39
2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu inestor ketika
akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
4. Pemerintah. Predisksi financial distress juga sangat penting bagi pemerintah
dalam antitrust regulation. 5.
Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan
akan menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan. Sehingga
dengan adanya prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan den otomatis juga dapat menghindari biaya
langsung dan biaya tidak langsung dari kebangkrutan .
2.1.7 Indikator terjadinya financial distress
Menurut Poster 1968 terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan :
1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
40
2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial,
struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain
sebagainya. 3.
Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan
4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasitunggal
atas suatu kombinasi dari variabel keuangan.
2.1.8. Analisis Kebangkrutan Model Alman Z-Score
Menurut Syahyunan 2015:116- 118 “Kebangkrutan merupakan kondisi
dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. ” Kondisi ini
biasanya tidak begitu saja muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
keuangan di analisis secara cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan perusahaan.
Alman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan dengan Z-score nya. Z-Score merupakan suatu persamaan multivariabel yang digunakan oleh
alman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Alman menggunakan model statistic yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah Multiple
discriminant analysis MDA. MDA mulai digunakan pada penelitian biologi di tahun 1930-an. Pada
MDA sampel dibagi kedalam dua kelompok, dalam hal ini adalah perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini berbeda denga regresi
berganda biasa yang mencampur kedua sampel.
Universitas Sumatera Utara
41
Sebelum melakukan analisis kebangkrutan perlu disadari bahwa dalam setiap model selalu terdapat kemungkinan salah prediksi dan perbedaan tingkat
akurasi. Sulit untuk berharap ada alat prediksi dengan akurasi 100. Adapun Z-Score yang terus mengalami perubahan yaittu:
1. Z-Score Asli
Z-Score asli pertama sekali dirumuskan oleh Alman dengan latar belakang, antara lain:
1 Sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik.
2 Perusahaan beralokasi di Amerika.
3 Dirumuskan tahun 1968.
4 Jumlah sampel 66 perusahaan, terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33
perusahaan tidak bangkrut. Junlah rasio yang dipilih adalah 22 buah. Dari jumlah sampel tersebut
kemudian hanya dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkolerasi dengan kebangkrutan. Versi pertama dari Z-Score yang asli dapat dilihat pada
table dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Alman Z-Score
Z=1,2 X + 1,4 X
+ 3,3 X + 0,6 X
+ 1,0 X Working CapitalTotal Asset
Retained EarningTotal Asset EBITTotal Asset
Market Value of Equitybook value of debt
SalesTotal Asset Score
Kondisi 2,99
Tidak Bangkrut 1,81-2,99
Daerah Kelabu 1,81
Bangkrut Sumber: Syahyunan 2015:117
Universitas Sumatera Utara
42
Keterangan: a
Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b
Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. c
Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2.
Z-Score Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat
digunakan bagi perusahaan publik dan manufaktur, kemudian Alman mengembangkan dua varian dari Z-
Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score. Z’-Score ditunjukan untuk perusahaan non publik Private dengan cara merumuskan
kembali rasio yang digunakan yaitu menghilangkan market value of equity dan menggantinya dengan
book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel yang berbeda membuat hasil akhir rumus Z’-Score menjadi berbeda dengan Z-Score Asli.
Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Alman Z
’-Score
Z= 0,717 X + 0,847 X
+ 3,107 X + 0,420 X
+ 0,998 X Working CapitalTotal Asset
Retained EarningTotal Asset EBITTotal Asset
Market Value of Equitybook value of debt
SalesTotal Asset Score
Kondisi 2,90
Tidak Bangkrut 1,23-2,90
Daerah Kelabu 1,23
Bangkrut Sumber: Syahyunan 2015:117
Keterangan:
a Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
b Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.
Universitas Sumatera Utara
43
c Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
3. Z”-Score
Varian terakhir adalah Z”-Score. Pada model terakhir ini rasio sales to total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran
perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang
emerging market , yaitu Mexico. Z”-Score merupakan rumus yang paling
fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private.
Tabel 2.3 Tabel Klasifikasi Alman Z
’-Score
Z= 6,25 X + 3,26 X
+ 6,72 X + 1,05 X
Working CapitalTotal Asset Retained EarningTotal Asset
EBITTotal Asset Book value og equity Book value of
debt Score
Kondisi 2,60
Tidak Bangkrut 1,1-2,60
Daerah Kelabu 1,1
Bangkrut Sumber: Syahyunan 2015:117
Keterangan:
a Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
b Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.
c Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
2.1.9. Manfaat Prediksi Financial Distress