2.4.2.3 Hubungan Konselor dan Konseli
Di dalam konseling, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses konseling berjalan dengan baik dan hasilnya maksimal. Corey 2013:206
menggolongkan hubungan antara terapis dan klien, yaitu sebagi berikut: 1.
Klien dalam terapi tingkah laku sebagai hubungan yang mekanis, manipulatif, dan sangat impersonal.
2. Peran yang yang esensial adalah peran sebagai agen
pemberi perkuatan. 3.
Pada umumnya terapis tingkah laku tidak memberikan peran utama kepada variabel-variabel hubungan terapis-
klien. 4.
Terapis mengembangkan atmosfer kepercayaan dengan memperlihatkan bahwa terapis memahami dan menerima
pasien, kedua orang di antara mereka bekerja sama, dan terapis memiliki alat yang berguna dalam membantu kearah
yang dikehendaki oleh pasien.
Rogers mengemukakan seperti yang dikutip oleh Palmer 2011:310 ada tiga kondisi inti yang harus ada dalam diri konselor, yaitu: Kongruensi,
Penerimaan positif tanpa syarat dan empati, berikut penjelasannya: 1.
Kongruensi, mencakup kesadaran dan keterbukaan konselor dan memilikidua dimensi. Dimensi pertama, konselor harusutuh dan menjadi diri mereka
sendiri dalam relasi terapeutik. Dimensi kedua, kehadiran yang tulus ini seharusnya menyentuh konseli.
2. Empati, inti empati yang praktis adalah mendengarkan secara seksama dunia
internal orang lain. Melibatkan pribadi utuh,termasuk pemahaman kognitif, respon tubuh, emosional dan intuitif. Yang terpenting dari empati adalah
menjadi sadar dengan keadaan internal se seorang “seolah-olah” Anda adalah
dia, namun tanpa pernah kehilangan kesadaran keadaan internal Anda sendiri.
3. Penerimaan Positif tanpa syarat, hal ini harus ada ketika menerima konseli
agar terapi berhasil, konselor harus bisa memiliki sebentuk rasa suka atau atau hormat pada konseli. Konselor tidak boleh menghakimi penampilan,
pikiran, tindakan, dan perasaan konseli. Hubungan antara konselor dan konseli pada konseling behavior ini sangat
diharapkan mencapai hubungan yang benar-benar membuat konseli nyaman, tiga hal yang harus diperhatikan oleh konselor behavioristik adalah dengan
memperhatiakn teknik empati, penghargaan tanpa syarat unconditioning positive regard dan kongruensi Genuiness.
2.4.2 Tujuan Konseling