62
4.5 Pembahasan 4.5.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS di atas menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel yang bernilai negatif dan signifikansinya yang berada di atas 0,05. Hal ini berarti bahwa bahwa manajer mempunyai kesempatan dalam
melakukan manipulasi laba baik dalam bentuk menaikkan laba maupun dengan menurunkan laba demi kepentingannya tersebut. Hal ini mengakibatkan ketimpangan
informasi information asymmetry yaitu kondisi di mana satu pihak memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain. Sehingga semakin tinggi kepemilikan saham
oleh manajerial maka semakin tinggi pula kemungkinan dalam melakukan manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Kristiani, Sulindawati, dan Herawati 2014 kepemilikan manajerial di duga belum mampu menjadi mekanisme good
corporate governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham.
4.5.2 Pengaruh Proporsi dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat diketahui dari nilai
t hitung lebih besar dati nilai t tabel dan signifikansinya 0,050. Hal ini diduga bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya
sekedar memenuhi ketentuan formal.
Universitas Sumatera Utara
63 Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29PM2004 menetapkan bahwa
setiap emiten wajib memiliki komisaris independen. Jadi dimungkinkan dewan komisaris independen hanyalah formalitas pemenuhan ketentuan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka 2007 yang menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
signifikan, Widiatmaja 2010 juga menemukan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Sehingga hipotesis yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sylvia dan Sidharta 2005 dalam Kristiani, Sulindawati, dan Herawati 2014 menyatakan bahwa pengangkatan
dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate
governance GCG di dalam perusahaan.
Sulistyanto 2008 menyebutkan bahwa kondisi di pasar modal Indonesia merupakan emerging market dengan ciri utama kepemilikan yang terkonsentrasi pada
kelompok tertentu closely held. Akibatnya, pemegang saham mayoritas mempunyai akses yang besar untuk mempengaruhi keputusan manajerial yang sering merugikan dan
melanggar asas akuntanbilitas dan keadilan pemegang saham minoritas. Data sampel menunjukkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi pada kepemilikan pihak eksternal 65
sehingga indenpensi dewan komisaris independen menjadi tidak efektif.
4.5.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba
Universitas Sumatera Utara
64 Variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba, yang dapat dilihat dari nilai signifikansi yang jauh dibawah 0,05, dan nilai t yang bernilai negatif. Artinya besar kecilnya ukuran dewan komisaris ternyata
tidak mampu mempengaruhi tindakan manajemen laba dalam perusahaan. Hal ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Nasution dan Setiawan 2007 yang
menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris mempengaruhi dilakukannya tindakan manajemen laba dalam perusahaan, yang berarti bahwa semakin besar jumlah dewan
komisaris, akan semakin besar pula tindakan manajemen laba, karena semakin kurang efektif monitoring yang dapat dilakukan dewan komisaris terhadap manajemen dalam
pengelolaan laba . Perbedaan ini kemungkinan disebabkan berbedanya alat ukur yang
digunakan untuk mengukur manajemen laba dalam sektor industri yang sama. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Ujiyantho dan
Pramuka 2007, yakni jumlah dewan komisaris bukan faktor utama yang menjadi penentu efektivitas monitoring manajemen laba dalam perusahaan. Akan tetapi efektivitas
mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas monitoring terhadap
manajemen.
4.5.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Variabel komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel yang bernilai negatif dan signifikansinya
yang berada di atas 0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Widiatmaja 2010 yang menemukan adanya komite audit meningkatkan pengawasan
terhadap pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit akan menghambat keleluasaan manajer dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga
Universitas Sumatera Utara
65 adanya manajemen laba dapat ditekan. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa semakin
tinggi ukuran komite audit maka semakin rendah kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba. Dan mendukung penelitian yang dilakukan Nasution dan
Setiawan 2007 yang menemukan bahwa keberadaan komite audit mampu memonitoring perilaku manajer dalam pengelolaan kekayaan perusahaan. Ketidakkonsistenan dengan
penelitian dikarenakan berbedanya alat ukur yang digunakan untuk mengukur manajemen laba, yang menggunakan model khusus perbankan. Sedangkan penelitian ini
menggunakan model rasio modal kerja akrual.
4.5.5 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance yang diproksikan ke dalam Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris,
dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Variabel GCG dengan proksi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit secara simultan berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2011- 2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 9,774 yang lebih besar dari
F tabel pada tingkat signifikansi 5 yaitu sebesar 2,480 yang berarti F hitung F tabel 9,774 2,480. Selain itu, nilai koefisien determinasi r
2
sebesar 0,278. Hal ini berarti bahwa 27,8 variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh kepemilikan manajerial,
proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan komite audit, sedangkan sisanya 72,2 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan