Akibat Hukum Kepailitan Perusahaan Efek

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam efek di bawah pengawasan OJK. 54 Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan. Dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. Menurut penjelasan Pasal 2 UUK dan PKPU, OJKmempunyai kewenangan penuh dalam hal pengajuan permohonan pernyataan pailit untuk instansi-instansi yang berada di bawah pengawasannya, seperti hal nya kewenangan Bank Indonesia terhadap bank. Hal ini sangat tepat mengingat pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh OJK dengan tujuan untuk menciptakan kegiatan pasar modal yang teratur,wajar,dan efisien.

C. Akibat Hukum Kepailitan Perusahaan Efek

55 Dalam setiap proes kepailitan suatu PT, pihak kreditur merupakan salah satu pihak di samping pihak peruahaan tersebut sebagai pihak debitur. Pihak kreditur itu sendiri terdiri dari beberapa kelompok sebagai berikut : 56 54 1. Kreditur separatis 2. Kreditur preferens yang bukan separatis 3. Kreditur konkuren. http:www.hukumkepailitan.com20120120badan-pengawas-pasar-modal-dan- menteri-keuangan-sebagai-subyek-pemohon-pailitmore-59diakses tanggal 12 Maret 2015. 55 Rudy Lontoh, Penyelesaian Utang-piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Bandung: Alumni, 2001 , hlm. 23. 56 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru Jakarata: Citra aditya Bakti, 2003, hlm. 216. Akibat kepailitan diatur dalam Pasal 21 UUK dan PKPU yaitu meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Kepailitan hanya mengenai harta kekayaan dan bukan mengenai perorangan debitur, ia tetap dapat melaksanakan hukum kekayaan yanglain, seperti hak-hak yang timbul dari kekuasaan orang tua ouderlijke macht. 57 Kepailitan merupakan sita umum, hal ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 21 UUKdan PKPU. Dengan adanya sita umum ini hendak dihindari adanya sita perorangan. Pembentuk undang-undang memandang perlu untuk memungkinkan adanya eksekusi “massal” dengan cara melakukan sitaan umum atas seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua kreditur yang bersangkutan yang dijalankan dengan pengawasan seorang hakim pengawas. Sita umum tersebut haruslah bersifat konservatoir yaitu bersifat penyimpanan bagi kepentingan semua kreditur yang bersangkutan. Tentang harta pailit, lebih lanjut dalam Pasal 21 UUK dan PKPU menerangkan bahwa harta pailit meliputi semua harta kekayaan debitur, yang ada pada saat pernyataan pailit diucapkan serta semua kekayaan yang diperolehnya selama kepailitan. 58 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengecualikan beberapa hal yang tidak termasuk dalam harta pailit yakni: 59 57 Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004, hlm. 44. 58 Sunarmi, Op.cit, hlm. 83. 59 M. Hadi Shubhan, Op.cit, hlm. 164. 1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang digunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapan yang digunakan oleh debitur dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya yang terdpat di tempat itu 2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pension, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas 3. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang. Menurut Pasal 24 UUK dan PKPU, dengan pernyataan pailit, debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukan dalam kepailitan, terhitung sejak tanggal kepailitan itu, termasuk juga untuk kepentingan perhitungan hari pernyataan itu sendiri. Pasal 69 ayat 1 menerangkan bahwa kuratorlah yang berwenang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit, kurator kehilangan hak menguasai harta yang masuk dalam kepailitan, dan tidak kehilangan hak atas harta kekayaan yang berada di luar kepailitan. Kurator merupakan lembaga yang diadakan oleh undang-undang untuk melakukan pemberesan terhadap harta pailit. Vollmar menyatakan bahwa “De curator is beleast, al-dus de wet, met het beheer en de vereffeningvan de failliete boedel.” kurator adalah bertugas, menurut undang-undang, mengurus, dan membereskan harta pailit. Dalam setiap putusan pailit oleh pengadilan, maka di dalamnya terdapat pengangkatan kurator yang ditunjuk untuk melakukan pengurusan dan pengalihan harta pailit dibawah pengawasan hakims pengawas. Setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan, maka si pailit demi hukum tidak berwenang melakukan pengurusan dan atau pengalihan terhadap harta kekayaannya yang sudah menjadi harta pailit, di bawah pengawasan hakim pengawas. Dari proporsi ini, maka tampak bahwa kurator sangat menentukan terselesaikannya pemberesan harta pailit. Karena itu, undang-undang sangat ketat dan rinci sekali memberikan kewenangan apa yang dimiliki oleh kurator serta tugas apa saja yang harus dilakukan oleh kurator. 60 1. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia, yang mempunyai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit. Menurut Pasal 70 ayat 2 UUK dan PKPU, yang dapat menjadi kurator dalam hal bukan balai harta peninggalan yang menjadi kurator adalah : 2. Telah terdaftar pada Departemen Kehakiman. Kurator mulai bertugas sejak kepailitan diputuskan karena debitur tidak berhak lagi untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaannya. Kurator merupakan satu-satunya pihak yang akan menangani seluruh kegiatan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Hal ini dimaksudkan utuk melindungi kepentingan kreditur maupun debitur pailit. 61 60 M. Hadi Shubhan, Op.cit, hlm. 108. 61 Sunarmi, Op.cit, hlm. 117. Dari berbagai jenis tugas bagi kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan, maka dapat disarikan bahwa kurator memiliki beberapa tugas utama, yaitu : 62 a. Kewenangan untuk membuka seluruh korespondensi yang ditujukan kepada debitur pailit Pasal 14 jo Pasal 96 UUK dan PKPU 1. Tugas administratif Dalam kapasitas administratifnya kurator bertugas untuk mengadministrasikan proses-proses yang terjadi dalam kepailitan, misalnya melakukan pengumuman Pasal 13 ayat 4 UUK dan PKPU; mengundang rapat- rapat kreditur, mengamankan harta kekayaan debitur pailit, melakukan inventarisasi harta pailit Pasal 91 UUK dan PKPU, serta membuat laporan rutin kepada hakim pengawas Pasal 70 B ayat 1 UUK dan PKPU. Dalam menjalankan kapasitas administratifnya kurator memiliki kewenangan yaitu kewenangan untuk melakukan upaya paksa seperti paksa badan Pasal 84 ayat 1 UUK dan PKPU dan melakukan penyegelan bila perlu Pasal 90 ayat 1 UUK dan PKPU. 2. Tugas mengurusmengelola harta pailit Selama proses kepailitan belum sampai pada keadaan insolvensi pailit, maka kurator dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha debitur pailit sebagaimana layaknya organ perseroan direksi atas ijin rapat kreditur Pasal 95 ayat 1 UUK dan PKPU. Pengelolaan hanya dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu usaha yang masih berjalan. Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan pengelolaan ini termasuk diantaranya : 62 http:www.hukumonline.comklinikdetailcl738tugas-tugas-kurator-dan-pengawas, diakses tanggal 17 Maret 2015. b. Kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan dijamin dengan harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha Pasal 67 ayat 3-4 UUK dan PKPU c. Kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan hubungan kerja, dan perjanjian lainnya. 3. Tugas melakukan penjualan-pemberesan Tugas yang paling utama bagi kurator adalah untuk melakukan pemberesan.Maksudnya pemberesan di sini adalah suatu keadaan dimana kurator melakukan pembayaran kepada para kreditur konkuren dari hasil penjualan harta pailit. Dalam hal debiturnya adalah perusahaan efek dan dinyatakan pailit oleh pengadilan, maka perusahaan efek tersebut akan kehilangan hak untuk mengurus harta dan kekayaan yang masuk ke dalam harta pailit sejak tanggal diputuskannya kepailitan oleh pengadilan. Hal ini sesuai dengan Pasal 24 UUK dan PKPU, dimana kurator lah yang bertugas untuk mengurus harta yang masuk dalam kepailitan perusahaan efek tersebut.

D. Berakhirnya Kepailitan Perusahaan Efek