182
a. Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana DKRPPKB Surakarta
Menurut informan Sdr. Budiaji Kristianawati, SH, M.H., selaku Kepala Seksi Peningkatan Pemberdayaan Perempuan DKRPPKB
Surakarta dikatakan bahwa kendala-kendala yang dihadapi DKRPPKB dalam mengimplementasikan Pasal 66 UU RI No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah : 1
Masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahayanya eksploitasi seksual komersial anak.
2 Adanya perlawanan dari pihak-pihak lain merasa dirugikan
germo, mucikari, bahkan pelaku sendiri dengan diberlakukannya Perda tersebut karena dapat mengurangi asetpendapatan mereka.
3 Belum adanya perlindungan bagi saksi sehingga keselamatannya
kurang terjamin. 4
Adanya kepercayaan bahwa berhubungan seks dengan anak yang masih perawan dapat membuat laki-laki awet muda dan meningkat
kejantanannya serta beresiko kecil untuk terkena Penyakit Menular Seksual PMS atau HIVAIDS.
5 Penegak hukum yang masih kurang sensitif gender, sehingga
memperlakukan anak korban ESKA sama seperti orang dewasa. 6
Masih kurangnya SDM sehingga DKRPPKB dalam melakukan pemantauan terhadap anak korban ESKA kurang bisa dilakukan
secara maksimal. 7
Terbatasnya waktu dan masih kurangnya pemahaman petugas pemantau dalam penanganan ESKA.
8 Belum adanya tempat Rehabilitasi bagi korban ESKA, selama ini
hanya dititipkan di Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta.
183
b. Poltabes Surakarta dalam hal Ini adalah Unit RPK, Binamitra
dan Samapta. 1
Unit Ruang Pelayanan Khusus RPK
Kendala yang dihadapi Unit RPK dalam penanganan ESKA menurut Polwan Bripka Ratna Karlinasari, yaitu sebagai berikut :
a Yang bersangkutan dalam hal ini adalah anak yang dilacurkan
atau yang disebut dengan istilah Ayla tidak merasa menjadi korban dan tidak merasa dikaryakan, sehingga yang
bersangkutan tidak bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksan BAP untuk diproses hukum.
b Unit RPK masih kekurangan SDM idealnya harus ada 9 orang
tetapi RPK baru mempunyai 7 orang.
2 Binamitra Poltabes Surakarta
Binamitra dalam menangani ESKA juga mengalami kendala, seperti yang dikemukakan oleh Komisaris Polisi
Mardjanto, B.Sc, sebagai berikut : a
Masyarakat kebanyakan tidak mau menerima kehadiran mereka. Hal tersebut akan mengakibatkan
gangguan perkembangan
dan psikososial
sehingga memperumit
pemulihan kondisi psikologi mereka.
184
b Mereka tidak punya bidang keahlian karena faktor tingkat
pendidikan yang rendah, sehingga mereka tetap menekuni PSK sebagai mata pencaharian
c Ada anggapan yang keliru dari masyarakat, bahwa dengan
adanya PSK dapat menambah pendapatan. dalam hal ini pihak yang merasa diuntungkan adalah germo, mucikai, pengantar
jasa, warung remang-remang. d
Masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk melaporkan jika mereka menengarai adanya kasus perlakuan salah, penelantaran
dan penjualan anak serta eksploitasi seksual komersial anak oleh orang tua mereka sendiri.
3 Samapta Poltabes Surakarta
Seperti halnya Unit RPK dan Binamitra, Samapta Poltabes Surakarta dalam menangani ESKA juga mengalami kendala,
seperti yang dituturkan Komisaris Polisi H. Sayid, SH. MH, yaitu sebagai berikut :
a Pelaksanaan hukumanpemberian sanksi tidak semaksimal
mungkin sehingga tidak membuat jera para PSK. b
Terbatasnya daya tampung Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta yang hanya berkapasitas 70 orang.
185
c. Rumah Sakit Poliklinik Bhayangkara Polwil Surakarta