2. Teknik dirakit secara individual Teknik konseling yang digunakan pada setiap konseli berbeda-
beda tergantung pada masalah dan karakteristik konseli. Dalam proses konseling, penetuan tujuan konseling, proses asesmen,
dan teknik-teknik dibangun oleh konseli dengan bantuan konselor.
3. Metodologi Ilmiah Konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam
melakukan asesmen dan evaluasi konseling. Konseling ini menggunakan observasi sistematis, kuantifikasi data dan control
yang tepat.
2.4.2.1 Hakekat Manusia
Pendekatan behavioral didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan istematik
dan terstruktur pada konseling Menurut Rosjidan yang dikutip oleh Komalasari 2011:152. Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat
dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar. Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia
dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah launya sendiri, dapat mengatur
serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru dan dapat mempengaruhi perilaku orang lain. Pandangan tentang manusia menurut
Wulawarman 2011:8-9 yaitu sebagai berikut: 1.
Manusia pada hakekatnya bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam
alam determistik dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya.
2. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan
lingkungan, melalui hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.
3. Manusia cenderung akan mengambil stimulus yang
menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak
menyenangkan, sehingga dapat menimbulkan tingkah laku yang salah atau tidak sesuai.
Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki
kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap
tingkah laku dapat dipelajari Corey, 2013:195.
2.4.2.2 Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Mulawarman 2011:11-12 menjelaskan bahwa tingkah laku bermasalah dalam pandangan pendekatan behavioral dapat dijelaskan sebagai berikut: 1
tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, 2 tingkah
laku yang salah hakekatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah, 3 kepuasan individu terhadap tingkah lakunya bukanlah ukuran bahwa
tingkah laku itu harus dipertahankan, karena ada kalanya tingkah laku itu dapat menimbulkan kesulitan dikemudian hari, 4 adanya proses belajar yang salah dari
lingkungan, 5 manusia cenderung akan mengambil stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga dapat menimbulkan tingkah laku yang salah dan tidak
sesuai. Pribadi atau individu yang memiliki perilaku konformitas dapat di lihat
dari beberapa sudut pada umunya individu tidak ingin dipandang bereda dengan teman-temannya dan tekanan dari teman sebaya lebih dominan.
2.4.2.3 Hubungan Konselor dan Konseli