Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas

(1)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

GAMBARAN CITRA TUBUH PADA REMAJA YANG OBESITAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

KINANTI INDIKA 051301006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2009/2010


(2)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul:

Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang obesitas

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini,

saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera utara

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember

KINANTI INDIKA


(3)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Gambaran citra tubuh pada remaja yang obesitas

Kinanti Indika dan Medriani Ayu Srg, M.si

ABSTRAK

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para remaja. Semua orang tentu saja ingin menampilkan sebuah tampilan fisik yang menarik, termasuk para remaja baik putra maupun putri. Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan fisik bagus (cantik dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk (obesitas) adalah hal yang sangat ditakuti. Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai citra tubuh. citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran citra tubuh pada remaja yang obesitas. Alat ukur yang digunakan adalah skala citra tubuh dengan reliabilitas (r) = 0,933 yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori citra tubuh terhadap lima dimensi citra tubuh yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorisasian ukuran tubuh. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Sampel berjumlah 100 orang remaja yang obesitas di Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra tubuh pada remaja yang obesitas yang berada dalam kategori negatif sebanyak 28 orang (28%), kategori netral sebanyak 39 orang (39%) dan kategori positif sebanyak 33 orang (33%). Pada dimensi evaluasi penampilan 8 orang (8%) berada dalam kategori negatif, 85 orang (85%) berada dalam kategori netral, dan sebanyak 7 orang (7%) berada dalam kategori positif. Pada dimensi orientasi penampilan 2 orang (2%) berada dalam kategori negatif, 94 orang (94%) berada dalam kategori netral, dan 4 orang (4%) berada dalam kategori positif. Pada dimensi kepuasan terhadap bagian tubuh tidak ada subjek yang memiliki citra tubuh yang negatif, 94 orang (94%) berada dalam kategori netral, dan 6 orang (6%) berada dalam kategori positif. Pada dimensi kecemasan menjadi gemuk 6 orang (6%) berada dalam kategori negatif, 94 orang (94%) berada dalam kategori netral, dan tidak ada subjek yang berada dalam kategori positif dari hasil penelitian ini. Pada dimensi pengkategorisasian ukuran tubuh 4 orang (4%) berada dalam kategori negatif, 92 orang (92%) berada dalam kategori netral, dan 4 orang (4%) berada dalam kategori positif.


(4)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

The desdription of adolesence of body image towards obesity

Kinanti Indika and Medriani Ayu Srg, M.si

ABSTRACT

Obesity is problem which is scared by adolescence. All the people certainly want to show an attractive physical apperance, icluding the tenagers. Generaly, physical apperance is more important for tenagers .good physical apperance will increase the self confidence of adolescence, esecially for girls, thats why obesity is scary thing for them. Judgement about physical apperance is called as body image. Body image is ones’s positive or negative about his or her body.

The research aim to know the description of adolescence of body image towards obesity. Measurement tools that was used is body image scale pn obesity with reliability (r) = 0,933 on five dimension of obesity, apperance evaluatio, apperance orientation, body area statisfaction, overweight preocupation and self-classified weight. The method used was descirptive quantitative method. Sampling technique used was incidental sampling, the total sample was 100 adolescence in Medan.

The result of research indicated that body image of adolescence againts obesity in negative category 28 peoples (28%), neutral category 39 peoples (39%) and positive category 33 peoples (33%). In dimension of apperance evaluation in negative category 8 peoples (8%), neutral category 85 peoples (85%) and positive category 7 peoples (7%). In dimension of apperance orientation in negative category 2 peoples (2%), neutral category 94 peoples (94%) and positive category 4 peoples (4%). In dimension of body area satisfaction none of negative body image, neutral category 94 peoples (94%) and positive category 6 peoples (6%). In dimension of overweight preocupation in negative category 6 peoples (6%), neutral category 94 peoples (94%) and none of positive body image. In dimension of self classified in negative category 4 peoples (4%), neutral category 92 peoples (92%) and positive category 4 peoples (4%).

Key words : obesity, body image


(5)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul gambaran citra tubuh

pada remaja yang obesitas. Penyusunan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari

banyak pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi. Untuk itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Chairul yoel, Sp.A(K) selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Josetta M.R.T, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, arahan, dan

waktu yang diluangkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Medriani Ayu Srg, M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar

membimbing, mengarahkan dan memberikan ilmunya kepada penulis dalam membuat

proposal penelitian ini.

4. Mama tercinta Ir. Srimitha Tarigan yang telah memberikan cinta, kasih,saran,

membantu tanpa henti dalam penyebaran skala dan dukungan yang sangat besar.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada adik dan seluruh keluarga tercinta

yang telah memberikan dukungan, saran, dan doa selama ini. Semoga kita dilindungi

Allah SWT.

5. Sahabat tercinta yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan yang sangat

besar Mbak Roro (makasih mb sudah ditemanin tiap hari mencari sampel), Acid,

Sevi, Eca, Enok, Mirna, Vicky, Desti, Mitha (love you all).

6. Nani, Ira, Dewi (sama-sama berjuang kita ya wi), Dini dan seluruh teman-teman


(6)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

7. Teuku Muhammad Riyan Syahrir yang telah membantu mencarikan sampel

penelitian, memberikan dukungan, masukan atas jalannya penelitian ini,

mendengarkan keluh kesah dengan sabar.

8. Dinda, Riri, Nita makasih dukungan dan jalan-jalannya ya.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, pemulis mengucapkan

terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak

guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak

pihak.

Medan, Desember

Penulis


(7)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Halaman

SAMPUL DALAM...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

LEMBAR PERNYATAAN...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GRAFIK...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah...1

B. Perumusan Masalah...13

C. Tujuan Penelitian...13

D. Manfaat Penelitian...13

E. Sistematika Penulisan...14

BAB II LANDASAN TEORI A. Obesitas 1. Defenisi obesitas...15

2. Faktor-faktor penyebab obesitas...15

3. Dampak obesitas...19

4. Klasifikasi dan pengukuran obesitas...20

B. Citra Tubuh 1. Defenisi citra tubuh...21

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh22 3. Dimensi citra tubuh...26

C. Remaja 1. Defenisi Remaja...27

2. Usia masa remaja...28

3. Tugas perkembangan remaja...28


(8)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

D. Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel...33

B. Defenisi Operasional Variabel penelitian...33

C. Populasi dan Metode pengambilan Sampel...34

1. Populasi...34

2. Metode pengambilan sampel...35

D. Alat Ukur yang digunakan...36

1. Validitas alat ukur...37

2. Daya beda aitem...37

3. Reloiabilitas alat ukur...38

4. Hasil uji coba alat ukur...38

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...43

1. Persiapan penelitian...43

2. Pelaksanaan penelitian...46

3. Pengolahan data...46

F. Metode Analisa Data...47

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data...48

1. Gambaran umum subjek penelitian...48

2. Hasil penelitian...49

B. Pembahasan...67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...73

B. Saran...75

DAFTAR PUSTAKA...76


(9)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Halaman Tabel 1 Blue Print Distribusi Aitem Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas

Sebelum Uji Coba...39

Tabel 2 Blue Print Distribusi Aitem Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas

Setelah Uji Coba...41

Tabel 3 Blue Print Distribusi Aitem Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas yang digunakan dalam Penelitian...43

Tabel 4 Hasil Analisa Deskriptif Citra Tubuh Remaja yang obesitas...50

Tabel 5 Kriteria Kategorisasi Skor Citra Tubuh pada remaja yang Obesitas...52

Tabel 6 Hasil Analisa Deskriptif Citra Tubuh Remaja yang obesitas berdasarkan Dimensi evaluasi Penampilan...53

Tabel 7 Kriteria Kategorisasi Skor Citra Tubuh pada remaja yang Obesitas

berdasarkan Dimensi evaluasi Penampilan...54

Tabel 8 Hasil Analisa Deskriptif Citra Tubuh Remaja yang obesitas berdasarkan Dimensi Orientasi Penampilan...56

Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Skor Citra Tubuh pada remaja yang Obesitas

berdasarkan Dimensi Orientasi Penampilan...57

Tabel 10 Hasil Analisa Deskriptif Citra Tubuh Remaja yang obesitas berdasarkan

Dimensi Kepuasan Bagian Tubuh...58

Tabel 11 Kriteria Kategorisasi Skor Citra Tubuh pada remaja yang Obesitas

berdasarkan Dimensi Kepuasan Bagian Tubuh...60

Tabel 12 Hasil Analisa Deskriptif Citra Tubuh Remaja yang obesitas berdasarkan

Dimensi Kecemasan menjadi Gemuk...61

Tabel 13 Kriteria Kategorisasi Skor Citra Tubuh pada remaja yang Obesitas

berdasarkan Dimensi Kecemasan menjadi Gemuk...62

Tabel 14 Hasil Analisa Deskriptif Citra Tubuh Remaja yang obesitas berdasarkan

Dimensi Pengkategorisasian Ukuran Tubuh...63

Tabel 15 Kriteria Kategorisasi Skor Citra Tubuh pada remaja yang Obesitas

berdasarkan Dimensi Pengkategorisasian Ukuran Tubuh...64

Tabel 16 Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Jenis

Kelamin...65

Tabel 17 Hasil Uji-T Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas


(10)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Tabel 18 Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Usia...66 Tabel 19 Hasil Uji-T Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas

berdasarkan Usia...67

DAFTAR GRAFIK


(11)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Grafik 1 Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin...48

Grafik 2 Penyebaran Subjek berdasarkan Usia...49

Grafik 3 Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas...52

Grafik 4 Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Dimensi Evaluasi penampilan...55

Grafik 5 Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Dimensi orientasi Penampilan...57

Grafik 6 Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Dimensi Kepuasan Bagian Tubuh...60

Grafik 7 Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Dimensi

Kecemasan Menjadi Gemuk...62

Grafik 8 Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas berdasarkan Dimensi

Pengkategorisasian Ukuran Tubuh...64

DAFTAR LAMPIRAN


(12)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. Lampiran 1 Data Mentah Skala Ujia Coba

Lampiran 2 Data Mentah Skala Penelitian

Lampiran 3 Analisa I Reliabilitas Skala Uji Coba

Lampiran 4 Analisa II Reliabilitas Skala Uji Coba

Lampiran 5 Analisa III Reliabilitas Skala Uji Coba

Lampiran 6 Analisa Frekuensi Subjek Penelitian

Lampiran 7 Analisa Distribusi Normal Kolomogorov-Simirnov

Lampiran 8 Analisa Deskriptif Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas, Dimensi Citra Tubuh

Lampiran 9 Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas

BAB I


(13)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. A. Latar Belakang

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para

remaja. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas atau kegemukan terjadi

jika individu mengkonsumsi kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan.

Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang

berlebih dalam bentuk lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan.

Istilah obesitas dan overweight sering digunakan untuk menyatakan adanya

kelebihan berat badan, akan tetapi sesungguhnya obesitas dan overweight memiliki

arti yang berbeda. Obesitas (kegemukan) adalah ketidak seimbangan antara jumlah

makanan yang masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Orang

yang kegemukan memiliki berat badan yang berlebihan yang diakibatkan oleh

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Wikipedia, 2007). Sedangkan overweight

adalah kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang terjadi akibat

penimbunan jaringan lemak atau nonlemak meliputi otot, tulang, lemak, dan air

(Indonesian Nutrion Network, 2005). Secara umum obesitas adalah kelebihan berat

badan yang jauh melebihi berat badan normal.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari berat badannya

yang normal dianggap mengalami obesitas. Wanita memiliki lemak tubuh yang lebih

banyak dibandingkan pria, dimana perbandingan yang normal antara lemak tubuh dan

berat badan adalah sekitar 25-30% bagi wanita dan 18-23% pada pria. Seorang wanita

dikatakan obesitas apabila lemak pada tubuhnya lebih dari 30% dan pria memiliki

lemak lebih 25% (Wikipedia, 2007). Metode yang paling berguna dan banyak

digunakan untuk mengukur tingkat obesitas dan overweight adalah Indeks Massa


(14)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

(WHO) seseorang dikatakan overweight jika hasil IMT sebesar 25,0 – 29,9, sedangkan seseorang dapat dikatakan obesitas jika hasil IMTnya sebesar 30,0 – 34,9 (Aru .W

Sudoyo, 2006).

Beberapa penyebab dari terjadinya obesitas adalah dikarenakan terlalu

sedikitnya aktifitas fisik dan juga disebabkan karena kebiasaan makan yang

berlebihan. Program pengurangan berat badan yang menggunakan teknik modifikasi

perilaku untuk membantu remaja membuat perubahan dalam makanan dan latihan

menunjukkan kesuksesan. Akan tetapi, faktor genetik dan lainnya yang sama sekali

tidak berkaitan dengan kemauan dan pilihan gaya hidup membuat sebagian orang

rawan terhadap obesitas. Termasuk pula diantara faktor ini regulasi metabolisme yang

salah, ketidakmampuan mengenali sinyal tubuh akan rasa lapar dan kenyang, dan

perkembangan jumlah sel lemak yang abnormal (Papalia, 2008).

Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan

berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes

melitus, dan penyakit pernapasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah perasaan

merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu

dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologis.

Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat

erat antara psikologis dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi.

Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk

mengalami rasa putus asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala

psikologis merupakan suatu lingkaran yang tidak terputus. Seseorang yang mengalami

obesitas akan mudah merasa tersisih atau tersinggung. Hal ini akan lebih parah bila ia


(15)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

dicap sebagai orang yang susah bergaul dan mudah tersinggung. Orang yang obesitas

akan mencap sebagian dari temannya sebagai orang yang suka mengolok-olok.

Masalah psikologis yang paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan

makan. Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara

keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada.

Depresi terjadi sebagai akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila

melihat didepan cermin, seseorang tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam

realitas).

Bagi remaja putri yang mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul

adalah kepercayaan diri yang rendah dan kondisi ini berbeda jika dibandingkan

dengan remaja putra yang lebih mengutamakan prestasi dari pada mengurus bentuk

tubuh yang ideal (Dewi, 2004). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Aan (17 tahun):

“....kalau cewek badannya gendut pasti sibuk kak, yang mau ngurusin badan lah. Kalau cowok ya perduli juga sama bentuk badannya tapi bukan seperti cewek kali kak...” (Komunikasi Personal, 9 Juni 2009).

Remaja yang menderita obesitas selalu dijadikan sebagai objek ejekan dan

penampilan yang gemuk selalu di ejek dan dianggap sebagai hal yang lucu yang dapat

membuat orang lain tertawa dan dianggap jelek (Dewi, 2004). Kenyataan ini dapat

membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat berbeda dan aneh dibandingkan

dengan orang lain.

Tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik, tetapi tubuh yang gemuk

dianggap sesuatu yang memalukan (Silverstein, Perdue, Petersor dan Kelly, 1986).

Kecenderungan untuk menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak

pada masa puber dan menjadi sumber keperihatinan selama tahun-tahun awal masa


(16)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

dalam hal perkembangan dan identitas (Sheshowsky,1983). Obesitas juga dapat

menimbulkan masalah sosial bagi remaja (Kaplan, 1999). Dalam dunia sosial

menunjukkan bahwa kecantikan dan ketertarikan merupakan hal yang membuat

remaja menjadi lebih nyaman. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan remaja

yaitu menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Hurlock,

1980). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada masa ini, remaja sangat memperhatikan

penampilannya dan obesitas merupakan hal yang ditakuti oleh remaja.

Dewi (2004) juga mengatakan bahwa kebanyakan remaja putri lebih menyukai

keindahan dan memperhatikan keindahan tubuh, maka bentuk tubuh yang menarik

akan menumbuhkan rasa percaya diri pada wanita saat tampil di depan orang lain. Hal

ini sejalan dengan yang dikemukakan Almi (18 tahun):

“...ya iyalah kak, kan kalau badannya bagus, wajahnya menarik, penampilannya bagus kalau ketemu sama orang kan pasti lebih PD. Orang itu pun pasti juga merasa nyaman dengan keadaan tubuhnya. Kan gk enak juga kak kalau enggak menarik di depan orang ...“ (Komunikasi Personal, 10 April 2009)

Di Indonesia Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Indonesia

mencatat dari perkiraan 200 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah

penduduk yang ovewrweight diperkirakan 76,7 juta (17,5%) dan penderita obesitas

berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada

tahun 2000 di Jakarta, tingkatan prevalensi obesitas pada masa remaja 12-18 tahun

ditemukan 6,2% dan pada umur 17 tahun-18 tahun sebanyak 11,4%. Kasus obesitas

pada anak remaja ini banyak ditemukan pada remaja putri (10,2%) dibandingkan

dengan remaja putra (3,1%) (Sjarif, 2002). Dari hasil survey ditemukan bahwa pada

tahun 2007 ditemukan peningkatan obesitas sebesar 19,1%. Rata-rata remaja putri

membutuhkan kalori sebayak 2.200 setiap harinya, sedangkan rata-rata remaja putra

membutuhkan kalori sebanyak 2.800 per harinya. Dari data di atas dapat disimpulkan


(17)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Remaja yang berlebihan berat badan cenderung menjadi orang dewasa yang

obesitas juga, dan mereka menjadi subjek resiko fisik, sosial, dan psikologis

(Gortmaker, Must, Perrin, & Dietz, 1993). Kelebihan berat badan pada masa remaja

dapat mengarah kepada kondisi kronis yang mengancam jiwa di masa dewasa, bahkan

jika kelebihan berat tersebut menghilang (Must et al., 1992). Berdasarkan data yang

diperoleh terlihat bahwa semakin majunya suatu bangsa maka individu yang

mengalami obesitas juga meningkat dan berkembang menjadi masalah kesehatan

global yang penting (anonim, 2002).

Remaja dalam perkembangannya mengalami perubahan baik dari segi fisik

maupun psikis. Perubahan fisik pada masa remaja lebih pesat dari pada masa

kanak-kanak dan perubahan yang sangat pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi

remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya

(Hurlock, 1999). Dacey & kenny (2001) menyatakan bahwa remaja sering merasa

tidak puas akan perubahan dan penampilan mereka, sedangkan Hurlock (1980)

berpendapat bahwa hanya sedikit remaja yang megalami kateksis tubuh atau merasa

puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan yang dirasakan lebih banyak dialami di

beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi salah

satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri

selama masa remaja.

Semua orang tentu saja ingin menampilkan sebuah tampilan fisik yang

menarik, termasuk para remaja baik putra maupun putri. Bagi seorang remaja yang

bentuk tubuhnya kurang ideal, sering sekali menolak kenyataan perubahan fisiknya

sehingga mereka tampak mengasingkan diri karena merasa minder, dan bagi remaja


(18)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami semua orang yang

melaluai masa pubertas (Hurlock, 1999).

Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh yang

ideal agar menjadi kurus (Dacey dan Kenny, 2001). Pada umumnya mereka

melakukan diet, berolahraga, mealakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat

pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet untuk

menurunkan berat badan.

Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja putra pun sebagian mengalami

masalah berat badan. Bagi mereka yang memiliki bobot yang berlebihan dianggap

akan memiliki permasalahan yang cukup berat untuk mendapatkan perhatian dari

lawan jenis. Banyak remaja putera yang berharap dapat membuat tubuh mereka

sedikit kekar atau berotot dan keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan

melalui kegiatan olahraga. Namun sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga

merupakan kegiatan yang menyiksa (www.e-psikologi.com/remaja/130502.htm).

Tubuh yang kurus, bagi wanita, tidak hanya menunjukkan wanita yang aktif,

tetapi juga menyimbolkan kesuksesan dan status ekonomi yang tinggi (Rodin,

Sillberstein, & Stringel – Moore, 1984). Wanita pada umumnya menginginkan tubuh

yang langsing sebaliknya laki-laki pada umunya menginginkan tubuh yang berotot.

Wanita merasa tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya dan berusaha untuk

menurunkan berat badannya meskipun mereka sudah memiliki badan yang ideal. Hal

ini dapat disebabkan karena adanya figur ideal yang menjadi panutan yang diperoleh

dari faktor luar seperti media. Media sangat mempengaruhi gambaran ideal akan

sosok tubuh seseorang, baik itu laki-laki maupun wanita. Semakin sering melihat


(19)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Striegel & Moore (dalam Dacey & Kenny, 2001) menyatakan bahwa sejak

masa remaja wanita sudah mulai memfokuskan diri dengan penampilan mereka dan

juga sangat khawatir bila berat badan mereka tidak ideal dengan tinggi badan mereka.

Mereka juga sangat tidak toleran dengan penyimpangan yang terjadi pada tubuh

mereka, seperti obesitas atau keterlambatan perkembangan (Craig, 1990). Para remaja

meyakini bahwa jauh sebelum masa remaja bahwa gemuk itu adalah suatu yang jelek,

dan langsing itu adalah sesuatu yang dianggap cantik (Dacey & Kenny 2001).

Hurlock (1993) mengemukakan bahwa remaja pada umumnya merasa takut

pada bentuk tubuh yang terlalu gemuk, pendek, kurus, wajah yang kurang cantik atau

tampan, ada jerawat dan sebagainya. Dewi (2004) juga mengatakan, bahwa segala

hal tersebut dianggap sebagai suatu kekurangan yang membuat mereka malu, karena

remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Anggi (17 tahun):

“...memang penting kak daya tarik fisik itu. Apalagi kalau jumpa sama orang baru. Kan aku kurus kak terus banyak jerawat lagi, kalau ketemu orang baru gak PD gitu kak. Soalnya kadang aku sering diejek kak, karena jerawatku yang banyak. Pokoknya gak enak lah kak kalau kurus dan jerawatan kek gini. Heee...” (Komunikasi Personal, 9 April 2009)

Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan

fisik bagus (cantik dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada

remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk

(obesitas) adalah hal yang sangat ditakuti (Dewi, 2004). Hal ini sejalan dengan apa

yang dikemukakan oleh Dini (17 tahun)

“... kalao udah obesitas udah ngeri kali lah tu. Udahlah mengganggu kesehatan, penampilan pun kurang, kan pakai baju pun jelek. Makanya kak, kalau langsing kan lebih enak dilihat trus pun lebih cantik aja kayaknya...” (Komunikasi Personal, 10 April 2009)


(20)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai body image (Cash &

pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan istilah

citra tubuh untuk menjelaskan body image. Citra tubuh merupakan bagian dari self

image atau citra diri, dimana seseorang melihat tubuh mereka dari apa yang mereka lihat (James, 2009). Pandangan berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan

perubahan bentuk tubuhnya sehingga mereka memiliki pandangan sendiri mengenai

tubuhnya, hal ini merupakan citra tubuh yang dikemukakan (Hughes dan

Noppe,1985). Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk, 1999) citra tubuh

merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa

penilaian positif dan negatif. Berscheid (Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa

remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu

menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang

dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Dacey dan Kenny (1994)

mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran tubuh akan

menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun

hubungan yang positif dengan remaja lain.

Agustiani (2006) mengatakan bahwa penilaian negatif individu pada dirinya

akan menimbulkan perasaan tidak berdaya, artinya seseorang individu mempersepsi

adanya kekurangan dalam segi fisik, tampilan yang tidak menyenangkan dan secara

sosial tidak adekuat. Perasaan seperti ini tentu saja akan menghambat penyesuaian

dirinya. Sebaliknya, remaja yang memiliki penilaian positif terhadap dirinya akan

lebih merasa menarik dan adekuat secara sosial sehingga dapat melakukan

penyesuaian diri dengan baik.

Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia (2000) menunjukkan bahwa


(21)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada wanita saja tetapi para pria pun

terkadang memperhatikan penampilan mereka. Santrock (2003) mengatakan bahwa

perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia

12 hingga 18 tahun, baik pada remaja puteri maupun remaja putera. Wanita sudah

mulai memperhatikan penampilannya dimulai pada umur 11 tahun dan pada pria

mereka mulai memperhatikan penampilannya mulai umur 12-13 tahun (Rolfes et

al,.1998). perhatian terhadap penampilan ini lebih cepat terjadi pada wanita

dibandingkan dengan pria. Dacey & Kenny (dalam Davidson & McCabe, 2006)

karakter fisik merupakan pusat dari sense of self bagi remaja. Bagaimana mereka

memandang diri mereka sendiri untuk berperan dalam hal fungsi sehari-hari mereka.

Conger & Peterson dalam Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa pada masa

remaja, biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin

mengubah penampilan mereka. Fokus utama dari perhatian para remaja adalah tubuh

mereka (Emmons, 1996). Remaja putri sering sekali menjadi lebih tidak puas dengan

keadaan tubuhnya dikarenakan lemak di dalam tubuhnya bertambah, sedangkan

remaja putra menjadi lebih puas dikarenakan otot mereka meningkat (Gross, 1984).

Respon tersebut terwujud dalam bentuk penilaian atau evaluasi akan fisik tubuh

mereka. Penilaian tersebut berupa perasaan puas atau tidak puas akan keadaan fisik

mereka (Hurlock, 1999, Dacey & Kenny, 2001). Ketidakpuasan terhadap tubuh

berhubungan dengan ketidak cocokan antara persepsi dan keinginan untuk

memperoleh bentuk dan ukuran tubuh tertentu (bosi et al,.2006). Ketidakpuasan ini

yang pada akhirnya membuat remaja menjadi tidak percaya diri dan menganggap

penampilannya sebagai sesuatu yang menakutkan.

Remaja putri pada umumnya sering merasa tidak nyaman dengan dirinya dan


(22)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

masa pubertas (Brooks-Gunn & Paikoff, dalam Dacey & Kenny, 1997). Remaja putri

lebih mungkin untuk mengalami masalah dengan citra tubuhnya daripada remaja

putra, dan pada umumnya remaja putri sering merasa tidak puas dengan tubuhnya

(Galambus, Almeida & Petersen, 1990: Paxton et al., 1990). Smolacks (dalam Evan,

1998) menyatakan bahwa ketidakpuasan citra tubuh pada remaja putri pada umumnya

mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih kurus, sedangkan pada remaja putra

ketidakpuasan terhadap citra diri karena ingin menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan

berotot.

Ketidakpuasan terhadap tubuhnya dapat terjadi karena perubahan fisik yang

mereka alami hal ini disebabkan dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode

singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang

dimulai sejak awal masa remaja (Santrock, 1998). Pada masa remaja hanya sedikit

remaja yang merasa puas dengan tubuhnya (Hurlock, 1999). 81% menginginkan berat

badan yang ideal, 78 % remaja putri menginginkan untuk menurunkan berat badan

mereka dan hanya 14 % remaja putri yang puas dengan ukuran tubuhnya (Ersele,

Hertagoard, & Lights, 1986).

Peran masyarakat dan media, memang membawa pengaruh yang besar dalam

mendorong seseorang untuk sangat peduli pada penampilan dan citra tubuhnya.

Remaja, baik putra dan putri berupaya untuk memperoleh kepuasan akan fisik mereka

dengan menggunakan berbagai macam cara-cara (Hurlock, 1999: Dacey & Kenny,

2001; craig, 1990; Klonoff & Landryne dalam Taylor, 1999; McCabe & Ricciardeli,

2003). Para remaja ini melakukan olahraga seperti fitnes untuk memperoleh kepuasan

akan fisik mereka, cara lain yang mereka lakukan dengan diet dan menjaga pola


(23)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

yang ideal meliputi bentuk tubuh dan ukuran tubuh (Cash & Pruzinsky dalam

Thompson dkk, 1999).

Cash (2004) mengatakan bahwa bagaimana citra tubuh seseorang itu dapat

dilihat dari evaluasi penampilan, yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan

keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak

memuaskan. Selain itu dapat dilihat melalui orientasi penampilan yaitu perhatian

individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki

dan meningkatkan penampilan dirinya. Cara lain dapat dilihat melalui kepuasan

terhadap bagian tubuh yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh

secara spesifik. Kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian ukuran tubuh juga

dapat melihat bagaiman citra tubuh seseorang itu

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana citra

tubuh pada remaja yang obesitas.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran citra tubuh remaja yang obesitas?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran citra tubuh


(24)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan dua manfaat, yaitu: manfaat

secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang

menyokong perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya ilmu psikologi

perkembangan yang terkait dengan citra tubuh.

b) Penelitian ini juga diharapakan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang

berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

a) Sebagai referensi bagi remaja yang mengalami obesitas agar mendapatkan

gambaran mengenai citra tubuh.

b) Sebagai bahan referensi bagi keluarga, agar dapat memberikan informasi tentang

citra tubuh. Hal ini bertujuan agar remaja yang mengalami obesitas dapat

menerima keadaan tubuh atau fisiknya secara positif atau baik.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun

sistematika penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi pembahasan teoritis tentang obesitas, citra tubuh, dan remaja.


(25)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, defenisi operasional variabel

penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang

digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian,

interpretasi data dan pembahasan

Bab V : Kesimpulan dan Saran


(26)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. BAB II

LANDASAN TEORI

A. Obesitas

1

. Defenisi obesitas

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan di dalam badan atau

kegemukan yang berlebihan (KBBI, 1996). Papalia dan Olds (1995) mengatakan

bahwa obesitas atau kegemukan terjadi jika individu mengkonsumsi kalori yang

berlebihan dari yang mereka butuhkan. Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa

obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang berlebih dalam bentuk lemak yang

berdampak buruk bagi kesehatan.

Pengertian obesitas dalam psikologis menurut Wurtman & Wurtman (1996)

adalah simpanan energi yang berlebihan dalam bentuk lemak, yang berdampak buruk

bagi kesehatan dan perpanjang usia.

Dari penjelasan-penjelasan dapat disimpulkan bahwa obesitas merupakan

keadaan yang tidak dikehendaki, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang

berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal.

2. Faktor-faktor penyebab obesitas

Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Zainun Mu’tadin (2002) mengemukakan bahwa

faktor-faktor penyebab obesitas diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu

bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak / olahraga, emosi, dan faktor

lingkungan.


(27)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Seringkali kita menjumpai anak-anak yang gemuk dari keluarga yang salah satu

atau kedua orang tuanya gemuk juga. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik

telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Pada

saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar

dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi

selama dalam kandungan. Dengan demikian tidak heran apabila bayi yang

dilahirkan pun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.

b) Kerusakan pada salah satu bagian otak

Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol yang terletak pada

suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus merupakan sebuah

kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian

lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak

pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi

oleh unsur kimiawi dari darah.

Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu

hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat

makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan

(pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila

HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati

kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila

kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan

kegemukan.

c) Pola makan berlebihan

Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang kegemukan. Orang


(28)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan,

atau saatnya waktu makan. Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan,

bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan yang berlebihan inilah yang

menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki

kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

d) Kurang gerak atau olahraga

Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energi tubuh. Pengeluaran

energi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara

umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme

basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.

Walaupun aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga dari pengeluaran energi

seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang kegemukan aktivitas fisik

memiliki peran yang sangat penting. Ketika berolahraga kalori terbakar, makin

sering berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak

langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang bekerja dengan

duduk seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi olah

raga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat

membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya

metabolisme normal.

e) Pengaruh emosional

Pada beberapa kasus obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi.

Orang-orang yang memiliki permasalahan menjadikan makanan sebagai pelarian

untuk melampiaskan masalah yang dihadapinya. Makanan juga sering dijadikan


(29)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

kehidupannya. Dengan menjadikan makanan sebagai pelampiasan penyelesaian

masalah maka apabila tidak diimbangi dengan aktifitas yang cukup akan

menyebabkan terjadinya kegemukan.

f) Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk.

Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah

simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk

menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor

eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah

psikologis sehubungan dengan kegemukan.

3. Dampak obesitas

Kegemukan pada remaja dalam jangka panjang dapat memicu berbagai

penyakit seperti, jantug koroner, diabetes melitus, fungsi paru, peningkatan kadar

kolestrol, gangguan ortopedik karena menopang tubuh yang berat, gangguan

pernafasan saat tidur, dapat terserang infeksi pernafasan, kelainan pada kulit,

kegemukan yang terjadi pada masa anak-anak dapat berlanjut hingga dewasa

(Wikipedia, 2007).

Dampak obesitas yang dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka

panjang yang tertera di bawah ini :

1. Gangguan psiko-sosial : Rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari

lingkungan. Hal ini dikarenakan anak obesitas seringkali menjadi bahan hinaan


(30)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

melaksanaan suatu tugas/kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan

pergerakan oleh kegemukannya.

2. Pertumbuhan fisik/linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebihlanjut

dibanding usia biologisnya.

3. Masalah ortopedi : Seringkali terjadi slipped capital femoral epiphysis dan

penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.

4. Gangguan pernafasan : Sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok,

kadang-kadang terjadi opnea sewaktu tidur, sering ngantuk siang hari. Bila

gangguan sangat berat disebut sebagai sindrom Pickwickian, yaitu adanya

hipoventilasi alveolar.

5. Gangguan endokrin : Menars lebih cepat terjadi karena sampingan faktor

emosional, untuk terjadinya menars diperlukan jumlah lemak tertentu sehingga

anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup tersedia, menars akan terjadi lebih

dini.

6. Obesitas akan berelanjutk sampai dewasa, terutama bila obesitas mulai pada

pra-pubertal.

7. Penyakit degenaratif dan penyakit metabolik : hipertensi, penyakit jantung,

koroner, diabetes melitus, hiperlipoproteinemia, hiperkolesterolemia (dalam

Nasar, 1995).

4. Klasifikasi dan Pengukuran Obesitas

Klasifikasi berat badan berdasarkan World Health Organization (WHO)

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori


(31)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

18,5-24,9 Berat badan normal

25-29,9 Berat badan lebih

30-34,9 Obesitas I

35-39,9 Obesitas II

>39,9 Sangat obesitas

Untuk mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai

pengukur pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT)

untuk menentukan berta badan yang lebih dan obesitas pada seseorang (Aru W.

Sudoyo, 2006). Cara untuk mengukur IMT adalah :

) (

) ( )

( 2

m n tinggibada

kg beratbadan IMT

atubuh

Indeksmass =

Indeks massa tubuh digunakan untuk menentukan banyaknya lemak yang

tersimpan dalam tubuh dengan membandingkan berat badan (dalam kilogram) dengan

kuadrat tinggi badan (dalam meter) seseorang. Pengukuran indeks massa tubuh

membagi berat badan menjadi empat jenis, yaitu underweight (kekurangan berat

badan), berat badan yang ideal, overweight (kelebihan berat badan), obese

(kegemukan).

B. Citra tubuh

1. Defenisi citra tubuh

Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra tubuh adalah ide seseorang

mengenai penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain. Papalia, Olds, dan


(32)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

mengenai penampilan seseorang. Dacey & Kenny (2001) menyatakan bahwa citra

tubuh adalah keyakinan seseorang akan penampilan mereka di hadapan orang lain.

Schlundt dan jhonson (1990) mengatakan bahwa citra tubuh merupakan

gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan

bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Basow (1992)

menjelaskan bahwa citra tubuh merupakan bagaimana kita menerima dan juga

merasakan tentang tubuh kita.

Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai citra tubuh (Cash &

pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999). Menurut Cash & Pruzinsky (dalam

Thompson dkk, 1999) citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap

tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Berscheid (Papalia & Olds,

2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran

tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya

sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Dacey dan

Kenny (1994) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran

tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan

membangun hubungan yang positif dengan remaja lain.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah penampilan

seseorang terhadap dirinya untuk dihadapakan atau ditunjukkan kepada orang lain.

Citra tubuh juga menggambarkan bagaimana seseorang dapat memandang dirinya

secara positif atau negatif

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh

Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh adalah:


(33)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam

perkembangan citra tubuh seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga sependapat

bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah

dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh

dibandingkan pria (Cash & Brown, 1989: Davidson & McCabe, 2005: Demarest

& Allen, 2000: Furnaham & Greaves, 1994:, Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988

dalam Hubley & Quinlan, 2005).

Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan

teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan

wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk

menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh

lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan

model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk

menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang

sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat badan (Anderson &

Didomenico, 1992).

2. Usia

Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh menjadi penting (Papalia & Olds,

2003). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol

berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja

putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan

menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat menyebabkan remaja

putri mengalami gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri


(34)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak [uasa denagn

tubuhnya (Papalia & Olds, 2003).

c) Media Massa

Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang

muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan

laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann

(dalam Cash &purzinsky, 2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi

pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.

Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton

televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi

tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan

adalah

Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki,

kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat.

Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan

memiliki tubuh yang berotot.

4.) Keluarga

menurut teori social leraning, orang tua merupakan model yang paling penting

dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya

melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash

& Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana

orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan

bagaiman wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi


(35)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi

lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi

oleh orangtua sama seperti harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh.

Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa

komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang

besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan

melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan

memberikan pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah

sesuatu yang normal.

5. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri

dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri

termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal

inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan

gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan

koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap

penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan

interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai

tubuh.

Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback

mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang

bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat

mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses


(36)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.

Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan

interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi

pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana seseorang berpikir

dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik

psikologis (chase, 2001).

3. Dimensi citra tubuh

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai citra tubuh

pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relation

Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash. Pengukuran gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada alat ukur

yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).

Cash (2004) mengemukakan adanya lima dimensi citra tubuh, yaitu:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari

penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta

memuaskan dan tidak memuaskan.

b. Appearance Orientation (Orientasi penampilan), yaitu perhatian individu

terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan penampilan dirinya.

c. Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur

kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut,

tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang,

perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara


(37)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

d. Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur

kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan,

kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi

pola makan.

e. Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur

bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus

sampai sangat gemuk.

C. Remaja

1. Defenisi remaja

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Santrock (2001) menyatakan bahwa remaja merupakan

suatu periode dalam perkembangan yang merupakan transisi antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa, melipiutu perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial.

Sarwono (2001) menyaakan bahwa remaja berada dalam periode transisi

antara anak-anak dan orang dewasa dengan segala perkembangan biologis, kognitif,

dan psikososial.

2. Usia masa remaja

Menurut Hurlock (1999) batasan usia masa remaja adalah 13 tahun – 17 tahun.

Batasan usia untuk remaja Indonesia adalah antara usia 11 tahun – 24 tahun.

Pertimbangan bahwa usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda

seksual sekunder mulai tampak dan batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal

untuk individu yang belum memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun

secara psikologis. Individu yang sudah menikah dianggap dan diperlakukan sebagai


(38)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Santrock (1998) berpendapat bahwa masa remaja di awali pada usia yang berkisar 10

tahun – 13 tahun dan berahir di usia 18 tahun 22 tahun.

3. Tugas perkembangan remaja

Havinghurst (dalam Bigner, 1994, Hurlock, 1999) secara umum menyebutkan

tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu:

1. Mencapai hubungan baru dan hubungan yang lebih dewasa dengan teman seusia

dari dua jenis kelamin

2. Mencapai peran sosial yang maskulin dan feminim

3. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang yang lebih

dewasa

5. Mencapai kepastian atau jaminan akan kemandirian ekonomi

6. Menyeleksi dan mempersiapkan pekerjaan

7. Mempersiapkan diri untuk rencana pernikahan dan menghadapi kehidupan

berkeluarga

8. Mengembangankan kemampuan intelektual dan konsep-konsep yang di perlukan

terhadap

9. Memiliki rasa tanggung jawab secara sosial.

4. Perkembangan fisik remaja

Masa remaja di mulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode

yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh

yang di mulai sejak awal masa remaja. Perubahan hormonal tersebut menyebabkan


(39)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja

adalah perubahan tubuh yaitu badan menjadi semakin panjang dan tinggi. Selanjutnya

mulai berfungsinya alat reproduksi yang di tandai dengan haid pada remaja putri dan

mimpi basah pada remaja putra. Perubahan-perubahan fisik ini menyebabkan

kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang

terjadi pada dirinya (Sarwono, 2006).

D. Gambaran citra tubuh pada remaja yang obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para

remaja. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas atau kegemukan terjadi

jika individu mengkonsumsi kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan.

Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang

berlebih dalam bentuk lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan.

Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan

berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes

melitus, dan penyakit pernapasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah perasaan

merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu

dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologis.

Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat

erat antara psikologis dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi.

Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk

mengalami rasa putus asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala

psikologis merupakan suatu lingkaran yang tidak terputus.

Masalah psikologis yang paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan makan. Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada.


(40)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Depresi terjadi sebagai akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan cermin, seseorang tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas).

Bagi remaja putri yang mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul

adalah kepercayaan diri yang rendah dan kondisi ini berbeda jika dibandingkan

dengan remaja putra yang lebih mengutamakan prestasi dari pada mengurus bentuk

tubuh yang ideal (Dewi, 2004).

Remaja yang menderita obesitas selalu dijadikan sebagai objek ejekan dan

penampilan yang gemuk selalu di ejek dan dianggap sebagai hal yang lucu yang dapat

membuat orang lain tertawa dan dianggap jelek (Dewi, 2004). Kenyataan ini dapat

membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat berbeda dan aneh dibandingkan

dengan orang lain.

Tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik, tetapi tubuh yang gemuk

dianggap sesuatu yang memalukan (Silverstein, Perdue, Petersor dan Kelly, 1986).

Kecenderungan untuk menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak

pada masa puber dan menjadi sumber keperihatinan selama tahun-tahun awal masa

remaja (Hurlock 1980). Remaja putera dan putri yang obesitas memiliki kesulitan

dalam hal perkembangan dan identitas (Sheshowsky,1983). Obesitas juga dapat

menimbulkan masalah sosial bagi remaja (Kaplan, 1999).

Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh yang

ideal agar menjadi kurus (Dacey dan Kenny, 2001). Pada umumnya mereka

melakukan diet, berolahraga, mealakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat

pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet untuk

menurunkan berat badan.

Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja putra pun sebagian mengalami


(41)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

akan memiliki permasalahan yang cukup berat untuk mendapatkan perhatian dari

lawan jenis. Banyak remaja putera yang berharap dapat membuat tubuh mereka

sedikit kekar atau berotot dan keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan

melalui kegiatan olahraga. Namun sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga

merupakan kegiatan yang menyiksa (www.e-psikologi.com/remaja/130502.htm).

Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan

fisik bagus (cantik dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada

remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk

(obesitas) adalah hal yang sangat ditakuti (Dewi, 2004).

Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai body image (Cash &

pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan istilah

citra tubuh untuk menjelaskan body image. Menurut Cash & Pruzinsky (dalam

Thompson dkk, 1999) citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap

tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif.

Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia (2000) menunjukkan bahwa

wanita lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan pria. Penjelasan ini bukan

berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada wanita saja tetapi para pria pun

terkadang memperhatikan penampilan mereka. Santrock (2003) mengatakan bahwa

perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia

12 hingga 18 tahun, baik pada remaja puteri maupun remaja putera.

Conger & Peterson dalam Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa pada masa

remaja, biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin

mengubah penampilan mereka. Fokus utama dari perhatian para remaja adalah tubuh


(42)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

keadaan tubuhnya dikarenakan lemak di dalam tubuhnya bertambah, sedangkan


(43)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang paling penting dalam penelitian

ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2000)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan

akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Hadi, 2000).

Hasan (2003) menyatakan bahwa hasil penelitian deskriptif berupa deskripsi

mengenai variable-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata,

atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di setiap variable. Dalam pengolahan

dan analisa data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif.

A. Identifikasi Variabel

Variable yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah citra tubuh pada remaja

putri yang obesitas.

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

citra tubuh adalah penilaian seseorang terhadap penampilan dirinya untuk

dihadapakan atau ditunjukkan kepada orang lain. Citra tubuh juga menggambarkan

bagaimana seseorang dapat memandang dirinya secara positif dan negatif. Seseorang

yang memiliki citra tubuh yang positif maka dapat menerima dirinya sebaiknya jika


(44)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

adanya. Citra tubuh dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan dimensi citra tubuh yang dikemukakan oleh Cash

(2004), yaitu:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan) b. Appearance Orientation (Orientasi penampilan)

c. Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bentuk tubuh)

d. Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk) e. Self-Classified Weight (Pengkategorisasian ukuran tubuh)

skor total pada skala citra tubuh merupakan petunjuk gambaran tubuh yang

positif dan negative. Skor citra tubuh yang tinggi berarti bahwa seseorang memiliki

citra tubuh yang positif dan skor citra tubuh yang rendah berarti seseorang memiliki

citra tubuh yang negatif.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi

sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama .

kemudian akan diambil wakil dari populasi yang disebut sampel penelitian (Hadi,

2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja. Adapun karakteristik populasi

penelitian ini adalah:

a) Remaja (10 tahun-22 tahun)

Santrock (1998) mengatakan bahwa masa remaja diawali pada usia berkisar 10


(45)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

b) Mengalami obesitas

Peneliti menggunakan sampel yang mengalami obesitas tingkat 1, tingkat 2 dan

sangat obesitas.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai subjek yang akan diteliti (Hadi,

2000). Menurut Azwar (2004), secara tradisional, statistika menganggap bahwa

jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Adapun jumlah subjek

yang digunakan dalam uji coba alat ukur adalah 70 orang, sedangkan subjek yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang.

2. Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil

sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel

yang mewakili populasi (Hadi, 2000). Metode pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Menurut Hadi (2000), incidental

sampling diperoleh semata-mata dari keadaan - keadaan insidental atau kebetulan.

D. Alat ukur yang digunakan

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian

yang mempunyai tujuan untuk mengungkapkan fakta mengenai variabel yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode

self-reports. Metode self-reports berasumsi bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang


(46)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

2000). Sesuai dengan metode self-reports maka penelitian ini menggunakan skala

gambaran tubuh untuk memperoleh gambaran tubuh remaja yang obesitas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima dimensi gambaran tubuh,

yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh,

kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian ukuran tubuh. Skala ini menggunakan

skala model Likert. Skala ini terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk pernyataan

mengenai dimensi “kepuasan area tubuh”, pilihan jawaban yang digunakan adalah:

Sangat Puas (SP), Puas (P), Tidak Puas (TP), dan Sangat Tidak Puas (STP). Skala

disajikan dalam bentuk pertanyaan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak

mendukung). Nilai pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan

favorable yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan untuk bobot pernyataan unfavorable yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.

1. Validitas alat ukur

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang

akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar,

2004). Di dalam penelitian ini akan di uji validitasnya berdasarkan validitas isi.

Validitas isi tes di tentukan melalui pendapat profesional (profesional judgement)

dalam proses telaah soal. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi

dengan dosen pembimbing.

2. Daya beda aitem

Daya beda aitem yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek

yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Selain itu, indeks daya beda aitem


(47)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

skala secara keseluruhan yang dikenal dengan konsistensi aitem total. Pengujian daya

diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi

skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total

(rix) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan

aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix≥ 0,275.

Pengujian daya diskriminasi aitem pada skala sikap dilakukan dengan

mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 15.

3. Reliabilitas alat ukur

Menurut Azwar (2004), reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran dapat dipercaya. Prosedur pengujian reliabilitas yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah koefisien reliabilitas alpha. Data untuk menghitung

koefisien reliabilitas alpha diperoleh melalui penyajian satu bentuk skala yang

dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (single-trial administratio).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada

dalam rentang 0 sampai dengan 1. koefisien reliabilitas semakin mendekati angka 1

menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin

mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki. Teknik koefisien

alpha untuk menguji reliabilitas alat ukut dihitung dengan bantuan program SPSS

versi 15.


(48)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana

alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang diukur dan seberapa jauh alat ukur

menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2004). Setelah alat ukur disusun, maka

tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba

dilakukan pada 70 orang remaja yang mengalami obesitas di kota Medan. Dalam

skala citra tubuh yang disebar terdapat 60 aitem.

Tabel 1 menunjukkan blue print skala citra tubuh sebelum dilakukan uji coba.

Tabel 1. Blue print Distribusi Aitem Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas Sebelum Uji Coba

N o

Dimensi Indikator Perilaku No. Aitem Jumla

h (%)

Fav Unfav

1. Evaluasi penampilan (Apperance Evaluation) -individu menganggap penampilannya menarik atau memuaskan

1,6,10,15,20,22 3,8,13,17,25 ,27

12

2. Orientasi penampilan (Apperance Orientation) -individu memperhatikan penampilannya dengan melakukan usaha

4,9,18,26,29,44 2,7,14,51,57 ,59

12

3. Kepuasan terhadap bagian tubuh (Body Area Satisfaction) -kepuasan terhadap wajah -kepuasan terhadap bagian bawah (paha, 5,11,19,23,34,3 8 16,21,28,36, 40,52 12


(49)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010. pantat, pinggul, kaki) -kepuasan terhadap bagian tegah (pinggang, perut) -kepuasan terhadap bagian atas (dada, bahu, lengan)

-kepuasan terhadap rambut 4. Kecemasan

menjadi gemuk (Overweight Preocupation )

- membatasi pola makanan - kewaspadaan terhadap berat badan 24,30,39,45,50, 53 12,31,35,37, 41,54 12

5. Pengkategoria n ukuran tubuh (self-classified weight)

-berat badan 33,43,47,49,55, 58

32,42,46,48, 56,60

12

Total 30

50%

30 50%

60 100% Keterangan tabel 1 :

F : Aitem favorable

UF : Aitem tidak favorable

Hasil uji coba alat ukur di olah melalui tiga kali pengujian agar memperoleh

reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0,275.


(50)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

beda tinggi (di atas 0,275) bergerak dari 0,392 sampai 0,694 (N=33). Tabel 2

menunjukkan blue print skala citra tubuh pada remaja yang obesitas setelah uji coba.

Tabel 2. Blue print Distribusi Aitem Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas Setelah Uji Coba

N o

Dimensi Indikator Perilaku No. Aitem Jumla

h (%)

Fav Unfav

1. Evaluasi penampilan (Apperance Evaluation) -individu menganggap penampilannya menarik atau memuaskan

1,6,10,15,20,22 3,8,13,17,25 ,27

12

2. Orientasi penampilan (Apperance Orientation) -individu memperhatikan penampilannya dengan melakukan usaha

4,9,18,26,29,44 2,7,14,51,57

,59

12

3. Kepuasan terhadap bagian tubuh (Body Area Satisfaction) -kepuasan terhadap wajah -kepuasan terhadap bagian bawah (paha, pantat, pinggul, kaki) -kepuasan terhadap bagian tegah (pinggang, perut) -kepuasan terhadap bagian 5,11,19,23,34,3 8 16,21,28,36, 40,52 12


(51)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

atas (dada, bahu, lengan)

-kepuasan terhadap rambut 4. Kecemasan

menjadi gemuk (Overweight Preocupation )

- membatasi pola makanan - kewaspadaan terhadap berat badan 24,30,39,45,50, 53 12,31,35,37, 41,54 12

5. Pengkategoria n ukuran tubuh (self-classified weight)

-berat badan 33,43,47,49,55, 58

32,42,46,48,

56,60

12

Total 30

50%

30 50%

60 100% Keterangan tabel 2 :

Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya diskriminasi < 0,275.

Setelah memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur, peneliti

melakukan penomoran aitem yang baru untuk skala penelitian yang sebenarnya


(52)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas yang Digunakan dalam Penelitian

N o

Dimensi Indikator Perilaku No. Aitem Jumla

h (%)

Fav Unfav

1. Evaluasi penampilan (Apperance Evaluation) -individu menganggap penampilannya menarik atau memuaskan

2, 10, 15, 19 3, 6, 28, 29, 31

9

2. Orientasi penampilan (Apperance Orientation) -individu memperhatikan penampilannya dengan melakukan usaha

1, 11 5, 7 4

3. Kepuasan terhadap bagian tubuh (Body Area Satisfaction) -kepuasan terhadap wajah -kepuasan terhadap bagian bawah (paha, pantat, pinggul, kaki) -kepuasan terhadap bagian tegah (pinggang, perut) -kepuasan terhadap bagian atas (dada, bahu, lengan)

-kepuasan terhadap rambut


(53)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

4. Kecemasan menjadi gemuk (Overweight Preocupation )

- membatasi pola makanan

- kewaspadaan terhadap berat badan

13, 16, 21 33, 17 5

5. Pengkategoria n ukuran tubuh (self-classified weight)

-berat badan 9, 18, 22, 24, 26, 32

8, 23 8

Total 19

58%

14 42%

33 100%

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut

yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian terdiri dari:

a) Pembuatan alat ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala gambaran tubuh yang disusun

oleh peneliti berdasarkan lima dimensi yang dikemukakan oleh Cash (2004).

Skala ini terdiri dari 60 aitem. Penyusunan skali ini dioperasionalkan dalam

bentuk aitem-aitem pernyataan dan kemudian disebut blue print dari skala

tersebut.


(54)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

setelah alat ukur disusun, makan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 27

Oktober 2009 sampai 31 Oktober 2009 kepada 70 remaja obesitas di kota Medan.

Subjek diminta memberi respon pada alat ukur berupa skala citra tubuh pada

remaja yang obesitas. Peneliti terlebih dahulu meminta izin dan kesedian subjek

untuk mengisi skala. Kemudian peneliti menanyakan kepada subjek berat

badannya dan tinggi badannya. Apabila subjek telah memenuhi karakteristik awal

tersebut yang telah ditentukan untuk menjadi sampel penelitian, makan peneliti

menyerahkan skala citra tubuh. Hasil uji coba diolah melalui tiga kali penguian

reliabilitas agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur.

c) Revisi alat ukur

setelah peneliti melakukan uji coba alat ukut maka peneliti menguji validitas dan

reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan

reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam

alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Skala dibuat dalam

bentuk buku dari kertas berukuran A4 yang dibagi dua dengan huruf Times new

Roman ukuran 14.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur direvisi, maka dilaksanakan penelitian pada subjek yang

memenuhi ciri-ciri populasi. Penelitian dilakukan di Medan dengan melibatkan

remaja yang mengalami obesitas. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan

alat ukur berupa skala citra tubuh pada remaja yang obesitas. Subjek diminta untuk


(55)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

meminta izin dan kesediaan subjek untuk mengisi skala. Kemudian peneliti

menanyakan umur, berat badan dan tinggi subjek. Apabila subjek telah memenuhi

karakteristik awal yang telah ditentukan untuk menjadi sampel penelitian, maka

peneliti menyerahkan skala tersebut. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2

November 2009 hingga 9 November 2009 dengan melibatkan 100 subjek yang

mengisi skala.

3. Pengolahan data

Setelah diperoleh data dari skala citra tubuh pada remaja remaja yang obesitas,

maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan denga menganalisa

menggunakan bantuan program SPSS versi 15.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik.

Alasan yang mendasari digunakannya analisa statistik adalah karena statistik dapat

menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari

adalah statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat obejektif dan universal (Hadi,

2000).

F. Metode analisa data

Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisa dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan

disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas data faktualnya sehingga

semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Untuk

mendapatkan skor citra tubuh digunakan statistik deskriptif. Data yang akan diolah

yaitu skor minimum, skor maksimum, mean dan standar deviasi. Hadi (2000)


(56)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

yang diolah tidak terlalu mendalam. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian


(1)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

IDENTITAS DIRI

Nama/inisial :... Jenis Kelamin : Pria / Wanita *

Usia :...tahun Berat Badan :...Kg Tinggi Badan :...Cm

:... * = Lingkari yang sesuai

PETUNJUK PENGISISAN

Berikut ini akan disajikan 60 PERNYATAAN. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan berikut ini. Anda diminta untuk mengemukakan apakah Anda setuju dengan penyataan tersebut dengan cara memberi TANDA SILANG (X) pada salah satu jawaban yang tersedia, yaitu:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju


(2)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menganggap penampilan saya menarik X

Bila ingin mengganti jawaban yang telah Anda berikan sebelumnya, coret tanda silang (X) sebelumnya dengan dua garis (=), dan berikan tanda silang (X) pada pilihan yang sesuai.

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menganggap penampilan saya menarik X X

Bila sudah selesai, tolong periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada nomor yang terlewati.


(3)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya menganggap penampilan saya

menarik

2. Saya selalu merasa tidak cocok dengan pakaian yang saya pakai

3. Saya kurang suka dengan bentuk tubuh saya

4. Meskipun gemuk penampilan saya tetap trendy

5. Wajah saya cukup menarik

6. Walaupun tidak memiliki tubuh yang ideal tetapi saya tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi

7. Tidak ada yang perlu diperbaiki dari penampilan saya

8. Menurut saya penampilan saya buruk

9. Saya rela melakukan diet untuk

menunjang penampilan saya

10. Secara keseluruhan saya puas dengan

penampilan saya

11. Saya memiliki rambut yang indah 12. Saya tidak bisa mengontrol diri saya

untuk mengkonsumsi coklat, mie, ice-cream dan makanan lain yang dapat mengakibatkan kegemukan

13. Saya tidak percaya jika orang lain


(4)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

14. Menurut saya mengurus penampilan

hanya membuang waktu saja

15. Jika penampilan saya dipuji maka saya merasa puas

16. Saya tidak suka dengan bentuk wajah saya 17. Tidak PD rasanya memiliki tubuh yang

gemuk

18. Saya selalu ingin berpenampilan menarik 19. Saya tidak berniat untuk mengecilkan

tubuh bagian bawah saya (paha, pinggul, kaki)

20. Memiliki tubuh yang menarik merupakan hal yang penting

21. Memiliki paha yang besar membuat saya tidak puas dalam hal berpenampilan 22. Walaupun kata orang saya gemuk saya

cuek saja

23. Tidak masalah bagi saya memiliki pantat yang besar

24. Saya sangat peduli dengan pola makan yang saya konsumsi

25. Ingin rasanya memiliki tubuh yang

menarik

26. Orang yang memiliki tubuh gemuk harus memperhatikan penampilannya

27. Saya kecewa memiliki tubuh yang gemuk 28. Saya memiliki rambut yang tidak indah 29. Saya melakukan olahraga rutin untuk

menurunkan berat badan saya

30. Saya cemas dengan berat badan saya yang terus bertambah

31. Prinsip saya adalah ”jangan lewatkan makanan enak”


(5)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

32. Saya tidak PD keluar rumah karena memiliki tubuh yang gemuk

33. Tidak ada yang perlu di khawatirkan memiliki tubuh yang gemuk

34. Saya tetap PD walaupun memiliki perut yang besar

35. Saya tetap akan makan makanan yg berlemak tiap hari

36. Saya tidak menyukai bentuk perut saya 37. Berat badan tidak menjadi masalah

penting bagi saya

38. Saya senang memiliki bahu yang bidang

(PRIA)

saya nyaman memiliki dada yang besar

(WANITA)

39. Saya tidak mau memakan makanan yang mengandung lemak

40. Ingin rasanya memiliki lengan yang kecil 41. Saya tetap memakan makanan apasaja yg saya suka walaupun nantinya berat badan saya akan naik

42. Saya menjadi sensitif jika orang lain bercerita tentang berat badan

43. Masih bisa saya menerima berat badan saya seperti ini

44. Saya mengatur pola makan untuk menunjang penampilan saya

45. Saya cemas dengan pernyataan teman-teman saya yang mengatakan saya lebih gemuk dari biasanya

46. Saya berada dalam kategori kelebihan berat badan


(6)

Kinanti Indika : Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas, 2010.

48. Berat badan saya tidak sesuai dengan tinggi badan saya

49 Tidak ada yang salah dengan berat badan saya

50. Saya tidak suka makan berlebihan 51. Saya tidak peduli terhadap penampilan

saya

52. Saya memilih pakaian yang sesuai untuk menutupi pinggul saya yang besar

53. Saya cemas jika makan terlalu banyak 54. Saya tidak peduli walaupun berat badan

saya bertambah

55. Tidak masalah bagi saya jika orang lain mengatakan saya gemuk

56. Saya tidak peduli dengan berat badan saya 57. Menurut saya melakukan diet merupakan

hal yang sia-sia

58. Tidak perlu malu memiliki berat badan yang gemuk

59. Sekarang ini tidak penting bagi saya untuk memperbaiki penampilan

60. Saya sering mengeluh tentang berat badan saya