78
4. HASIL UJI AUTOKORELASI Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .557
a
.310 .278
1.48500 1.228
a. Predictors: Constant, KA, PDK, KM, UDK b. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
5. HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
3.950 1.038
3.807 .000
KM -.115
.085 -.135
-1.361 .177
.811 1.233
PDK .498
.251 .201
1.990 .050
.778 1.285
UDK -.389
.098 -.418
-3.954 .000
.711 1.407
KA -.206
.228 -.092
-.900 .371
.758 1.319
a. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
6. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Universitas Sumatera Utara
79
7. HASIL KOEFISIEN DETERMINASI R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .557
a
.310 .278
1.48500 a. Predictors: Constant, KA, PDK, KM, UDK
b. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
8. HASIL UJI PARSIAL UJI T Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 3.950
1.038 3.807
.000 KM
-.115 .085
-.135 -1.361
.177 PDK
.498 .251
.201 1.990
.050 UDK
-.389 .098
-.418 -3.954
.000 KA
-.206 .228
-.092 -.900
.371 a. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
9. HASIL UJI SIMULTAN UJI F ANOVA
b
Model Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 86.214
4 21.554
9.774 .000
a
Residual 191.854
87 2.205
Total 278.068
91 a. Predictors: Constant, KA, PDK, KM, UDK
b. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Universitas Sumatera Utara
69
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Yanivi dan Sylvia Veronica. “Corporate Governance, Information Asymetris,
An Earnings Management”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2 No. 1 Juli, 2004.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Teori Akuntansi, Edisi 5 Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, halaman 74-75.
Chtourou, SM., Jean Bedard. dan Lucie Courteau. “Corporate Governance and Earnings
Management”, Working Paper, Universite Laval, Quebec City, Canada, April, 2001.
Dian, Agustia, 2013. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 15 Nomor 1 Hal 27-42.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Gideon SB Boediono, 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI. Herawaty, Vinola, 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November, Hal 97-108. I Guna, Welvin dan Arleen Herawaty, 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 12, No. 1,
April. Hal 53-68. Jao, Robert, 2011. “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing, Volume 8 Nomor 1 Hal 1-94.
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP – 103MBU2002.
Klein, April. “Audit Committee, Board Of Director Characteristics and Earnings Management”, diakses tanggal 17 Oktober 2009, dari
www.srrn.com Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia”, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
70 Kristiani, Kadek Emi, Ni Luh Gede Erni Sulindawati dan Nyoman Trisna Herawati,
2014. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI ”, Jurusan Akuntansi Program S1, Volume : 2, No. 1.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan, 2007, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”, Artikel Ilmiah
Dalam Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK.
”Tentang Penyajian Laporan Keuangan
”, No. 1. 2009, diakses tanggal 13 Desember 2009, dari http:hardijma.wordpress.com
Scott, William R. 2011. Financial Accounting Theory. Six Edition . Canada: Person Prentice Hall.
Silaen, Maruli Junifer, 2014. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2011-
2013”, Skripsi. Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Simamora, Nurleni, 2011. “Analisa Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
BEI”, Skripsi. Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Situmorang, Syafrizal Helmi, Muslich Lufti, 2015. ANALISIS DATA Untuk Riset Manajemen dan Bisnis Edisi Ketiga, USU Press, Medan.
Sulistyanto, S. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Empiris. PT. Gramedia. Jakarta. Ujiyantho, Muh. Arief Bambang Agus Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate
Governance, dan Kinerja Keuangan Studi Pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur, Artikel Ilmiah dalam Simposium Nasional Akuntansi X,
Makassar. Widiatmaja, Bayu Fatma, 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Gorvenance Terhadap
Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja
Universitas Sumatera Utara
71 Keuangan Studi Pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-
2008”, Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Xie, Biao. “Earnings Management And Corporate Governance: The Roles Off The Board And The Audit Committee”, diakses tanggal 14 Nopember 2009, dari
www.srrn.com
www.idx.co.id
Universitas Sumatera Utara
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan basic research penelitian dasar dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan melakukan pengujian hipotesis yang didukung
dengan uji statistik. Metode yang digunakan adalah kausalitas yaitu menguji pengaruh variabel-variabel bebas atau independen terhadap variabel terikat atau variabel dependen.
3.2 Batasan Operasional Batasan operasional variabel digunakan untuk kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, dibuat suatu batasan operasional antara lain:
a. Variabel bebas atau independen yaitu mekanisme good corporate governance X
yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial X
1
, proporsi dewan komisaris X
2
, ukuran dewan komisaris X
3
, dan komite audit X
4
. b.
Variabel terikat atau dependen yaitu manajemen laba Y.
3.3 Definisi Operasional
Menurut Erlina 2011:36 terdapat lima variabel, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan dua variabel, yaitu :
1. Variabel Dependen, sering disebut dengan variabel terikat atau variabel bebas.
Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas.
Universitas Sumatera Utara
40 2.
Variabel Independen, sering disebut dengan variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel
dependen atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tidak bebas variabel dependen dan mempunyai hubungan positif atau negatif bagi variabel
dependen lainnya. Dalam penelitian ini ada lima variabel penelitian yaitu empat variabel independen
dan satu variabel dependen : Variabel Independen
1. Kepemilikan manajerial X
1
yaitu jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola, Boediono,
2005. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal
saham perusahaan yang beredar. =
ℎ ℎ ℎ
� 2.
Proporsi dewan komisaris X
2
diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran
anggota dewan komisaris perusahaan. Menurut Girsang 2010 dalam Simamora 2011, proporsi dewan komisaris dihitung sebagai berikut :
� =
ℎ ℎ
3. Ukuran dewan komisaris X
4
yaitu jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan.
� =
Universitas Sumatera Utara
41 ℎ ��
+ ℎ ��
4. Komite audit X
4
yaitu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Selain itu, komite audit
dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian atau
pengawasan. Komite audit diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap seluruh
anggota komite audit. Komite audit dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian Girsang 2010 dalam Simamora 2011, sebagai berikut :
= ℎ ��
ℎ Variabel Dependen
Manajemen laba Y yaitu permainan manajerial untuk memanipulasi laporan keuangan dengan mengatur besar kecilnya laba perusahaan demi kepentingan
pribadi. Manajemen laba diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan penjualan. Menurut penelitian Girsang 2010 dalam Simamora 2011, secara
matematis dapat digambarkan sebagai berikut : =
∆ � �
∆� = ∆� − ∆� − ∆
Keterangan : ΔAL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
ΔHL = Perubahan hutang lancar pada periode t
Universitas Sumatera Utara
42 ΔKas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Nama Variabel
Definisi Skala
Pengukuran Formulasi
Kepemilikan Manajerial
X
1
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari
seluruh modal
saham perusahaan
yang dikelola. Rasio
= ℎ ℎ
ℎ �
Proporsi Dewan
Komisaris X
2
Persentase anggota dewan
komisaris yang berasal dari
luar perusahaan dari seluruh
ukuran anggota
dewan komisaris
perusahaan. Rasio
�� = ℎ
ℎ
Ukuran Dewan
Komisaris X
3
Jumlah total anggota dewan
komisaris, baik yang berasal
dari internal
perusahaan maupun dari
eksternal perusahaan.
Rasio
�� = ℎ ��
+ ℎ ��
Komite Audit X
4
Komite yang
dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan
tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan.
Rasio
� = ℎ ��
ℎ
Manajemen Laba
Y Permainan
manajerial untuk
memanipulasi laporan
keuangan dengan
mengatur besar kecilnya laba
perusahaan demi
Rasio
= � �
� ��
= �� − �� − �
Universitas Sumatera Utara
43
kepentingan pribadi.
Sumber : Simamora 2011 : 6 dan diolah oleh penulis
3.4 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan skala rasio. Menurut Erlina 2011 Skala rasio merupakan skala
pengukuran yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan konstruk yang diukur. Skala rasio memiliki nilai dasar yang tidak dapat dirubah. Data yang
dihasilkan oleh skala rasio disebut data rasiodan tidak ada pembatasan terhadap alat uji yang sesuai untuk data. Variabel yang diukur dengan skala rasio disebut variable metric.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 sampai 2014 yaitu sebanyak 29 perusahaan.
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu purposive sampling, yaitu :
1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2011-2014.
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit tahun
2011-2014. 3.
Menerbitkan laporan yang memuat kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit.
Universitas Sumatera Utara
44 Sampel yang diambil dari dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan peneliti berjumlah 23 sampel tiap tahunnya atau 92 sampel selama tahun 2011- 2014.
Tabel 3.2 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perbankan
No. Kode
Nama Perusahaan Kriteria
Tgl Pendaftaran
Sampel 1
2 3
1. AGRO Bank Rakyat Indonesia
Agroniaga Tbk √ √ √ 08-Agust-03
√ 2.
BABP PT
Bank MNC
Internasional Tbk √ √ √
15-Jul-02 √
3. BACA Bank Capital Indonesia
Tbk √ √ √
04-Okt-07 √
4. BBCA Bank Central Asia Tbk
x √ √
31-Mei-00 x
5. BBKP
Bank Bukopin Tbk √ √ √
10-Jul-06 √
6. BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk
√ √ √ 25-Nop-96 √
7. BBNP
Bank Nusantara
Parahyangan Tbk √ √ √
10-Jan-01 √
8. BBRI
Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
√ √ √ 10-Nop-03 √
9. BBTN
Bank Tabungan Negara Persero Tbk
√ √ √ 17-Des-09
√ 10.
BCIC PT
Bank JTrust
Indonesia Tbk. √ √ x
25-Jun-97 x
11. BDMN Bank Danamon
Indonesia Tbk √ √ √
06-Des-89 √
12. BEKS
Bank Pundi Indonesia Tbk
√ √ √ 13-Jul-01
√ 13.
BKSW PT Bank
QNB Indonesia Tbk
√ √ √ 21-Nop-02 √
14. BMRI
Bank Mandiri Persero Tbk
√ √ √ 14-Jul-03
√ 15.
BNBA Bank Bumi Arta Tbk √ √ √
31-Des-99 √
16. BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
√ √ √ 29-Nop-89 √
Universitas Sumatera Utara
45
17. BNII
PT Bank
Maybank Indonesia Tbk
√ √ √ 21-Nop-89 √
18. BNLI
Bank Permata Tbk √ √ √
15-Jan-90 √
19. BSIM
Bank Sinarmas Tbk √ √ √
13-Des-10 √
20. BSWD Bank of India Indonesia
Tbk √ √ x
01-Mei-02 x
21. BTPN
Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
Tbk √ √ √ 12-Mar-08
√ 22.
BVIC Bank
Victoria International Tbk
√ √ √ 30-Jun-99
√ 23.
INPC Bank
Artha Graha
Internasional Tbk √ √ √ 29-Agust-90
√ 24. MAYA Bank
Mayapada Internasional Tbk
√ √ x 29-Agust-97 x
25. MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk
√ √ x 03-Jul-07
x 26.
MEGA Bank Mega Tbk x
√ √ 17-Apr-00
x 27.
NISP Bank OCBC NISP Tbk
√ √ √ 20-Okt-94
√ 28.
PNBN Bank Pan Indonesia
Tbk √ √ √
29-Des-82 √
29. SDRA
PT Bank
Woori Saudara Indonesia 1906
Tbk √ √ √ 15-Des-06
√ JUMLAH SAMPEL
23
Sumber : diolah oleh penulis
3.6 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id
.
Universitas Sumatera Utara
46
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-
catatan, laporan keuangan tahunan, maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari internet dengan cara mengunduh laporan keuangan
perusahaan perbankan dari situs www.idx.co.id
dan situs masing-masing bank.
3.8 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik, yaitu analisis regresi linear berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Model regresi berganda yang digunakan adalah :
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ e
Keterangan : Y
= Manajemen Laba a
= Konstanta b
1
, b
2
, b
3
= Koefisien Regresi X
1
= Kepemilikan Manajerial X
2
= Proporsi Dewan Komisaris X
3
= Komite Audit e
= Faktor Penggangu
Universitas Sumatera Utara
47
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, minimum, maksimum, dan standar deviasi dari variabel-variabel yang diteliti.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Secara teoritis model yang digunakan akan menghasilkan estimasi nilai parameter model penduga yang sahih apabila dipenuhi asumsi normalitas, tidak ada autokorelasi,
tidak ada multikolinearitas, dan tidak ada heteroskedastisitas.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Situmorang 2015 menjelaskan bahwa uji normalitas bertujuan ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni
distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-smirnov, yakni jika nilai
signifikan atau Sig. atau probabilitas 0.05 maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai signifikan atau Sig. atau probabilitas 0.05, distribusi data
dikatakan normal.
3.8.2.2 Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang terletak berderetan jika datanya time series atau korelasi antara tempat yang
berdekatan jika datanya cross-section. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson dari program SPSS. Data tidak mengalami gejala
autokorelasi jika nilai D-W di antara du dan 4-du. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat berdasarkan kriteria pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
48
Hipotesis Nol Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tolak No decision
Tolak No decision
Tidak ditolak 0 d dl
dl ≤ d ≤ du 4
– dl d 4 4
– du ≤ d ≤ 4 – dl du d 4
– du
Sumber : Situmorang 2015
3.8.2.3 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variante Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut :
1. VIF 10 maka tidak terdapat multikolinearitas
2. Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Artinya, jika varians variabel
independen adalah konstan sama untuk nilai tertentu variabel independen disebut homoskedastisitas. Sedangkan, heteroskedastisitas di uji dengan melihat grafik scatter
plot antara ada tidaknya gejala heteroskedastisitas. Adapun dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
49 2.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dilakukan beberapa uji signifikansi, yaitu uji
koefisien determinasi, parsial, dan simultan.
3.8.3.1 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Goodness of Fit R
2
atau koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel dependen. Koefisien Determinan R
2
ini berkisar antara nol sampai dengan satu 0 ≤ R
2
≤ 1, dimana semakin tinggi R
2
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen, dan apabila R
2
= 0 menunjukkan variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
dependen.
3.8.3.2 Uji Parsial Uji T
Uji parsial atau uji-t adalah untuk menguji apakah suatu variabel independen berpengaruh secara individu terhadap variabel dependennya. Suatu variabel akan
berpengaruh nyata apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel t-hitung t- tabel untuk α =
5. Dan sebaliknya variabel tidak berpengaruh apabila t-hitung lebih kecil dari t-tabel t- hitung t-
tabel untuk α = 5.
Universitas Sumatera Utara
50
3.8.3.3 Uji Simultan Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : H0 diterima jika F-hitung F-
tabel pada α = 5. Ha diterima jika F-hitung F-
tabel pada α =5.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2011-2104. Populasi
dalam penelitian ini merupakan seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 dengan jumlah sebanyak 29 perusahaan. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu. Berdasarkan dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya maka diperoleh
jumlah sampel sebesar 23 perusahaan. Berikut ini seleksi sampel penelitian.
Tabel 4.1 Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Observasi yang diperoleh selama periode 2011-2014.
29 Perusahaan yang tidak terdaftar di BEI
pada tahun 2011-2014. 2
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
yang memuat
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, dan komite audit.
4
Jumlah Sampel penelitian 23
Jumlah Observasi 23 x 4 = 92
Sumber : www.idx.co.id
Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014 adalah 29 perusahaan. Namun tidak semua perusahaan memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dan tidak semua perusahaan memiliki data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan di dalam penelitian ini. Terdapat 2 perusahaan yang tidak terdaftar di BEI pada
tahun 2011-2014. Selain itu, terdapat 4 perusahaan yang tidak menerbitkan laporan yang
Universitas Sumatera Utara
52 memuat kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan
komite audit. Berdasarkan uraian tersebut dapat diperoleh jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sebanyak 23 perusahaan selama periode 4 tahun dari tahun 2011-2014,
jadi jumlah observasinya yaitu 92.
4.2 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap suatu data pada variabel-variabel yang digunakan. Pengukuran yang
digunakan dalam analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menggunakan nilai minimum, maksimum, rata-rata mean, dan standar deviasi. Dengan melakukan
perhitungan statistik deskriptif, maka dapat diketahui gambaran tentang data menajemen laba sebagai variabel dependen disebut ML dan Good Corporate Governance dengan
proksi kepemilikan manajerial disebut KM, proporsi dewan komisaris disebut PDK, ukuran dewan komisaris disebut UDK, dan komite audit disebut KA sebagai variabel
independen. Gambaran mengenai data tersebut dapat dilihat dalam tabel statistik deskriptif
berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation ML
92 .10
8.90 1.7543
1.74805 KM
92 .20
8.60 2.8772
2.04317 PDK
92 .30
4.00 1.3821
.70437 UDK
92 2.00
9.00 5.6304
1.87943 KA
92 .50
3.00 1.7770
.78242
Universitas Sumatera Utara
53
Descriptive Statistics N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation ML
92 .10
8.90 1.7543
1.74805 KM
92 .20
8.60 2.8772
2.04317 PDK
92 .30
4.00 1.3821
.70437 UDK
92 2.00
9.00 5.6304
1.87943 KA
92 .50
3.00 1.7770
.78242 Valid N listwise
92
Sumber: Data Sekunder diolah melalui SPSS 17
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai standar deviasi yang lebih kecil dari mean hal
ini menunjukkan bahwa data yang digunakan lebih homogen. Variabel manajemen laba ML menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1,7543
dengan standar deviasi sebesar 1,74805. Sedangkan nilai minimum dari variabel ini sebesar 0,10 dan nilai maksimumnya adalah 8,90. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
peningkatan laba yang terjadi pada perusahaan dalam sampel penelitian ini. Artinya tindakan manajemen laba yang besar yang dilakukan perusahaan dalam melaporkan laba
dengan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Variabel kepemilikan manajerial KM menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan
sampel pada periode penelitian memiliki kepemilikan manajerial sebanyak 287,72 dari jumlah saham yang beredar di perusahaan perbankan pada periode penelitian yang
dimiliki oleh manajerial. Nilai maksimum kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa ada perusahaan sampel dalam periode penelitian yang memiliki jumlah kepemilikan
manajerial tertinggi 8,6, sedangkan nilai minimum kepemilikan manajerial sebesar 0,2 yang menunjukkan bahwa adanya perusahaan perbankan dalam periode penelitian
yang sahamnya tidak dimiliki oleh manajerial.
Universitas Sumatera Utara
54 Pada variabel proporsi dewan komisaris PDK menunjukkan nilai minimum
sebesar 0,30 dan nilai maksimum 4,00. Nilai rata-rata proporsi dewan komisaris adalah 1,3821 dan standar deviasi 0,70437. Hal ini menunjukkan bahwa nilai minimal proporsi
dewan komisaris sebesar 0,3 dan nilai maksimal sebesar 4,0. Rata-rata nilai proporsi dewan komisaris sebesar 138,21. Ukuran dewan komisaris UDK nilai minimumnya
sebesar 2,00 dan nilai maksimum sebesar 9,00. Nilai rata-rata ukuran dewan komisaris sebesar 5,6304 dan standar deviasi sebesar 1,87943. Sedangkan jumlah komite audit
KA nilai minimumnya sebesar 0,50 dan nilai maksimumnya sebesar 3,00 dengan nilai rata-rata sebesar 1,7770 dan standar deviasi sebesar 0,78242.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng.
Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni
Universitas Sumatera Utara
55 distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dengan adanya tes
normalitas maka hasil penelitian kita bisa digeneralisasikan pada populasi. Dalam pandangan statistik itu sifat dan karakteristik populasi adalah terdistribusi secara normal.
Dengan menggunakan alat bantu SPSS 17 uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogrov-smirnov test dengan kriteria pengujian sebagai
berikut : 3.
Asymp. Sig 0,05, maka data berdistribusi normal 4.
Asymp. Sig 0,05, maka data tidak berdistribusi normal Berdasarkan hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat terlihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 92
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.45199402
Most Extreme Differences Absolute
.121 Positive
.121 Negative
-.063 Kolmogorov-Smirnov Z
1.163 Asymp. Sig. 2-tailed
.134 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3 menunjukkan nilai Kolmogrov- Smirnov sebesar 1.163 dengan nilai probabilitas signifikan
Asymp. Sig 0.134. karena nilai p atau
Asymp. Sig 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data residual
Universitas Sumatera Utara
56 terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, model regresi penelitian ini terdistribusi
normal.
4.3.2 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan
pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin-Watson DW test. Berikut hasil pengujian autokorelasi
yang disajikan di bawah ini :
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .557
a
.310 .278
1.48500 1.228
a. Predictors: Constant, KA, PDK, KM, UDK b. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.4 didapat nilai DW sebesar 1,228, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel yang menggunakan nilai signifikansi sebesar 5
atau 0,05. Untuk jumlah data n = 92, maka nilai dL sebesar 1,5713 dan dU sebesar 1,7523. Karena nilai DW 1,228 1,7523 2,2477 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
57
4.3.3 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas diuji dengan melihat nilai tolerance serta nilai variance inflation factor VIF. Dikatakan tidak terdapat
multikolinearitas dalam model regresi jika tolerance 0,1 atau VIF 10. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
3.950 1.038
3.807 .000
KM -.115
.085 -.135
-1.361 .177
.811 1.233
PDK .498
.251 .201
1.990 .050
.778 1.285
UDK -.389
.098 -.418
-3.954 .000
.711 1.407
KA -.206
.228 -.092
-.900 .371
.758 1.319
a. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.5 terlihat bahwa menunjukkan semua nilai VIF dari semua variabel independen dalam penelitian ini mempunyai nilai VIF 10. Maka
dapat dikatakan berarti data terbebas dari multikolinearitas.
Universitas Sumatera Utara
58
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain. Jika variance
dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dibawah ini merupakan hasil dari pengujian heteroskedastisitas
pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Universitas Sumatera Utara
59 Berdasarkan hasil dari scatter plot pada gambar 4.1 terlihat bahwa plot yang
terbentuk tidak memiliki pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.4 Pengujian Hipotesis 4.4.1 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Berikut adalah hasil
perhitungan koefisien determinasi hipotesis.
Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .557
a
.310 .278
1.48500 a. Predictors: Constant, KA, PDK, KM, UDK
b. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Pada koefisien determinasi model diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0,278. Hal ini berarti bahwa 27,8 variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit, sedangkan sisanya 72,2 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel
independen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
60
4.4.2 Uji Parsial Uji t
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pada
uji t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel. Berikut hasil perhitungan uji t yang disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini :
Tabel 4.7 Hasil Uji Parsial Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 3.950
1.038 3.807
.000 KM
-.115 .085
-.135 -1.361
.177 PDK
.498 .251
.201 1.990
.050 UDK
-.389 .098
-.418 -3.954
.000 KA
-.206 .228
-.092 -.900
.371 a. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,177 lebih besar dari 0,05. Dan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel -1,361 1,663.
2. Variabel proporsi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,050. Dan nilai t hitung lebih
besar dari t tabel 1,990 1,663. 3. Variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Dan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel -3.954 1,663.
Universitas Sumatera Utara
61 4. Variabel komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,371 lebih besar dari 0,05. Dan nilai t hitung tersebut lebih kecil dari t tabel -0,900 1,663.
4.4.3 Uji Simultan Uji F
Uji F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya. Pengaruh seluruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Berikut ini merupakan hasil perhitungan uji F yang disajikan pada tabel 4.10.
Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan Uji F
ANOVA
b
Model Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 86.214
4 21.554
9.774 .000
a
Residual 191.854
87 2.205
Total 278.068
91 a. Predictors: Constant, KA, PDK, KM, UDK
b. Dependent Variable: ML
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat nilai F hitung 9,774 dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan nilai sebesar 0,00, itu berarti nilai probabilitas
signifikansi 0,05. Sedangkan hasil yang diperoleh dari f tabel dengan df1 = 4 dan df2 = 88 pada α = 0,05 adalah sebesar 2,480 yang berarti F hitung F tabel 9,774 2,480
maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap manajemenn laba.
Universitas Sumatera Utara
62
4.5 Pembahasan 4.5.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS di atas menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel yang bernilai negatif dan signifikansinya yang berada di atas 0,05. Hal ini berarti bahwa bahwa manajer mempunyai kesempatan dalam
melakukan manipulasi laba baik dalam bentuk menaikkan laba maupun dengan menurunkan laba demi kepentingannya tersebut. Hal ini mengakibatkan ketimpangan
informasi information asymmetry yaitu kondisi di mana satu pihak memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain. Sehingga semakin tinggi kepemilikan saham
oleh manajerial maka semakin tinggi pula kemungkinan dalam melakukan manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Kristiani, Sulindawati, dan Herawati 2014 kepemilikan manajerial di duga belum mampu menjadi mekanisme good
corporate governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham.
4.5.2 Pengaruh Proporsi dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat diketahui dari nilai
t hitung lebih besar dati nilai t tabel dan signifikansinya 0,050. Hal ini diduga bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya
sekedar memenuhi ketentuan formal.
Universitas Sumatera Utara
63 Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29PM2004 menetapkan bahwa
setiap emiten wajib memiliki komisaris independen. Jadi dimungkinkan dewan komisaris independen hanyalah formalitas pemenuhan ketentuan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka 2007 yang menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
signifikan, Widiatmaja 2010 juga menemukan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Sehingga hipotesis yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sylvia dan Sidharta 2005 dalam Kristiani, Sulindawati, dan Herawati 2014 menyatakan bahwa pengangkatan
dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate
governance GCG di dalam perusahaan.
Sulistyanto 2008 menyebutkan bahwa kondisi di pasar modal Indonesia merupakan emerging market dengan ciri utama kepemilikan yang terkonsentrasi pada
kelompok tertentu closely held. Akibatnya, pemegang saham mayoritas mempunyai akses yang besar untuk mempengaruhi keputusan manajerial yang sering merugikan dan
melanggar asas akuntanbilitas dan keadilan pemegang saham minoritas. Data sampel menunjukkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi pada kepemilikan pihak eksternal 65
sehingga indenpensi dewan komisaris independen menjadi tidak efektif.
4.5.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Universitas Sumatera Utara
64 Variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba, yang dapat dilihat dari nilai signifikansi yang jauh dibawah 0,05, dan nilai t yang bernilai negatif. Artinya besar kecilnya ukuran dewan komisaris ternyata
tidak mampu mempengaruhi tindakan manajemen laba dalam perusahaan. Hal ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Nasution dan Setiawan 2007 yang
menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris mempengaruhi dilakukannya tindakan manajemen laba dalam perusahaan, yang berarti bahwa semakin besar jumlah dewan
komisaris, akan semakin besar pula tindakan manajemen laba, karena semakin kurang efektif monitoring yang dapat dilakukan dewan komisaris terhadap manajemen dalam
pengelolaan laba . Perbedaan ini kemungkinan disebabkan berbedanya alat ukur yang
digunakan untuk mengukur manajemen laba dalam sektor industri yang sama. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Ujiyantho dan
Pramuka 2007, yakni jumlah dewan komisaris bukan faktor utama yang menjadi penentu efektivitas monitoring manajemen laba dalam perusahaan. Akan tetapi efektivitas
mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas monitoring terhadap
manajemen.
4.5.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Variabel komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel yang bernilai negatif dan signifikansinya
yang berada di atas 0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Widiatmaja 2010 yang menemukan adanya komite audit meningkatkan pengawasan
terhadap pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit akan menghambat keleluasaan manajer dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga
Universitas Sumatera Utara
65 adanya manajemen laba dapat ditekan. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa semakin
tinggi ukuran komite audit maka semakin rendah kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba. Dan mendukung penelitian yang dilakukan Nasution dan
Setiawan 2007 yang menemukan bahwa keberadaan komite audit mampu memonitoring perilaku manajer dalam pengelolaan kekayaan perusahaan. Ketidakkonsistenan dengan
penelitian dikarenakan berbedanya alat ukur yang digunakan untuk mengukur manajemen laba, yang menggunakan model khusus perbankan. Sedangkan penelitian ini
menggunakan model rasio modal kerja akrual.
4.5.5 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance yang diproksikan ke dalam Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris,
dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Variabel GCG dengan proksi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit secara simultan berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011- 2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 9,774 yang lebih besar dari
F tabel pada tingkat signifikansi 5 yaitu sebesar 2,480 yang berarti F hitung F tabel 9,774 2,480. Selain itu, nilai koefisien determinasi r
2
sebesar 0,278. Hal ini berarti bahwa 27,8 variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh kepemilikan manajerial,
proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit, sedangkan sisanya 72,2 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan
komisaris, dan komite audit terhadap manajemen laba. Setelah dilakukan pengujian dan analisis penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011- 2014. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel yang bernilai negatif dan
signifikansinya yang berada di atas 0,05. Hal ini mengakibatkan ketimpangan informasi information asymmetry yaitu kondisi di mana satu pihak memiliki
kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain. Sehingga semakin tinggi kepemilikan saham oleh manajerial maka semakin tinggi pula kemungkinan
dalam melakukan manajemen laba. 2.
Proporsi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hal ini
dapat diketahui dari nilai t hitung lebih besar dati nilai t tabel dan signifikansinya 0,050. Diduga karena penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris
independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal. Pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance GCG di dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
67 3.
Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0,05 dan nilai t yang bernilai negatif. Artinya besar kecilnya ukuran dewan komisaris ternyata tidak
mampu mempengaruhi tindakan manajemen laba dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris bukan faktor utama yang menjadi penentu efektivitas
monitoring manajemen laba dalam perusahaan. 4.
Komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hal ini dapat
diketahui dari nilai t tabel yang bernilai negatif dan signifikansinya yang berada di atas 0,05. Adanya komite audit meningkatkan pengawasan terhadap pelaporan
keuangan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit akan menghambat keleluasaan manajer dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga adanya
manajemen laba dapat ditekan. 5.
Mekanisme GCG yang diproksikan dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit secara simultan
berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai F hitung sebesar 9,774 yang lebih besar dari F tabel pada tingkat signifikansi 5 yaitu sebesar 2,480 yang berarti F hitung F tabel 9,774
2,480. Selain itu, nilai koefisien determinasi r
2
sebesar 0,278. Hal ini berarti bahwa 27,8 variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit, sedangkan sisanya 72,2 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel
independen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
68
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik adalah sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode penelitian yang
lebih panjang dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 2.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel kepemilikan manajerial dengan perhitungan yang berbeda misalnya dengan variabel dummy atau jumlah
kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan. 3.
Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi mekanisme good corporate governance yang lain atau faktor lainnya untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Laba
Menurut Scott 2011:423, manajemen laba adalah keputusan dari manajer untuk memilih kebijakan akuntansi tetrtentu yang dianggap bisa mengurangi tingkat kerugian
yang dilaporakan. Manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, ,melakukan manajemen laba berarti suatu pengurangan keakuratan dalam informasi
laporan keuangan. Menurut Scott 2011:426 motivasi yang mendorong manajemen dalam melakukan manajemen laba :
1. Motivasi bonus yaitu, manajer akan berusaha mengatur laba bersih akan
dapat memaksimalkan bonusnya. 2.
Hipotesis perjanjian hutang, berkaitan dengan persyaratan perjanjian hutang yang harus dipenuhi, laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian hutang. 3.
Meet Investor Earnings Expectations and Maintain Reputasion, perusahaan yang melaporkan laba lebih besar daripada ekspektasi investor harga
sahamnya akan mengalami peningkatan yang signifikan karena investor memprediksi karena perusahaan akan mempunyai masa depan yang lebih
baik.
Universitas Sumatera Utara
23 4.
IPO Initial Public Offering, manajer perusahaan yang akan go public termotivasi untuk melakukan manajemen laba sehingga laba yang dilaporkan
menjadi tinggi dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. National Association of Certified Fraud Examimers dalam Sulistyanto 2008,
mendefinisikan manajemen laba sebagai kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan
ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnyaakan menyababkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau
keputusannya. Sementara itu Healy dan Wahlen dalam Belkaoui 2011, mengatakan
manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan
tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-
angka akuntansi yang dilaporkan. Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen diatas berfokus pada
penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan: a
Untuk menyesatkan para pemangku kepentingan yang tidak ataupun tidak bisa melakukan manajemen laba, dan
b Untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi para
penggunanya.
Maka, terdapat sisi baik dan sisi buruk dari manajemen laba yaitu :
Universitas Sumatera Utara
24 a
Sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber- sumber daya, dan
b Sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam
mengomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal, dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.
Dari definisi para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan permainan manajerial untuk memanipulasi laporan keuangan dengan
mengatur besar kecilnya laba perusahaan demi kepentingan pribadi. Manajemen akan memberikan informasi yang terbaik tentang prospek laba masa depan kepada investor.
Dengan memberikan estimasi yang baik pada kekuatan laba maka akan dapat meningkatkan nilai pasar saham.
2.2 Good Corporate Governance
Good corporate governance adalah tata kelola perusahaan yang menyangkut masalah akuntanbilitas dan tanggung jawab untuk memastikan perilaku yang baik dan
melindungi kepentingan saham. Sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para
pemegang saham. Kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, asas GCG yaitu, transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas, indenpendensi serta kewajaran dan
kesetaraan yang diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha sustainability perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan stakeholders.
Universitas Sumatera Utara
25 a.
Transparansi Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. b.
Akuntanbilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemegang kepentingan lain. Akuntanbilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
d. Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independensi sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e.
Kewajaran dan Kesetaraan
Universitas Sumatera Utara
26 Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asa kewajaran dan kesetaraan.
Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka :
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. e.
Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
2.2.1 Kepemilikan Manajerial
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut sebagai kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
27 manajerial managerial ownership. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen
akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase
saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.
Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari
keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai
pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri.
2.2.2 Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam good corporate governance karena bertugas menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Karakteristik
dewan komisaris secara umum dan khususnya dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba melalui peranan dewan komisaris dalam
melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen. Proporsi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap
hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi
Universitas Sumatera Utara
28 dewan komisaris yang terdiri dari anggota luar perusahaan mempunyai kecenderungan
mempengaruhi manajemen laba Boediono, 2005.
2.2.3 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris adalah jumlah seluruh anggota komisaris yang berasal dari internal dan eksternal perusahaan yang melakukan pengawasan terhadap direksi
dalam menjalankan perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang relatif kecil dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan dalam memonitor manajer. Jumlah dewan
komisaris yang terlalu besar tidak dapat berfungsi secara optimal dan akan lebih mudah dikontrol oleh manajer, terutama karena dewan komisaris sendiri disibukkan oleh
masalah koordinasi. 2.2.4 Komite Audit
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, Komite Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat
meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit.
Komite audit merupakan suatu badan yang dibawah komisaris yang sekurang- kurangnya minimal satu orang anggota komisaris dan dua orang ahli yang bukan
merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada
komisaris atau dewan pengawas Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP –
103MBU2002. Jadi dapat disimpulkan komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris dalam rangka membantu tugas dan fungsinya yang anggotanya minimal satu
Universitas Sumatera Utara
29 orang dan dua orang ahli yang berasal dari pegawai BUMN yang bersangkutan yang
bersifat mandiri dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggungjawab langsung kepada dewan komisaris.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Berikut beberapa ikhtisar peneliti
terdahulu : Agustia 2013 melakukan penelitian mengenai Pengaruh Faktor Good Corporate
Governance, Free Cash Flow, dan Laverage Terhadap Manajemen Laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua komponen good corporate governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan laverage berpengaruh, free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Kristiani, Sulindawati dan Herawati 2014 melakukan penelitian mengenai Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan
komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hanya ukuran dewan komisaris yang berpengaruh signifikan positif
terhadap manajemen laba. Secara simultan mekanisme corporate governance dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Jao dan Pagalung 2011 melakukan penelitian mengenai Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan, dan Lavarage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur
Universitas Sumatera Utara
30 Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan corporate governance
melalui kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen dan komite audit mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Di sisi lain
kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan mempunyai hubungan negatif
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Laverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Nasution dan Setiawan 2007 melakukan penelitian mengenai Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif
secara signifikan, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba, keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba, ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ujiyantho dan Pramuka 2007 melakukan penelitian mengenai Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap variabel discretionary accruals, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
discretionaryaccrual, Komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel discretionary accrual, Jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
variabel discretionary accruals, Variabel discretionary accruals tidak berpengaruh signifikan terhadap cash flow return on assets, variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Agustia 2013
Pengaruh Faktor
Good Corporate
Governance, Free
Cash Flow,
dan Laverage
Terhadap Manajemen
Laba Variabel
Independen: Ukuran Komite
Audit Proporsi Dewan
Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial
Free Cash Flow Laverage Ratio
Variabel Dependen : Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
semua komponen
good corporate
governance tidak
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba, sedangkan
laverage berpengaruh, free cash
flow berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap manajemen
laba.
Jao dan
Pagalung 2011
Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan,
dan Lavarage Terhadap
Manajemen Laba
Perusahaan Manufaktur
Indonesia Variabel
Independen: Kepemilikan
Manajerial Kapemilikan
Institusional Ukuran
Dewan Komisaris
Komposisi Dewan
Komisaris Independen
Komite Audit Ukuran
Perusahaan Laverage
Variabel Dependen : Manajemen Laba
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan corporate
governance melalui
kepemilikan manajerial, komposisi
dewan komisaris
independen dan
komite audit
mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen
laba. Di sisi lain kepemilikan
institusional
dan ukuran
dewan komisaris mempunyai
pengaruh positif
signifikan terhadap
manajemen laba. Ukuran
perusahaan mempunyai hubungan
negatif signifikan
terhadap manajemen laba pada perusahaan
Universitas Sumatera Utara
32
manufaktur yang
terdaftar di BEI. Laverage
tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI. Kristiani,
Sulindawati dan
Herawati 2014
Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance
dan
Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen
Laba
pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di BEI Variabel
Independen: Kepemilikan
institusional Kepemilikan
Manajerial Ukuran Dewan
Komisaris Komposisi
Dewan Komisaris
Komite Audit Ukuran
Perusahaan Variabel Dependen :
Manajemen Laba Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komposisi
dewan
komisaris, komite
audit, dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Hanya ukuran dewan komisaris
yang berpengaruh
signifikan positif
terhadap manajemen laba. Secara simultan
mekanisme corporate governance
dan variabel
ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur
yang terdaftar
di BEI
periode 2009-2013.
Nasution dan
Setiawan 2007
Pengaruh Corporate
Governance Terhadap
Manajemen Laba
Di Variabel
Independen: Komposisi
Dewan Komisaris
Komite Komposisi
dewan komisaris
berrpengaruh negatif secara
signifikan, ukuran
dewan komisaris berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
33
Industri Perbankan
Indonesia Audit
Ukuran Dewan
Komisaris Ukuran
Perusahan Variabel
Dependen: Manajemen
Laba positif
secara signifikan
terhadap tindak
manajemen laba,
keberadaan komite
audit berpengaruh terhadap
manajemen laba,
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba,
variabel independen
secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ujiyantho dan
Pramuka 2007
Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen
Laba
Dan Kinerja
Keuangan Variabel
Independen: Kepemilikan
Manajerial Proporsi Dewan
Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional
Ukuran Dewan Komisaris
Variabel Dependen:
Manajemen Laba
Kinerja Keuangan
Kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap
variabel discretionary accruals, kepemilikan
manajerial berpengaruh
negatif signifikan
terhadap discretionaryaccrual,
Komisaris independen berpengaruh
positif signifikan
terhadap variabel discretionary
accrual, Jumlah
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
variabel discretionary accruals,
Variabel discretionary accruals
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
cash flow return on assets,
variabel independen
secara bersama-sama
berpengaruh secara
signifikan terhadap
manajemen laba.
Sumber : diolah oleh penulis
Universitas Sumatera Utara
34
2.4 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mekanisme GCG X
H1 H2
H3 H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : diolah oleh penulis
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu
masalah tertentu. Berdasarkan kerangka konseptual diatas, ditentukan bahwa variabel good corporate governance yang diproksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen.
Berikut uraian konsep-konsep variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen:
Kepemilikan Manajerial X
1
Proporsi Dewan Komisaris X
2
Ukuran Dewan Komisaris X
3
Komite Audit X
4
Manajemen Laba Y
Universitas Sumatera Utara
35
1. Kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham. Banyaknya jumlah
saham yang dimiliki pihak manajemen dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Kristiani, Sulindawati dan Herawati 2014 melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba, sedangkan menurut Jao dan Pagalung 2011 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menemukan hasil signifikan dan tidak signifikan, maka
dengan ini peneliti menyatakan:
H1 : Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.
2. Proporsi dewan komisaris terhadap manajemen laba