Pengertian Implementasi Implementasi kebijakan perlindungan anak atas Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) berdasarkan pasal 66 UU RI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (studi di Kota Surakarta)

101 91 kebijakan untuk mencapai tujuan. Evaluasi kebijakan dapat dibedakan dalam 3 macam, yaitu: a Evaluasi Administratif, yang dilakukan didalam lingkup pemerintahan atau instansi b Evaluasi Yudisial, yang berkaitan dengan objek hukum, apa ada pelanggaran hukum atau tidak dari kebijakan yang dievaluasi tersebut. c Evaluasi politik, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik, baik parlemen ataupun parpol. Berdasarkan ketiga macam evaluasi kebijakan tersebut di atas, maka tesis penulis termasuk kedalam kategori evaluasi kebijakan yang kedua, yaitu evaluasi yudisial karena dengan evaluasi yudisial dapat diketahui apakah ada pelanggaran atau tidak dari kebijakan yang dievaluasi tersebut, dalam hal ini adalah implementasi Pasal 66 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mana evaluasi tersebut dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.

2. Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik public policy process sekaligus studi yang sangat krusial. Bersifat krusial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam 102 91 implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan bisa diwujudkan. Demikian pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan tidak akan bisa diwujudkan. Dengan demikian, kalau menghendaki tujuan kebijakan dapat dicapai dengan baik, maka bukan saja pada tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan yang telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan. Joko Widodo, 2007:85. Menurut Abdul Wahab dalam Wibowo dkk, 2004: 40 implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan keputusan kebijakan yang biasanya berbentuk Undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, pemerintahan eksekutif dan lainnya. Dengan demikian implementasi merupakan wujud dari pelaksanaan kebijakan pemerintah agar kebijakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan menurut Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno, 2002: 102 membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan- tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok- kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan- keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan 103 91 besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa proses implementasi kebijakan baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program-program pelaksanaan telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan publik pada umumnya diserahkan kepada lembaga-lembaga pemerintahan dalam berbagai jenjangnya hingga jenjang pemerintahan yang terendah. Disamping itu, setiap pelaksanaan kebijakan publik masih memerlukan pembentukan kebijakan dalam wujud peraturan perundang-undangan. Implementasi suatu kebijakan publik merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah dipilih dan ditetapkan menjadi kenyataan. Menurut Muhadjir Darwin 1995: 18, ada empat hal penting yang perlu dilakukan dalam proses implementasi yaitu pendayagunaan sumber, pelibatan orang atau sekelompok orang-orang dalam implementasi; interpretasi; manajemen program dan penyediaan layanan dan manfaat pada publik. Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai dampak manfaat positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan perkataan lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Dengan demikian, apabila perilaku atau perbuatan 104 91 mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik menjadi tidak efektif. Kekurangefektifan implementasi kebijakan publik juga disebabkan karena kurangnya peran para aktor pelaksana dan badan-badan pemerintahan dalam implementasi kebijakan publik. Disamping itu, juga karena masih lemahnya kurangnya mereka dalam menyebarluaskan kebijakan publik-kebijakan publik baru kepada warga masyarakat. Dalam kaitan yang demikian, maka keberadaan dan peran pers media massa maupun media-media publikasi pemerintah mempunyai arti yang penting sebagai media komunikasi bagi adanya suatu kebijakan publik yang akan diimplementasikan dalam masyarakat Bambang Sunggono, 1994: 143. Edward III dalam Joko Widodo, 2007: 96-106 mengajukan empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan, yaitu meliputi : a. Faktor komunikasi communication Informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran target groups kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan. 105 91 b. Sumber daya Resources Bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan serta bagaimana pun akuratnya penyampaian ketentuan- ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya sebagaimana telah disebutkan meliputi sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan sumber daya peralatan gedung, peralatan, tanah dan suku cadang lain yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan. c. Disposisi Disposition Keberhasilan implementasi kebijakan bukan hanya ditentukan oleh sejauh mana para pelaku kebijakan implementors mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh kemauan para pelaku kebijakan tadi memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang sedang diimplementasikan. Disposisi ini merupakan kemauan, keinginan, dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh- sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. 106 91 d. Struktur Birokrasi Bureaucratic Structure Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan cukup dan para pelaksana implementors mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya. Namun implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena tidak adanya ketidakefisienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya.

3. Perlindungan Anak

Dokumen yang terkait

Penanggulangan dan Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Eksploitasi Seks Komersial Anak (ESKA)

3 69 104

IMPLEMENTASI PASAL 59 UU NO. 23 TAHUN 2002 MENGENAI PERLINDUNGAN ANAK JALANAN Implementasi Pasal 59 Uu No. 23 Tahun 2002 Mengenai Perlindungan Anak Jalanan (Studi Kasus di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013).

0 3 15

IMPLEMENTASI HAK ANAK DALAM PENDIDIKAN BERDASARKAN UU RI NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Implementasi Hak Anak Dalam Pendidikan Berdasarkan UU RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus pada Keluarga Nelayan di Desa Pecangaan K

0 1 16

IMPLEMENTASI HAK ANAK DALAM PENDIDIKAN BERDASARKAN UU RI NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Implementasi Hak Anak Dalam Pendidikan Berdasarkan UU RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus pada Keluarga Nelayan di Desa Pecangaan K

0 0 13

UU NO 23 TAHUN 2002 PERLINDUNGAN ANAK

0 0 32

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL TERHADAP ANAK-ANAK DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Anak-anak Jalanan Banjarsari di Kota Surakarta)

0 0 119

PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN PASAL 66 UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK jo Pasal 59A UU RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (STUDI KASUS DI YAYASAN SETARA) - Unika

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN PASAL 66 UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK jo Pasal 59A UU RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGA

0 0 13

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN PASAL 66 UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK jo Pasal 59A UU RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN AN

1 1 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK YANG MENGALAMI EKSPLOITASI SECARA EKONOMI DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN PASAL 66 UU RI NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK jo PASAL 59A UU RI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHA

0 0 10