91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini, yaitu:
1. Current ratio dan Debt ratio secara serempak berpengaruh signifikan terhadap
financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia..
2. Current ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Debt ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial
distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan
property dan
real estate
sebaiknya lebih
memperhatikan nilai debt ratio dan current ratio yang merupakan hasil signifikan terhadap financial distress dengan terus memperbaiki dan
mempertahankan kinerja yang baik. 2.
Memperbesar sampel penelitian, tidak hanya terbatas pada perusahaan property dan real estate, tetapi juga perusahaan-perusahaan lainnya seperti
perusahaan jasa serta sector-sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
92
3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel-variabel lain
yang mempengaruhi financial distress atau dengan menggunakan rasio keuangan lainnya.
4. Tidak semua perusahaan property dan real estate yang menyediakan laporan
keuangan yang dipublikasikan pada tahun 2011 sampai dengan 2014 dan jumlah perusahaa setiap tahunnya berubah-ubah. Oleh sebab itu pada
penelitian selanjutnya diharapkan mendapatkan informasi yang lengkap dari setiap tahun periode penelitian.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dan dianalisa dengan menggunakan suatu analisa keuangan yang disebut analisa rasio keuangan. Untuk
mendapatkan keadaan tentang perkembangan kinerja perusahaan, perlu diadakan interprestasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan dan data tersebut tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi
untuk pengambilan keputusan. Menurut Hanafi 2009:105 laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang
semuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan Periode penerbitan laporan keuangan pada umumnya diterbitkan setiap tahun operasi atau
lebih dikenal dengan laporan keuangan tahunan financial statement. Menurut Harahap 2010: 121 bahwa laporan keuangan memiliki pengertian sebagai
berikut: Sarana Pengkomunikasian Informasi keuangan utama kepada pihak-pihak
diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang kuantitatif dalam menilai moneter atau satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi
dan kewajiban dari sutu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi untuk mengubah sumber daya dan kewajiban.
Universitas Sumatera Utara
19
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit. Untuk menyediakan informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan. Untuk menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, Klaim terhadap sumber daya tersebut dan
perubahaan di dalamnya. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik, serta pihak-pihak lain termasuk investor di dalamnya. Oleh karena itu, interprestasi terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Khususnya bagi para calon
investor yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sebagai alat analistik dalam rangka penetuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Apakah
perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan ataukah akan memberikan kerugian di masa yang akan datang. Jadi pengertian
Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami rugi selama dua tahun berturut-turut dan Non Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami
laba selama dua tahun berturut-turut.
2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis laporan keuangan financial statement yang sering disajikan ada 4 empat yaitu :
1. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu misalnya sebulan atau setahun.
Universitas Sumatera Utara
20
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode tertentu.
3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama peroide waktu tertentu.
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1.
Mudah dipahami Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya. Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya
dengan wajar. 2.
Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi dari laporan keuangan di katakan
Universitas Sumatera Utara
21
memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang secara wajar di harapkan dapat di sajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan trend posisi dan kinerja
keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan
laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.
2.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihakpihak yang berkepentingan.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan
Universitas Sumatera Utara
22
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan
keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut
baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan
dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam analisis, analisa juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend
tertentu dalam laporan keuangan. 2.
Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bias dan biasa dipakai sebagai pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk
perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam industri.
3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan
analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode untuk mencari trend-trend tertentu dapat
menggunakan: analisis common- size dengan jalan menghitung tiap-tiap
Universitas Sumatera Utara
23
rekening dalam laporan labarugi dan neraca, serta dapat menggunakan analisis rasio.
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty dalam Saragih 2010 antara lain :
a sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
masalah lainnya. b
sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasI ataumerger, c
sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa datang,
d sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Ada beberapa jenis analisa yang
dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, yaitu:
a. Analisa Internal
Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang
terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga
menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.
b. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan
calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa
Universitas Sumatera Utara
24
memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja
perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.
c. Analisa Horizontal Analisa Dinamis
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain
mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode
dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.
d. Analisa Vertikal Analisa Statis
Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick”
tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”.
Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
“arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
25
dua macam data keuangan. Menurut Riyanto 2010:329, analisa rasio keuangan
dapat dilakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang present ratio dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu ratio historis atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama. 2.
Membandingkan rasio-rasio
dari suatu
perusahaan rasio
perusahaancompany ratio dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio industri rasio rata-rata rasio standard
untuk waktu yang sama. Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto
2010:331 penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut: a.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu: 1. Rasio lancar current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar kewajiban Lancar.
2. Rasio cepat quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
Universitas Sumatera Utara
26
menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancer diluar persediaan.
3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva working capital to total assets ratio menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang
terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancer kewajiban lancar. b.
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang
termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya: 1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam
dalam persediaan. 4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana
efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
c. Rasio Laverage atau Solvabilitas Rasio laverage atau solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-
Universitas Sumatera Utara
27
kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya:
1. Rasio hutang debt ratio mengukur sejauhmana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 2.
Rasio kewajiban terhadap modal debt to equity ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri. 3.
Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau
dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar
total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar. 5.
Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan
lancar. d.
Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk
Universitas Sumatera Utara
28
meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.
2. Margin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan. 3. Margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan
penjualan. 4. Return On Investment ROI mencerminkan kemampuan manajemen
dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
e. Rasio Pasar Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan. Disamping itu, analisis rasio juga memiliki keterbatasan. Menurut Harahap 2010:298 keterbatasan analisis rasio adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau
subjektif
Universitas Sumatera Utara
29
b. Nilai yang tekandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan cost bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias
diterapkan bebeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah variable rasio
keuangan yang sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Altman 1968, yaitu: 1.
Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva jangka
pendek. Modal kerja kotor didefisinikan sebagai total aktiva lancer perusahaan, sedangkan modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar
dikurangi dengan hutang lancar. 2.
Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana sendiri. Besarnya laba ditahan
dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi sumber dana. Rasio ini mengukur keuntungan yang telah diperoleh mulai dari
Universitas Sumatera Utara
30
perusahaan dioperasionalkan. Semakin kecil rasio menunjukkan kecilnya peranan laba ditahan dalam bentuk dana perusahaan.
3. Rasio EBIT terhadap Total Aktiva
EBIT merupakan laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi pajak dan bunga. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya EBIT
perusahaan dengan menggunakan total aktivanya. 4.
Nilai Buku Modal terhadap Nilai Buku Hutang Nilai buku perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan
nilai pasarnya. Nilai buku hutang merupakan biaya historis dari aktiva fisik perusahaan. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini maka perusahaan
akan dapat dikatakan semakin buruk kondisinya.
2.1.5.1 Current Ratio Rasio Lancar 2.1.5.1.1 Pengertian Current Ratio Rasio Lancar
Current ratio Rasio Lancar menurut kasmir 2008:134 merupakan “rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.’’ Masih menurut kasmir dalam halaman yang sama, ia menyatakan
bahwa rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.
Menurut Kuswadi 2005:78 rasio lancar merupakan “perbandingan antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek bias dipakai
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya.’’
Universitas Sumatera Utara
31
Menurut Brigham dan Houston dalam Leon F Lbn Batu 2011 “rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar.’’ Current
ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa
menghadapi kesulitan. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Unsur
yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan hutang jangka pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus mencari current ratio atau rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut Kasmir 2008:135 dari hasil pengukuran rasio apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar
utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin.
2.1.5.2 Komponen Current Ratio Rasio Lancar 2.1.5.2.1 Current Assets Aktiva Lancar
Menurut Kasmir 2008:134 pengertian Current Assets atau aktiva lancar merupakan “ harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat
maksimal satu tahun.’’ Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat
Universitas Sumatera Utara
32
berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Aktiva lancar menurut Kieso dalam bukunya Akuntansi Intemediate yang diterjemahkan oleh Emil Salim 2002:220 menyebutkan bahwa “kas dan aktiva
lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu silus operasi, tergantung mana yang paling
lama.’’ Aktiva lancar menurut Munawir 2004:117-119 yang termasuk dalam
kelompok aktiva lancar adalah sebagai berikut: a
Kas: meliputi uang tunai,cek,simpanan dibank yang dapat di ambil setiap saat
b Investasi jangka pendek: berupa obligasi, saham, deposito bank, investasi
jangka pendek ini disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau harga pasar mana yang lebih rendah.
c Piutang wesel: tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam suatu wesel atau perjanjian yang dalam undang-undang. d
Piutang dagang: tagihan kepada pihak lain sebagai akibat dari adanya penjualan barang secara kredit.
e Persediaan: barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal
neraca masih di gudang atau belum terjual. f
Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima: penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan
jasanya tetapi b elum diterima pembayarannya’
Universitas Sumatera Utara
33
g Biaya yang dibayar di muka: pengeluaran untuk memperoleh jasa dari
pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, jasa pihak lain tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada
periode lainnya.
2.1.5.2.2 Current Liabilities Hutang Lancar
Menurut Kasmir 2008:134- 135, hutang lancar merupakan “kewajiban
perusahaan jangka pendek maksimal satu tahun.’’ Artinya hutang ini harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen hutang lancar
terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, hutang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah
hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya. Menurut Munawir 2004:18 defe
nisi hutang lancar adalah “kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan pembayarannya dilakukan dalam jangka
pendek satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,”
Mengacu pada Munawir utang lancar meliputi antara lain: a
Hutang dagang: Hutang yang disebabkan pembelian barang dagang secara kredit.
b Hutang Wesel: Hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan
pembayaran pada waktu tertentu di masa yang akan dating. c
Hutang pajak: meliputi pajak perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang akan di setor ke kas negara.
Universitas Sumatera Utara
34
d Biaya yang harus dibayar: Biaya- biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya. e
Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo: Hutang jangka panjang telah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dibayar.
f Penghasilan diterima dimuka: Kewajiban yang disebabkan perusahaan
menerima pembayaran terlebih dahulu tetapi penyerahan barang atau jasa belum dilaksanakan.
2.1.5.3 Debt to Assets Ratio Debt Ratio 2.1.5.3.1 Pengertian Debt Ratio
Menurut Kasmir 2008:156 debt ratio merupakan “rasio hutang yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.’’ Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahanan dibiayai oleh
hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Menurut Darsono 2005:54, Debt to asset ratio yaitu “ rasio total
kewajiban terhadap asset.’’ Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa
mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukan peningkatan dari risiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar semua kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
35
Sedangkan menurut Lukman 2007:54 debt ratio merupakan “pengukuran
jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.’’
Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut Kasmir 2008:156 dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang
dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh hutang. Standart pengukuran untuk mengukur baik
tidaknya rasio perusahaan digunakan rasio rata-rata industri sejenis.
2.1.5.3.2 Komponen Debt to Assets Ratio Debt Ratio 2.1.5.3.2.1 Total Assets
Pengertian aktiava tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum
dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak
paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Menurut Djarwanto dalam kutipan Kaerudin 2010:9 pengertian aktiva
adalah sebagai berikut “aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas
kekayaan atau jasa yang di miliki perusahaan yang bersangkutan.”
Universitas Sumatera Utara
36
Menurut Hanafi dalam kutipan Kaerudin 2010:9 pengertian aktiva adalah “sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh perusahaan.”
Sedangkan menurut Priatma 2010:36, harta aktiva adalah “keseluruhan sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas
usahanya.’’ Klasifikasi yang umum berlaku untuk harta adalah: 1.
Harta Lancar Current Assets 2.
Harta tetap Fixed Assets 3.
Harta Tidak Berwujud Intangible Assets
2.1.5.3.2.2 Total Liabilities
Menurut Hendrikson yang dialibahasakan oleh Wibowo Seperti dalam kutipan Suvryanatha, 2009:25-26 mendefinisikan kewajiban Liabilities sebagai
“kewajiban ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.” Sedangkan menurut Priatna 2010:38 kewajiban atau utang adalah
“kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak di luar perusahaan
akibat transaksi di masa lalu.” Sering juga dikatakan bahwa kewajiban atau utang ini merupakan modal yang berasal dari pihak di luar perusahaan.
Klasifikasi kewajiban diatur berdasarkan urutan jatuh temponya meliputi: 1.
Kewajiban jangka pendek Current Liabilities 2.
Kewajiban jangka panjang Long term liabilities
Universitas Sumatera Utara
37
2.1.6. Prediksi Financial Distress
Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Ferbianasari 2012 menyimpulkan bahwa financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas
operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar seperti hutang dagang atau beban bunga dan perusahaan terpaksa melakukan
tindakan perbaikan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau
struktur perusahaan. Informasi financial distress ini dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan tindakan
secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Menurut Riyanto 2001:315 faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu
perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1.
Sebab Intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendir, yang meliputi:
a Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi:
1 Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang kuat bagi perusahaan
2 Adanya current liabilities yang terlalu besar diatas current assets 3 Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad-debts piutang
tak tertagih 4 Kesalahan dalam dividen-policy
5 Tidak cukupnya dana-dana penyusutan b
Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi: 1 Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan yaitu antara lain:
Universitas Sumatera Utara
38
a. Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan b. Kesalahan dalam penentukan produk yang dihasilkan
c. Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan 2 Kurang baiknya struktur organisasi
3 Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan 4 Adanya manajerial incompetence
a. Kesalahan dalam policy pembelian b. Kesalahan dalam policy produksi
c. Kesalahan dalam policy marketing d. Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan
2. Sebab Ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar
perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau control dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain:
a. Adanya persaingan yang hebat b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan
c. Turunnya harga-harga, dan lain sebagainya. Menurut Almilia dan Kristijadi 2003, prediksi financial distress Perusahaan
merupakan perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi :
1. Pemberian pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress
mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan
kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
Universitas Sumatera Utara
39
2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu inestor ketika
akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah. Predisksi financial distress juga sangat penting bagi pemerintah
dalam antitrust regulation. 5.
Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan
akan menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan. Sehingga
dengan adanya prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan den otomatis juga dapat menghindari biaya
langsung dan biaya tidak langsung dari kebangkrutan .
2.1.7 Indikator terjadinya financial distress
Menurut Poster 1968 terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan :
1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
40
2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial,
struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain
sebagainya. 3.
Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan
4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasitunggal
atas suatu kombinasi dari variabel keuangan.
2.1.8. Analisis Kebangkrutan Model Alman Z-Score
Menurut Syahyunan 2015:116- 118 “Kebangkrutan merupakan kondisi
dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. ” Kondisi ini
biasanya tidak begitu saja muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
keuangan di analisis secara cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan perusahaan.
Alman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan dengan Z-score nya. Z-Score merupakan suatu persamaan multivariabel yang digunakan oleh
alman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Alman menggunakan model statistic yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah Multiple
discriminant analysis MDA. MDA mulai digunakan pada penelitian biologi di tahun 1930-an. Pada
MDA sampel dibagi kedalam dua kelompok, dalam hal ini adalah perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini berbeda denga regresi
berganda biasa yang mencampur kedua sampel.
Universitas Sumatera Utara
41
Sebelum melakukan analisis kebangkrutan perlu disadari bahwa dalam setiap model selalu terdapat kemungkinan salah prediksi dan perbedaan tingkat
akurasi. Sulit untuk berharap ada alat prediksi dengan akurasi 100. Adapun Z-Score yang terus mengalami perubahan yaittu:
1. Z-Score Asli
Z-Score asli pertama sekali dirumuskan oleh Alman dengan latar belakang, antara lain:
1 Sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik.
2 Perusahaan beralokasi di Amerika.
3 Dirumuskan tahun 1968.
4 Jumlah sampel 66 perusahaan, terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33
perusahaan tidak bangkrut. Junlah rasio yang dipilih adalah 22 buah. Dari jumlah sampel tersebut
kemudian hanya dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkolerasi dengan kebangkrutan. Versi pertama dari Z-Score yang asli dapat dilihat pada
table dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Alman Z-Score
Z=1,2 X + 1,4 X
+ 3,3 X + 0,6 X
+ 1,0 X Working CapitalTotal Asset
Retained EarningTotal Asset EBITTotal Asset
Market Value of Equitybook value of debt
SalesTotal Asset Score
Kondisi 2,99
Tidak Bangkrut 1,81-2,99
Daerah Kelabu 1,81
Bangkrut Sumber: Syahyunan 2015:117
Universitas Sumatera Utara
42
Keterangan: a
Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b
Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. c
Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2.
Z-Score Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat
digunakan bagi perusahaan publik dan manufaktur, kemudian Alman mengembangkan dua varian dari Z-
Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score. Z’-Score ditunjukan untuk perusahaan non publik Private dengan cara merumuskan
kembali rasio yang digunakan yaitu menghilangkan market value of equity dan menggantinya dengan
book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel yang berbeda membuat hasil akhir rumus Z’-Score menjadi berbeda dengan Z-Score Asli.
Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Alman Z
’-Score
Z= 0,717 X + 0,847 X
+ 3,107 X + 0,420 X
+ 0,998 X Working CapitalTotal Asset
Retained EarningTotal Asset EBITTotal Asset
Market Value of Equitybook value of debt
SalesTotal Asset Score
Kondisi 2,90
Tidak Bangkrut 1,23-2,90
Daerah Kelabu 1,23
Bangkrut Sumber: Syahyunan 2015:117
Keterangan:
a Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
b Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.
Universitas Sumatera Utara
43
c Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
3. Z”-Score
Varian terakhir adalah Z”-Score. Pada model terakhir ini rasio sales to total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran
perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang
emerging market , yaitu Mexico. Z”-Score merupakan rumus yang paling
fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private.
Tabel 2.3 Tabel Klasifikasi Alman Z
’-Score
Z= 6,25 X + 3,26 X
+ 6,72 X + 1,05 X
Working CapitalTotal Asset Retained EarningTotal Asset
EBITTotal Asset Book value og equity Book value of
debt Score
Kondisi 2,60
Tidak Bangkrut 1,1-2,60
Daerah Kelabu 1,1
Bangkrut Sumber: Syahyunan 2015:117
Keterangan:
a Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
b Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.
c Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
2.1.9. Manfaat Prediksi Financial Distress
Menurut Harnanto 1984 : 483-484 menyatakan bahwa, prediksi financial distress suatu perusahaan memberikan manfaat bagi beberapa pihak anatara lain:
Universitas Sumatera Utara
44
1. Bagi Investor
Informasi adanya prediksi financial distress memberi masukan dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan menanamkan modal
mereka atau menghentikan penanaman modal mereka ke perusahaan. 5.
Bagi Pemerintah Prediksi financial distress dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan
dibidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang berhubungan antara pemerintah dan perusahaan.
6. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan
Informasi akan adanya kemungkinan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk
menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan
pemberian pinjaman. 7.
Bagi Pelaksana Pasar Modal Bapepam Prediksi akan terjadinya kesulitan keuangan dan kebangkrutan suatu
perusahaan diperlukan untuk memutuskan dapat atau tidaknya suatu.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 2.4 Review Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1 Ahmad
Khaliq, et.al
2014 Identifying
Financial Distress Firms:
A Case Study of
Malaysia’s Government
Linked Companies
GLC 1.
Current Ratio 2.
Debt Ratio 3.
Alman Z-core Regresi
Linear Berganda
1. Current
Ratio Berpengaruh
Signifikan Terhadap
Financial Distress
2. Debt Ratio Tidak
berpengaruh signifikan
terhadap financial distress
2 Yuanita
2010 Prediksi
Financial Distress Dalam
Industri Textile dan Garment
1. Working
Capital to
Total Assets. 2.Retained
Earnings to
Total Assets 1.
Earnings Before Interest
and Taxes to Total
Assets 2.
Book Value of Equity to Book
Value of Debt Sales Total
Assets 3.
Rasio Keuangan
Regresi Linear
Berganda 1.
Rasio Likuiditas Memiliki
Pengaruh yang signifikan
terhadap Financial
Distress
2. Rasio
Solvabilitas Leverage
Memiliki Pengaruh yang
signifikan terhadap
Financial Distres
3 Ali
Abusalah dan
Ng Kim-Soon
2012 Using Altmans
Model and
Current Ratio to Assess
the Financial Status
of Companies
Quoted In the Malaysian Stock
Exchange 1.
Current Ratio 2.
Financial Distress
Alman Z”-
score Regresi
Logistik 1.
Current Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap financial distress
4 Hazem dan
Al-Horani 2012
Predicting Financial
Distress of
Companies Listed in Amman
Stock Exchange 1.
Rasio Keuangan 2.
Financial Distress Alman
Z”-score Regresi
Linear berganda
1. Current Ratio
berpengaruh terhadap
financial distress
2. Debt
ratio berpengaruh
terhadap financial
distress
Universitas Sumatera Utara
46
Lanjutan Tabel 2.4 Review Penenlitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
5 Liana dan
Sutrisno 2014
Analisis Rasio Keuangan
untuk Memprediksi
Kondisi Financial
Distress Perusahaan
Manufaktur. 1.
Working Capital to Total Assets.
2. Retained
Earnings to Total Assets
3. Earnings Before
Interest and
Taxes to Total Assets
4. Book Value of
Equity to Book Value of Debt
Sales Total Assets
5. Rasio Keuangan
Likuiditas, Leverage,
aktivitas, rentabilitas
Regresi Linear Berganda
4. Rasio Likuiditas
tidak memiiki
pengaruh terhadap
Financial Distress
atau dengan kata lain
likuiditas tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan dalam
menentukan perubahan
variabel Financial
Distress
5. Rasio solvabilitas
tidak memiiki
pengaruh terhadap
Financial Distress
atau dengan kata lain
solvabilitas tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan dalam menentukan
Variabel Financial
Distress
6. Imam
Mas’ud dan Srengga
2011 Analisis Rasio
keuangan untuk
memprediksi kondisi
financial distress
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek
indonesia. 1.
Rasio keuangan likuiditas,
leverage, rentabilitas,
aktivitas
2. Financial Distres
Alman Z”-
Score Regresi Linear
berganda 1.
Current Ratio tidak
berpengaruh signifikan
terhadap financial distress.
2. Debt ratio tidak
berpengaruh signifikan
terhadap financial distress.
Universitas Sumatera Utara
47
Lanjutan Tabel 2.4 Review Penelitian Terdahulu
No Nama
PenelitiT ahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
7 Debby
2012 Analisis Rasio
Keuangan dalam
Memprediksi Kondisi
Financial Distress
Perusahaan Property dan
Real Estate di Bursa Efek
Indonesi 1.
Rasio Keuangan Likuiditas,
Leveage, Aktivitas,
Rentabilitas
2. Financial
distress Alman Z-score
liniar probability
method, logit model, dan
probit model. 1.
Rasio Likuiditas
yang merupakan
current ratio memiliki
pengaruh positif
terhadap kondisi
financial distress
. artinya
semakin besar nilai current
ratio, semakin besar
kemungkinan perusahaan
mengalami financial
distress. Current ratio
tidak berpengaruh
signifikan dalam
memprediksi financial
distress.
2. Rasio
Leverage yang
merupakan debt ratio
memiliki pengaruh
2.3. Kerangka Konseptual