belajar Jumlah
Baik kurang
N N
N
Sering 28
73,7 10
26,3 38
100,0 Jarang
13 81,3
3 18,7
16 100,0
Pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa berdasarkan frekuensi sarapan pagi yang lebih sering melakukan sarapan pagi lebih banyak memiliki tingkat prestasi
belajar yang lebih baik yaitu sebanyak 28 orang 73,7 sedangkan yang memiliki prestasi belajar yang kurang sebanyak 10 siswa 26,3 dari seluruh
siswa yang sering melakukan sarapan pagi. Siswa yang jarang melakukan sarapan pagi memiliki beberapa siswa yang tingkat prestasi belajarnya kurang yaitu
sebanyak 3 siswa 18,7.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Sumbangan Energi Sarapan Pagi
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan sumbangan energi
sarapan pagi disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.24 Tabulasi Silang antara Sumbangan Energi Sarapan Pagi dengan
Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Sumbangan Energi
Sarapan Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah Baik
kurang N
n N
Cukup 25
83,3 5
16,7 30
100,0 Kurang
16 66,7
8 33,3
24 100,0
Pada tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan sumbangan energi sarapan yang cukup lebih banyak siswa yang memiliki tingkat prestasi belajar
Universitas Sumatera Utara
yang baik yaitu sebanyak 25 orang 83,3 dari 30 orang yang memiliki sumbangan energi sarapan yang cukup, sedangkan dari 24 orang dengan
sumbangan sarapan yang kurang hanya 16 orang 66,7 yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan 8 orang 33,3 lagi memilik tingkat prstasi
belajar yang kurang.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Sumbangan Protein Sarapan Pagi
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan sumbangan protein sarapan pagi disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.25 Tabulasi Silang antara Sumbangan Protein Sarapan Pagi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun
2016
Sumbangan Protein
Sarapan Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah Baik
Kurang N
n N
Cukup 30
75,0 10
25,0 40
100,0 Kurang
11 78,6
3 21,4
14 100,0
Pada tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan sumbangan protein sarapan yang cukup, lebih banyak siswa yang memiliki tingkat prestasi
belajar yang baik yaitu sebanyak 30 orang 75,0 dari 40 orang yang memiliki sumbangan energi sarapan yang cukup, sedangkan dari 14 orang dengan
sumbangan protein sarapan yang kurang hanya 11 orang 78,6 yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan 3 orang 21,4 lagi memilik tingkat prstasi belajar yang kurang.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Status Gizi Siswa
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan status gizi disajikan
pada tabel di bawah ini: Tabel 4.26 Tabulasi Silang antara Status Gizi dengan Tingkat Prestasi
Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Status Gizi Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah Baik
Kurang N
n N
Normal 29
82,9 6
17,1 35
100,0 Kurus
7 58,3
5 41,7
12 100,0
Sangat Kurus 5
71,4 2
28,6 7
100,0
Pada tabel 4.26 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan status gizi siswa yang normal lebih banyak siswa yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik
yaitu sebanyak 29 orang 82,9 dari 35 orang yang memiliki status gizi normal, sedangkan dari 7 orang dengan status gizi sangat kurus hanya 5 orang 71,4
yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan 2 orang 28,6 lagi memilik tingkat perstasi belajar yang kurang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
56
BAB V PEMBAHASAN
Konsumsi Sarapan Pagi Siswa Sekolah Dasar
Konsumsi sarapan pagi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran konsumsi sarapan murid sekolah dasar. Konsumsi sarapan pagi siswa
sekolah dasar terdiri dari frekuensi sarapan, jumlah energi dan protein sarapan, serta sumbangan energi dan protein sarapan terhadap kebutuhan gizi harian.
Frekuensi Sarapan Pagi Siswa SD
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada umumnya siswa sekolah dasar sering melakukan sarapan pagi yaitu sebanyak 38
orang 70,4 dengan frekuensi 6-7 kali dalam seminggu. Sarapan dilakukan pada pagi hari sebelum berangkat ke sekolah pukul 07.00 WIB 53,7, dan
sebagian besar siswa sarapan pagi di rumah 96,3. Hal ini dapat diketahui dari hasil kuesioner wawancara sarapan pagi. Sebagian murid ada yang frekuensi
sarapannya 4 kali dalam seminggu , hal ini terjadi karena anak tersebut memang tidak sarapan dari rumah dengan berbagai alasan seperti tidak sempat, dan tidak
selera. Frekuensi sarapan yang lebih sering dilakukan adalah siswa yang berjenis
kelamin perempuan yaitu sebesar 72,0 dan frekuensi yang jarang melakukan sarapan lebih tinggi pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar
31,0, hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan berkaitan dengan jenis kelamin seseorang, perempuan akan lebih sering melakukan sarapan pagi karena
perempuan lebih peduli terhadap kesehatan seperti takut sakit dan tidak malas,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan anak laki-laki lebih sering mengikuti malas untuk tidak sarapan dan lebih tertarik untuk jajan di luar rumah.
Berdasarkan kategori usia, yang melakukan sarapan dengan frekuensi sering lebih tinggi pada usia 4-6 tahun yaitu sebanyak 85,7, hal ini terjadi
karena anak usia 4-6 tahun merupakan anak yang baru masuk sekolah yang masih sangat diperhatikan oleh orang tuanya terutama dalam hal makan pagi sebelum
berangkat kesekolah, selain itu anak usia 4-6 tahun masih lebih mudah untuk diatur makannya tidak memilih-milih makanan.
Penelitian Ratna 2015 menunujukkan bahwa sebagian murid ada yang sarapan 3 kali dalam seminggu, dengan alasan karena anak tersebut memang tidak
sarapan dari rumah dengan alasan tidak sempat, tidak ada yang menyiapkan makanan dan tidak selera. Penelitian Tutik 2013 juga mengatakan dari 52 siswa
sebanyak 22,6 yang tidak memiliki kebiasan sarapan, hal ini disebabkan adanya faktor peran orang tua yang tidak sempat membuatkan sarapan pagi dikarenakan
sibuk dengan pekerjaannya. Jenis makanan sarapan yang paling sering dikonsumsi anak sekolah dasar
pada saat sarapan adalah nasi dan telur ayam hanya sebagian kecil siswa yang meminum susu saat sarapan. Anak yang memiliki frekuensi jarang dalam sarapan
pergi ke sekolah hanya meminum air putih dan mengandalkan jajan ketika jam istirahat sekolah saja.
Seorang anak khususnya anak usia sekolah dasar sangat memerlukan jumlah gizi yang cukup untuk mendukung perkembangan fisik dan otaknya. Anak
usia sekolah dasar harus melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah, hal ini
Universitas Sumatera Utara
sangat penting untuk mendukung segala kegiatannya di sekolah seperti akan membantu meningkatkan konsentrasi anak dalam mengikuti pelajaran.
Jumlah Energi Sarapan Serta Sumbangan Terhadap Anjuran Kecukupan Energi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar sebagian besar adalah kategori cukup
sebanyak 55,6. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi saat sarapan telah memenuhi kebutuhan energi anak tersebut yaitu sekitar 240,0-500
kalori setiap harinya. Namun sumbangan energi terhadap anjuran kecukupan energi dengan kategori kurang juga masih banyak ditemukan yaitu sebanyak
44,4. Kekurangan energi sarapan berdasarakan jenis kelamin pada perempuan dijumpai masih juga tinggi. Kekurangan energi sarapan ini menunjukkan bahwa
porsi makanan dan zat gizi yang dikonsumsi saat sarapan terutama sumber energi masih sedikit sehingga tidak cukup untuk memenuhi 15-30 dari kebutuhan
energi yang dibutuhkan anak usia sekolah dasar. Jumlah energi sarapan dalam kategori cukup lebih tinggi pada anak yang
berusia4-6 tahun yaitu sebesar
85,7, hal ini sejalan dengan frekuensi makan pagi anak sekolah dasar, semakin sering sarapan maka jumlah energi akan terpenuhi dari
makanan tersebut. Jumlah energi sarapan dalam kategori kurang lebih tinggi pada anak usia 10-12 tahun yaitu sebesar 52,2, hal ini karena anak usia tersebut sudah lebih sulit
diajak untuk makan pagi dan lebih tertarik untuk jajan di luar rumah.
Rendahnya asupan zat gizi dapat disebabkan oleh karakteristik perilaku anak, salah satunya dari kebiasaan makan. Aprilia 2013 mangatakan bahwa
sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan gizi diperoleh dari makan pagi. Selain
Universitas Sumatera Utara
dalam pemenuhan kecukupan gizi, sarapan terutama asupan energi dari sarapan juga mempengaruhi konsentrasi belajar anak. Kondisi ini berkaitan dengan
penggunaan glukosa sebagai sumber energi, dimana glukosa akan diangkut dan digunakan sebagai nutrisi otak yang akan memengaruhi daya konsentrasi.
Penelitian Ratna 2015, kekurangan energi sarapan pada anak usia sekolah dasar dapat mengganggu aktivitas anak di sekolah termasuk aktivitas belajar.
Kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan kekurangan gizi pada anak. Keadaan gizi yang kurang akan mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh, terhambatnya proses tumbuh kembang, dan prestasi anak.
Jumlah Protein Sarapan Serta Sumbangan Terhadap Anjuran Kecukupan Protein
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein sarapan siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar sebagian besar adalah kategori
cukup sebanyak 74,1. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi saat sarapan telah memenuhi kebutuhan protein anak tersebut. Namun sumbangan
protein terhadap anjuran kecukupan protein dengan kategori kurang juga masih banyak ditemukan yaitu sebanyak 25,9. Kekurangan protein berdasarkan jenis
kelamin pada laki-laki ditemui masih tinggi. Kekurangan protein sarapan ini menunjukkan bahwa porsi makanan dan
zat gizi yang dikonsumsi saat sarapan terutama sumber protein masih sedikit sehingga tidak cukup untuk memenuhi 15-30 dari kebutuhan protein yang
dibutuhkan anak usia sekolah dasar. Seperti dalam penelitian Tutik 2013 mengatakan terdapatnya asupan dengan katagori kurang dipengaruhi oleh faktor-
Universitas Sumatera Utara
faktor antara lain, jumlah makanan yang dikonsumsi kurang seimbang antara jumlah protein yang masuk dengan jumlah protein yang di keluarkan,ienis
makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kecukupan gizi, tidak teratumya frekuensi makanan setiap harinya.
Sebagai sumber zat pembangun protein berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Memenuhi kebutuhan energi
individual anak, protein disiapkan untuk pertumbuhan dan pemulihan jaringan. Sumber protein yang paling banyak adalah protein hewani yaitu dari ikan, telur
dan ayam. Selain itu susu juga sebagai sumber protein yang cukup banyak menyumbangkan protein bagi tubuh. Bahan makanan nabati yang kaya akan
protein adalah kacang-kacangan. Faktor yang menjadi penyebab anak sekolah tidak tercukupi sumbangan
proteinnya adalah menu dan jumlah makan yang tidak seimbang, karena banyak anak sekolah menu makan pagi nya hanya makan nasi putih dan setengah butir
telur serta jarang meminum susu. Jumlah sarapan yang dikonsumsi tidak cukup untuk kebutuhan anak. Banyak anak sekolah makan sumber protein hewani hanya
dengan porsi kecil, mereka membagi makanannya dengan adik atau kakak nya, tidak penuh satu porsi makanan itu seluruhnya untuknya.
Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa status gizi anak SD Negeri124400 Pematangsiantar berdasarkan IMTU yang paling banyak adalah
kategori normal sebanyak 64,8. Siswa dengan berat badan sangat kurus juga masih dijumpain yaitu sebanyak 13,0.
Universitas Sumatera Utara
Tutik 2013 berpendapat bahwa sebagian subjek penetitian masih mengalami status gizi kurus kemungkinan adanya faktor langsung yaitu terjadinya
infeksi kronis, .asupan makanan dan factor tidak langsung yaitu pengetahuan gizi, dan pendapatan keluarga. Bila tubuh memperoleh cukup asupan gizi dan
digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin. Anak usia sekolah dasar membutuhkan asupan gizi yang baik untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Status gizi adalah gambaran keadaan gizi masa sekarang yang merupakan indikator terhadap baik tidaknya
pemenuhan kebutuhan gizi seseorang. Kebutuhan gizi yang dapat terpenuhi dengan baik maka akan terwujud status gizi yang baik, sedangkan apabila
kebutuhan gizi tidak terpenuhi maka akan menjadi status gizi yang kurang baik. Sesuai dengan menyebutkan untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan
pangan yang mengandung cukup zat gizi dan aman untuk dikonsumsi. Status gizi baik sangat mempunyai peran penting pada anak terutama pada
anak usia SD. Status gizi anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang mempunyai status gizi baik maka akan dapat
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sedangkan anak dengan status gizi kurang, akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya.
Terpenuhi kebutuhan gizi anak sangat baik terutama sebagai sumber tenaga, untuk pertumbuhan, perkembangan, mengganti serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar yang paling banyak adalah
tingkat prestasi dengan kategori baik yaitu sebanyak 75,9 sedangkan dengan kategori kurang sebanyak 24,1. Tingkat prestasi belajar yang diperoleh dalam
penelitian ini dilihat dari hasil raport bulanan siswa setiap mata pelajaran kemudian dihitung rata-rata nilainya untuk mengetahui kategori tingkat
prestasinya. Jika siswa memiliki rata- rata nilai ≥70 dikategorikan baik dan jika
rata-rata nilai 70 dikategorikan kurang. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama
proses belajarnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor gizi yang diperoleh anak. Peningkatan konsentrasi belajar dapat dicapai dengan
berbagai cara, salah satunya adalah sarapan pagi. Seperti dalam penelitian Jumarni 2012 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain status gizi adalah
kebiasaan saarapan pagi pada anak, dimana gizi untuk menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit sangat dipengaruhi oleh sarapan pagi.
Kebiasaan melewatkan sarapan akan berdampak pada fungsi kognitif secara keseluruhan. Gangguan terhadap fungsi kognitif dapat menyebabkan anak berada
dalam keadaan sulit menerima pelajaran yang pada akhirnya mengganggu prestasi belajar siswa di sekolah.
Status Gizi Berdasarkan Konsumsi Sarapan Pagi
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan makan sehari-hari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, karena baik atau buruknya pola makan mengakibatkan baik
atau tidak baiknya status gizi begitupun dengan kebiasaan sarapan pagi. Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan mengakibatkan
penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan anemia gizi bersi Ahmad dkk, 2011.
Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri 124400 Pematangsiantar diperoleh bahwa siswa yang sering melakukan sarapan sebagian besar memiliki status gizi
yang normal sebanyak 68,4 dan memiliki status gizi sangat kurus sebanyak 13,3. Siswa yang jarang melakukan sarapan dengan status gizi normal sebanyak
56,3 , kurus sebanyak 25,0 dan sangat kurus 18,8. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki status
gizi normal sebagian besar berasal dari siswa yang sering melakukan sarapan. Pola makan yang baik dapat mempengaruhi status gizi anak. Kegiatan sarapan
mempengaruhi asupan zat gizi dimana sarapan merupakan suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut, Apabila anak tidak sarapan,
makan kebutuhan gizi pada anak tidak akan optimal. Frekuensi sarapan sering tetapi status gizinya kurus dan sangat kurus ini diduga
disebabkan karena kebiasaan responden yang biasanya pulang sekolah responden biasanya lebih banyak bermain dengan lingkungan sosial, sehingga responden
lupa atau tidak ingin makan lagi. Selain itu responden susah untuk diajak makan siang karena responden selama perjalanan pulang ke rumah memakan jajanan
yang dibeli di sekitar sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian status gizi berdasarkan sumbangan energi sarapan yang diperoleh bahwa siswa dengan konsumsi energi sarapan yang cukup memiliki
status gizi yang normal yaitu sebanyak 63,3, sedangkan yang memiliki status gizi sangat kurus hanya 13,3. Siswa yang konsumsi energi sarapannya kurang
memiliki status gizi normal 56,3 dan yang memiliki status gizi yang sangat kurus sebanyak 18,8.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh juga menunjukkan bahwa siswa yang memiliki status gizi normal sebagian besar berasal dari siswa yang
mengkonsumsi energi sarapan cukup, sedangkan semakin kurang mengkonsumsi energi sarapan maka status gizi siswa yang sangat kurus cenderung lebih besar
pula. Makanan yang dikonsumsi anak pada saat sarapan merupakan sumber
energi utama untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan sarapan yang dilakukan akan mampu memenuhi kebutuhan gizi, sehingga status gizi anak juga
menjadi baik. Penelitian Pertiwi 2014 menyatakan bahwa energi digunakan untuk memelihara fungsi dasar tubuh seperti mencerna, mengolah dan menyerap
makanan alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, dan berktivitas lainnya. Sarapan pagi yang mengandung energi cukup memberikan kontribusi
terhadap intake gizi harian anak sehingga dengan adanya sarapan pagi dapat meningkatkan kualitas dan kecukupan gizi pada anak usia sekolah.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sumbangan energi sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak memiliki kategori cukup yaitu 19 orang 65,5 sedangkan pada jenis
Universitas Sumatera Utara
kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi kategori kurang yaitu sebanyak 14 orang 56,0. Hal ini
menunjukkan bahwa anak laki-laki mengkonsumsi jenis makanan dengan jumlah dan memiliki energi yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Kandungan energi yang dikonsumsi anak perempuan tidak dapat memenuhi 15 dari kecukupan gizi hariannya.
Hasil penelitian status gizi berdasarkan sumbangan protein sarapan yang diperoleh bahwa siswa dengan konsumsi protein sarapan yang cukup cenderung
memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak
65,0
, sedangkan yang memiliki status gizi sangat kurus hanya
12,5
. Siswa yang konsumsi protein sarapannya kurang memiliki status gizi normal
64,3
dan yang memiliki status gizi yang sangat kurus sebanyak
14,3
. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang
mengkonsumsi ptotein cukup dan memiliki status gizi yang normal lebih besar persentasenya daripada siswa yang mengkonsumsi protein kurang dan memiliki
status gizi normal. Sedangkan siswa yang mengkonsumsi protein kurang, lebih besar persentasenya memiliki status gizi kurus dan sangat kurus daripada siswa
yang mengkonsumsi protein sarapan yang cukup. Pengaruh sarapan terhadap status gizi yaitu melalui pemenuhan zat gizi
karena sarapan dapat menyumbangkan zat gizi perarinya. Anak yang tidak sarapan akan berisiko kekurangan zat gizi yang apabila berlangsung lama akan
mempengaruhi status gizi anak tersebut. Gizi kurang dan gizi lebih terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Konsumsi Sarapan pagi
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh oleh masing- masing anak setelah mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan skor atau
nilai. Penelitian prestasi belajar anak diukur dengan menggunakan rata-rata nilai raport bulanan, yang dikategorikan menjadi dua yaitu cukup apabila rata-rata nilai
≥ 70 dan kurang apabila rata-rata nilai 70. Sarapan kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk pemenuhan gizi
seimbang serta dapat memengaruhi daya pikir dan aktivitas anak, sarapan pagi sebaiknya dilakukan setiap hari dengan menu sarapan yang lengkap dan
mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh hingga dapat memberikan nutrisi yang baik untuk kadar gula darah turun padahal gula dalam darah
merupakan energi utama yang sangat diperlukan bagi otak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 124400
Pematangsiantar, diperoleh data yang menunjukkan bahwa siswa yang sering melakukan sarapan pagi cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang baik
sebanyak 73,7, sedangkan yang memiliki tingkat prestasi belajar yang kurang sebanyak 26,3. Tingkat prestasi belajar siswa yang jarang melakukan sarapan
sebanyak 81,3 memiliki tingkat prestasi belajar yang baik, namun juga diperoleh data bahwa jumlah siswa yang jarang melakukan sarapan dengan
tingkat prestasi belajar yang kurang juga masih banyak yaitu sebanyak 18,7. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain
kebiasaan sarapan, diantaranya faktor fisiologis jasmani, faktor psikologis,
Universitas Sumatera Utara
faktor sosial di sekolah dan faktor situasional di sekolah yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmiwati 2014 yang menyatakan bahwa kebiasaan melakukan sarapan pagi sebelum berangkat ke
sekolah akan membantu keseharian anak disekolah setiap harinya, anak akan memperoleh energi yang memberi asupan bagi otak anak sehingga membantu
anak berkonsentrasi hingga memperoleh prestasi yang cukup baik. Hal ini karena dua manfaat sarapan pagi yaitu dapat menyediakan energi
yang siap digunakan, untuk meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk otak dan sarapan juga memberikan kontribusi penting akan zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Hasil penelitian tingkat prestasi belajar berdasarkan sumbangan energi
sarapan menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh sumbangan energi sarapan yang cukup cenderung memiliki tingkat prestasi belajar dengan kategori baik
yaitu sebanyak 83,3 sedangkan yang memiliki tingkat prestasi belajar yang kurang sebanyak 16,7. Siswa yang memperoleh sumbangan energi sarapan yang
kurang cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 66,7, namun perlu diperhatikan bahwa jumlah siswa yang memperoleh
sumbangan energi sarapan yang kurang dengan tingkat prestasi belajar yang kurang juga sangat tinggi yaitu sebanyak 33,3.
Bedasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa jumlah energi yang diperoleh dari sarapan berkaitan dengan tingkat prestasi yang diperoleh
siswa. Semakin terpenuhinya kebutuhan energi sarapan setiap harinya akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan apabila tidak tepenuhinya kebutuhan energi sarapan anak setiap harinya akan mengganggu anak
dalam proses belajarnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat prestasi belajar anak tersebut.
Hasil penelitian tingkat prestasi belajar berdasarkan sumbangan protein sarapan menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh protein sarapan yang cukup
cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 75,0, dan yang memiliki tingkat prestasi belajar yang kurang sebanyak 25,0. Siswa yang
memperoleh sumbangan protein sarapan yang kurang cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 78,6, namun perlu diperhatikan
bahwa jumlah siswa yang memperoleh sumbangan protein sarapan yang kurang dengan tingkat prestasi belajar yang kurang juga sangat tinggi yaitu sebanyak
21,4. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa protein yang diperoleh
dari sarapan anak akan berdampak terhadap fungsi kognitif secara keseluruhan. Gangguan fungsi kognitif pada akhirnya akan mengganggu prestasi belajar siswa
di sekolah.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Status Gizi
Hasil penelitian di SD Negeri 124400 Pematangsiantar menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar dalam kategori baik lebih tinggi berasal dari siswa
yang memiliki status gizi normal yaitu sebesar 82,9, sedangkan yang memiliki tingkat prestasi belajar kurang lebih tinggi berasal dari siswa yang memiliki status
gizi kurus 41,7 dan sangat kurus 28,6.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung
lama, akna menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak dan berakibat terjadi ketidakmampuan otak berfungsi normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan
terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan otak.
Akan tetapi Sunartombs 2009 menyatakan prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi, masih banyak faktor lain yaitu faktor internal yang
terdiri dari faktor intelegensi, minat, keadaan fisik dan psikis dan faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan keluarga, keadaan sekolah dan sumber-sumber
belajar. Muniruddin 2010 menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang
dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar yaitu berasal dari diri orang yang belajar dan ada pula dari luar
dirinya. Namun demikian status gizi sangat penting untuk diperhatikan, karena keadaan gizi seseorang akan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan
seseorang. Hal tersebut bekaitan dengan kelancaran bagi siswa dalam pelaksaan kegiatan belajar yang ada di sekolah. Selain itu, anak usia sekolah dasar
merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan yang relatif pesat baagi seseorang. Untuk itu perhatian orangtua terhadap pemenuhan gizi putra-putrinya
sangat diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Konsumsi sarapan anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar menurut frekuensi sarapan siswa sebagian besar sudah termasuk dalam kategori sering melakukan
sarapan yaitu 5 kali perminggu yang dilakukan sebelum berangkat ke sekolah.
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi harian seperti sumbangan energi dan protein sarapan pada siswa sekolah dasar pada umumnya berada pada
kategori cukup memperoleh energi dan protein dari sarapan.
Status gizi berdasarkan IMTU siswa sebagian besar adalah kategori normal. Siswa yang memiliki status gizi normal cenderung berasal dari siswa yang sering
melakukan sarapan serta memperoleh sumbangan energi dan protein yang cukup terhadap anjuran kecukupan gizi sarapan. Selain itu, siswa yang jarang melakukan
sarapan serta memperoleh sumbangan energi dan protein yang kurang terhadap
anjuran kecukupan gizi memiliki status gizi sangat kurus juga masih ada ditemui.
Tingkat prestasi belajar siswa sebagian besar adalah kategori baik. Siswa yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik cenderung berasal dari siswa yang
sering melakukan sarapan serta memperoleh sumbangan energi dan protein
sarapan yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
Saran
Kepada seluruh siswa diharapkan untuk lebih meningkatkan kebiasaan sarapan
pagi sebelum berangkat ke sekolah.
Kepada setiap orang tua sebaiknya membantu anak agar mau melakukan sarapan
serta membiasakan anak sarapan sebelum berangkat ke sekolah
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sarapan Pagi
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada pagi hari. Sarapan pagi termasuk dalam 10 Pedoman Umum Gizi
Seimbang yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan Gizinet,
2009:5.Dari berbagai sumber, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari. Hal ini berarti sarapan pagi janganlah ditinggalkan. Sarapan pagi berupa makanan
atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi padawaktu pagi hari dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 Khomsan A,
2004:103. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi
sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian 15-30 kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas Hardinsyah 2012 dalam
Perdana, 2013. Bagi anak-anak yang masih sekolah sarapan merupakan sumber energi membekali diri sebelum berangkat ke sekolah, dan energi tersebut
digunakan untuk aktivitas dan belajar di sekolah. Sarapan pagi bagi anak sangatlah penting, karena waktu sekolah merupakan
aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar.Sarapan pagi dapat memberikan dampak positif terhadap kehadiran sekolah yang baik, prestasi
akademik, asupan zat gizi, kebugaran dan berat badan yang sehat Perdana, 2013. Anak-anak
yang tidak
melewatkan waktu
sarapan akan
Universitas Sumatera Utara
mengalami gangguan fisik terutama kekurangan energi untuk beraktifitas. Anak yang tidak sarapan akan mengalami kekurangan energi dan motivasi untuk berak-
tivitas selain itu kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro dapat memberikan dampak terhadap keadaan fisik, mental, kesehatan, dan menurunkan
fungsi kognitif Mhurchu et al. 2010. Dampak lain juga dirasakan pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah
mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Simpanan glikogen yang berasal dari makan malam sudah akan habis 2-4 jam
setelah anak bagun pagi, pada anak yang tidak makan pagi, menipisnya sediaan glokogen otot tidak tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap
normal , tubuh memecah simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah . Jika bantuan pasokan gula darah ini pun akhirnya habis juga, tubuh akan kesulitan
memasok jatah gula daarah ke otak Sintha2001 yang akhirnya mengakibatkan badan gemetar, cepat lelah dan gairah belajar menurun membuat tubuh loyo
Khomsan, 2002. Menurut Almatsier S 2009:295, sarapan pagi yang mengacu pada gizi seimbang
dengan pemberian makanan memenuhi zat-zat sebagai berikut: Sumber zat energitenaga seperti padi-padian, tepung-tepungan, umbi-
umbian,sagu, dan pisang. Sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan.
Sumber zat pembangun seperti ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya tempe, tahu, oncom.
Universitas Sumatera Utara
Rendahnya asupan zat gizi dapat disebabkan oleh karakteristik perilaku anak, salah satunya dari kebiasaan makan. Sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan
gizi diperoleh dari makan pagi Aprilia,2013
Manfaat Sarapan Pagi
Sarapan pagi bermanfaat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh dalam proses fisiologis
Sarapan pagi dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, meningkatkan produktivitas kerja, untuk memelihara kebugaran jasmani atau ketahanan fisik,
membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran Kadarzi, 2009:6.
Sarapan pagi diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk dipergunakan 2 jam pertama pagi hari sebelum waktunya makanan kecil kira-kira pukul 10.00
akan meningkatkan lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah digunakan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat sarapan : Memberi energi untuk otak
Sarapan pagi yang baik akan meningkatkan kadar gula darah , dengan kadar gula darah yang terjamin optimal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa
lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. 2.
Meningkatkan asupan vitamin Sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang
diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat
Universitas Sumatera Utara
gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh Khomsan, 2010
3. Meningkatkan daya ingat
Tidur semalaman membuat otak kelaparan, jika tidak medapatkan glukosa yang cukup pada saat sarapan, maka fungsi otak atau memori dapat terganggu. Dalam
penelitian Bagwel 2008 nilai rata-rata yang lebih tinggi terdapat pada kelompok dengan kebiasaan sarapan yang rutin daripada kelompok dengan kebiasaan
sarapan yang tidak rutin.
Jenis Makanan Sarapan
Dalam penelitianAprilia 2013 makan pagi harus memiliki kualitas makanan serta pilihan sumber makanan yang terbaik serta memenuhi sebanyak 20-35 dari
kecukupan energi harian yang dinyatakan oleh Giovannini 2008 atau seperempat kalori sehari yang dinyatakan oleh Judarwanto 2008, tepat komposisinya,
jumlahnya serta waktu pemberian Pollitt dan Mathews, 1998. Berdasarkan Depkes 2014 jenis makanan untuk sarapaan terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman dalam jumlah yang seimbang atau dapat disusun dan dipilih sesuai dengan keadaan.
Hasil penelitian yang dikutip oleh Kusumaningsih 2007 menunjukkan bahwa jenis hidangan yang biasa dikonsumsi untuk sarapan anak sekolah umumnya
terbatas pada makanan pokok saja atau jenis hidangan lainnya adalah makanan jajanan.
Berikut disajikan daftar kandungan gizi beberapa jenis makanan sarapan pada table 2.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Sarapan per 100 Gram Makanan Sarapan
Energi Kal Protein g
Beras Mie
Ayam goreng Abon
Telur dadar Burger
Kornet Sosis
Tahu
Tempe 335
339 300
212 251
276 241
452
68 149
6,2 10,0
34,0 18,0
16,0 12,8
16,0 14,5
7,8 18,3
Sumber : Khomsan 2010
Sepuluh jenis makanan yang paling populer sebagai sarapan anak 6 —12 tahun adalah nasi putih,
telur ceplokdadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mi instan, nasi goreng, sayuran tumis, tahu goreng, serta roti dan turunannya. Nasi putih merupakan makanan yang paling
banyak populer paling tinggi tingkat partisipasi konsumsinya saat sarapan. Sebanyak 28.5 anak usia sekolah 6-12 tahun mengonsumsi nasi putih sebagai pangan sarapan mereka.
Seperti yang telah banyak diketahui bahwa nasi merupakan pangan pokok masyarakat Indonesia, oleh karena itu hal tersebut menjadi sangat wajar dan untuk sarapan, masyarakat pada umumnya
mengonsumsi nasi putih dengan lauk yang mudah disiapkan seperti telur ayam yang diceplok, tempe goreng, tahu goreng, dan lainnya. Rata-rata jumlah nasi yang dikonsumsi saat sarapan oleh
anak sebanyak 149.19 g satu piring dalam satuan rumah tanggaURT atau jika dikonversi dalam bentuk kalori maka nilainya yaitu 266 kkal Hardiansyah Muhm. Aries, 2012.
Akibat tidak Sarapan Pagi
Seseorang tidak sarapan berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Ada banyak akibat yang terjadi
jika seseorang tidak sarapan pagi yaitu badan terasa lemah karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga, tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
pagi hari dengan baik, kebugaran jasmani atau ketahan fisik yang rendah, bagi anak sekolah yang tidak sarapan pagi tidak dapat berpikir dengan baik dan malas,
orang dewasa hasil kerjanya menurun Kadarzi, 2009:6. Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan anemia gizi besi Ahmad dkk, 2011.
Pada anak yang tidak sarapan, menipisnya ketersediaan glikogen otot tidak tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap normal, tubuh memecah
simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah. Jika bantuan pasokan gula darah ini habis juga, tubuh akan kesulitan memasok jatah gula darah ke otak.
Akibatnya anak bisa menjadi gelisah, bingung, pusing, mual, berkeringat dingin, kejang perut bahkan bisa sampai pingsan. Ini merupakan gejala hipoglikemia atau
merosotnya kadar gula darah Ratnawati, 2001. Kerugian lain jika tidak ada asupan makanan di pagi hari yaitu dapat memicu
kadar insulin lebih tinggi dalam darah. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus dapat menjadi cikal bakal penyakit diabetes.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sarapan Anak
Di Indonesia, menurut Khomsan 2005 alasan banyaknya anak yang tidak biasa sarapan sebelum berangkat ke sekolah adalah karena tidak tersedia pangan untuk disantap, pangan tidak menarik,
jenis pangan yang disediakan monoton membosankan, tidak cukup waktu waktu terbatas karena harus berangkat pagi.
Universitas Sumatera Utara
Di perkotaan tidak sarapan seringkali disebabkan kesibukan ibu bekerja, dan waktu yang amat terbatas dipagi hari karena harus segera meninggalkan rumah. Bagi orang tua, khususnya ibu,
masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak adalah sulitnya membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan 59, sulit mengajak anak untuk sarapan 19, sulit meminta anak
menghabiskan sarapan 10, dan kuatir anak telat sekolah 6 Hardinsyah et al. 2012.
2.1.5 Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah