24 a
Sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber- sumber daya, dan
b Sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam
mengomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
Dari definisi para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan permainan manajerial untuk memanipulasi laporan keuangan dengan
mengatur besar kecilnya laba perusahaan demi kepentingan pribadi. Manajemen akan memberikan informasi yang terbaik tentang prospek laba masa depan kepada investor.
Dengan memberikan estimasi yang baik pada kekuatan laba maka akan dapat meningkatkan nilai pasar saham.
2.2 Good Corporate Governance
Good corporate governance adalah tata kelola perusahaan yang menyangkut masalah akuntanbilitas dan tanggung jawab untuk memastikan perilaku yang baik dan
melindungi kepentingan saham. Sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para
pemegang saham. Kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, asas GCG yaitu, transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas, indenpendensi serta kewajaran dan
kesetaraan yang diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha sustainability perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan stakeholders.
Universitas Sumatera Utara
25 a.
Transparansi Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. b.
Akuntanbilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemegang kepentingan lain. Akuntanbilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
d. Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independensi sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e.
Kewajaran dan Kesetaraan
Universitas Sumatera Utara
26 Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asa kewajaran dan kesetaraan.
Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka :
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. e.
Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
2.2.1 Kepemilikan Manajerial
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
27 manajerial managerial ownership. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen
akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase
saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari
keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai
pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.
2.2.2 Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam good corporate governance karena bertugas menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Karakteristik
dewan komisaris secara umum dan khususnya dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba melalui peranan dewan komisaris dalam
melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen. Proporsi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap
hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi
Universitas Sumatera Utara
28 dewan komisaris yang terdiri dari anggota luar perusahaan mempunyai kecenderungan
mempengaruhi manajemen laba Boediono, 2005.
2.2.3 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris adalah jumlah seluruh anggota komisaris yang berasal dari internal dan eksternal perusahaan yang melakukan pengawasan terhadap direksi
dalam menjalankan perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang relatif kecil dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan dalam memonitor manajer. Jumlah dewan
komisaris yang terlalu besar tidak dapat berfungsi secara optimal dan akan lebih mudah dikontrol oleh manajer, terutama karena dewan komisaris sendiri disibukkan oleh
masalah koordinasi. 2.2.4 Komite Audit
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, Komite Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat
meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit.
Komite audit merupakan suatu badan yang dibawah komisaris yang sekurang- kurangnya minimal satu orang anggota komisaris dan dua orang ahli yang bukan
merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada
komisaris atau dewan pengawas Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP –
103MBU2002. Jadi dapat disimpulkan komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris dalam rangka membantu tugas dan fungsinya yang anggotanya minimal satu
Universitas Sumatera Utara
29 orang dan dua orang ahli yang berasal dari pegawai BUMN yang bersangkutan yang
bersifat mandiri dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggungjawab langsung kepada dewan komisaris.
2.3 Penelitian Terdahulu