Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia.

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan uang dan efek yaitu pada tanggal 11 januari 1925 atau 13 tahun setelah terbentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta 1912. Kemudian pada tahun 1927 di bentuk bursa bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Di masa revolusi kemerdekaan, kegiatan perdagangan di bursa efek Indonesia sempat terhenti karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah memberlakukan Undang-undang darurat no. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai undang-undang no. 15 tahun 1952 tentang bursa efek. Pasar modal Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987 kurang memberikan hasil yang di harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal disebabkan oleh beberapa hal antara mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi 55 harga saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana. Sebagai upaya mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal, pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember 1987 Pakto 1988, Paket Kebijakan Desember 1988 Pakdes 1988.

4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia BEI atau Indonesian Stock Exchange merupakan akhir perjalanan panjang pasar modal Indonesia. Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan di bentuknya bursa efek di Batavia sekarang Jakarta pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu bursa efek Semarang, dan Bursa efek Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1956 yang mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal. Pada 10 Agustus pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk badan pelaksana pasar modal BAPEPAM, sebuah badan pemerintah dibawah pengawasan Deaprtemen Keuangan. Kebijakan pemerintah menerbitkan paket Desember 1987 menjadikan pasar modal di Indonesia memasuki masa “Bullish” dan membutuhkan profesionalisme dalam 56 pengelolahan bursa, oleh karena itu pada tahun1990 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi Bursa efek pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah PT. Bursa Efek Jakarta. PT. Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta pendirian No.27, di muat di hadapan notaris Ny. Siti Poerbaningsih A,SH di Jakarta pada tanggal 4 Desember 1991 dengan 221 perusahaan efek sebagai pemegang sahamnya dan modal dasar sebesar Rp 15 milyar serta modal di setor Rp 11.820 juta. Tahun 1995 merupakan era baru bagi PT. bursa efek Jakarta dengan diterapkannya system perdagangan otomatis Jakarta Automatoc Trading System atau JATS. System ini memungkinkan frekuensi perdagangan saham yang lebih besar dan menjamin perdagangan lebih wajar dan lebih transparan. Di samping itu JATS memberikan sumbangan yang besar dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan bersamaan dengan itu system ini menghubungkan dengan perdagangan, pengawasan, kliring dan penyelesaian serta system dipositori dan system akuntansi anggota bursa. Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda bangsa- bangsa di Asia termasuk Indonesia yang di mulai dengan penurunan nilai mata uang terhadap Dollar Amerika. Hal ini disebabkan spekulasi dari para pedagang Vallas, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang sendiri dan tidak 57 kalah pentingnya kurang kuatnya pondasi perekonomian yang berakibat pada lesunya pasar modal dengan ditunjukkannya penurunan nilai IHSG Indeks Harga Saham Gabungan secara tajam. 750,83 poin pada tanggal 8 juli 1997 menjadi 546,69 poin pada tanggal 30 september 1997. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian pemerintah mengumumkan melikuidasi 16 Bank swasta Nasional tetapi pengumuman ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar.

4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia