2. Penghapusan hasil belajaryang tidak adaptif
3. Member pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
4. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak
dairi atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai adjustive
5. Konseli belajar perilaku baru dengan mengeliminasi perilaku yang
maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan 6.
Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
Dalam perumusan tujuan konseling, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tujuan konseling dirumuskan sesuai keinginan konseli,
konselor harus bersedia membantu konseli mencapai tujuan konseli, harus mempertimbangkan kemampuan konseli untuk mencapai tujuan Huber
Millman, 1972 dalam Gantina Komalasari 2011:156. Konselor dan konseli bersama-sama mengidentifikasi resiko yang berhubungan dengan tujuan dan
menilai resiko tersebut, bersama mendiskusikan kebaikan yang diperoleh dari tujuan, dan konselor membatu konseli menjabarkan bagaimana dia akan bertindak
di luar cara-cara sebelumnya.
2.4.3 Prosedur atau Tahap Konseling Behavior
Konseling behavior hakekatnya merupakan suatu proses membantu individu untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan
tertentu. Hubungan antara konseli dengan klien sangat tergantung kepada masalah yang dihapai oleh klien. Masalah yang pengentasannya banyak membutuhkan
latihan akan mengarahkan konselor untuk lebih banyak berperan sebagai pelatih atau instruktur.
Menurut Rosjidan 1994 dalam Komalasari 2011:157 konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu: melakukan asesmen assessment,
menetukan tujuan goal setting, mengimplementasikan teknik technique implementation, dan evaluasi serta mengakhiri konseling evaluation-
termination. Penjabarannya adalah sebagai berikut: 1.
Melakukan Asesmen Assesment Tahap ini bertujuan untuk menetukan apa yang dilakukan oleh konseli pada
saat ini. Asesmen dilakukan adalah akativitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Kanfer dan Saslow 1969 dalam Komalasari 2011:158 mengatakan terdapat
tujuh informasi yang digali dalam asesmen, yaitu: 1
Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang dianalisi adalah tingkah laku yang khusus.
2 Analisis situasi yang di dalamnya masalah konseli terjadi. Analisis ini
mencoba untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya antecedent dan consequence sehubungan dengan
masalah konseli. 3
Analisis motivasional 4
Analisis self control, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku bermasala ditelusuri atas dasar bagaiman kontrol itu dilatih dan atas
dasar kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self-control
5 Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan
konseli diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan hubungan ini dianalis
juga. 6
Analisis lingkunga fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma- norma dan keterbatasan lingkungan.
Dalam kegiatan asesmen ini konselor malakukan analisis ABC, yaitu sebagai berikut:
A = Antecedent pencetus perilaku B = Behavior perilaku yang dipermasalahkan yang perlu dipertanyakan
kepada konseli meliputi: tipe tingkah laku, frekuensi tingkah laku, durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku
C = Consequence konsekuensi atau akibat perilaku tersebut. 2.
Menetapkan Tujuan Goal Setting Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan
kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Burks dan Engelkes 1978 mengemukakan bahwa fase goal setting disusun atas
tiga langkah, yaitu: 1 membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan, 2 memperhatikan tujuan konseli
berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur, dan 3 memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan
dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan Rosjidan, 1994:26. 3.
Implementasi Teknik Technique Implementation
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konsli menentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku
yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli tingkah laku
excessive atau deficit. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara baseline data dengan data intervensi.
4. Evaluasi dan Pengakhiran Evaluation-Termination
Menurut Komalasari 2011:160 evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli
perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi
lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi: 1
Menguji apa yang konseli lakukan terakhir 2
Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan 3
Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli
4 Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku
konseli Rosjidan, 1994:25 Selanjutnya, konselor dan konseli mengevaluasi implementasi teknik
yang telah dilakukan serta menentukan lamanya intervensi dilaksanakan samapi tingkah laku yang diharapkan menetap.
2.4.4 Teknik-Teknik Konseling Behavior