ANALISIS PENGELOLAHAN MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

ABSTRAKSI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Perumusan Masalah ... 6

1.3

Tujuan Penelitian ... 7

1.5

Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1

Penelitian Terdahulu ...

9

2.2

Landasan Teori ... 10

2.2.1

Pengertian Manajemen Keuangan ... 10

2.2.2

Pengertian Laporan Keuangan ... 11

2.2.2.1

Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 12

2.2.2.2

Tujuan Laporan Keuangan ... 13

2.2.2.3

Manfaat Laporan Keuangan ... 13

2.2.2.4

Pemakai Laporan Keuangan ... 15

2.2.3

Pengertian Modal Kerja ... 18


(2)

iii

2.2.4.1

Unsur-unsur Modal Kerja ... 21

2.2.4.2

Manfaat Modal Kerja ... 23

2.2.4.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 24

2.2.4.4

Metode Menentukan Kebutuhan Modal Kerja ... 27

2.2.4.5

Perputaran Modal Kerja ... 28

2.2.5

Profitabilitas ... 29

2.2.6

Penggunaan Rasio Sebagai Alat Analisis ... 30

2.2.7

Pengertian Kas ... 31

2.2.7.1

Perputaran Kas ... 34

2.2.8

Pengertian Piutang ... 35

2.2.8.1

Cara-cara untuk Mempercepat Perputaran

Piutang... 37

2.2.9

Pengertian Persediaan ... 37

2.2.10

Bagan dan Persamaan Du Pont... 39

2.2.11

Hubungan Perputaran Kas, Perputaran Piutang,

Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas... ... ... 40

2.2.11.1 Hubungan Perputaran Kas dengan

Profitabilitas... ... 40

2.2.11.2 Hubungan Perputaran Piutang dengan

Profitabilitas……… ... 41

2.2.11.3 Hubungan Perputaran Persediaan dengan

Profitabilitas………... ... 41


(3)

iv

2.4

Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1

Devinisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 44

3.2

Teknik Penentuan Sampel ... 45

3.3

Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.3.1

Jenis Data ... 46

3.3.2

Sumber Data ... 47

3.3.3

Pengumpulan Data………... 47

3.4

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

3.4.1

Analisis Regresi Linier Berganda ... 48

3.4.2

Uji Normalitas ... 48

3.4.3

Uji Asumsi Klasik ... 49

3.4.4

Uji Hipotesis ... 52

3.4.4.1

Uji F ... ... 52

3.4.4.2

Uji T... ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 54

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………... 54

4.1.1

Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia………...……… 54

4.1.2

Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia………...…... 55

4.1.3

Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia………... 57

4.1.4

Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek

Indonesia………... 58


(4)

v

4.1.6

Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia……...…. 60

4.2 Gambaran Umum Perusahaan……….. 61

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian……….. 68

4.3.1 Cash Turn Over (X

1

) Perusahaan Food and Beverages

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003- 2008…...……… 69

4.3.2 Receivable Turn Over (X

2

) Perusahaan Food and

Beverages di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-

2008………....… 70

4.3.3

ITO (X

3

) Perusahaan Food and Beverages di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2003- 2008………...…… 71

4.3.4 Profitabilitas (Y) Perusahaan Food and Beverages

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003- 2008……...….. 72

4.4 Analisis dan Pengujian Hipotesis……… 74

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda………... 74

4.4.2

Koefisien Determinasi Berganda (R

2

)... 75

4.4.3

Uji Asumsi Klasik………...…... 76

4.4.4

Uji Hipotesis Dengan Uji t………...…… 80

4.5 Pembahasan……….…….…. 81

4.5.1. Cash Turn Over Berpengaruh Negatif Terhadap

Profitabilitas Perusahaan Food and Beverages

di BEI………...…….. 81


(5)

vi

Profitabilitas Perusahaan Food and Beverages

di BEI... 82

4.5.3 Inventory Turn Over Berpengaruh Positif Terhadap

Profitabilitas Perusahaan Food and Beverage

di BEI... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1 Kesimpulan... 85

5.2 Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA


(6)

vii

Tabel 1: Peringkat Pertumbuhan Laba Tahun 2008 ... 2

Tabel 2: CTO Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2003- 2008 ... 69

Table 3: RTO Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2003- 2008 ... 70

Tabel 4: ITO Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2003- 2008 ... 72

Tabel 5: Profitabilitas (Y) Perusahaan Food and Beverages di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2003- 2008 ... 73

Tabel 6 : Koefisien Regresi Linier Berganda ... 74

Tabel 7 : Hasil R

2 ...

76

Tabel 8 : Data Uji Multikolinearitas ... 77

Tabel 9 : Uji Auto Korelasi ... 78

Tabel 10 : Data Uji Heteroskedastisitas ... 79


(7)

viii

Gambar 1:

Bagan Du Pont ... 39

Gambar 2 :

Kerangka Konseptual ... 42

Gambar 3 :

Bagan Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ... 60


(8)

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK

INDONESIA

Oleh :

Duwi Sri Utami

0612010227/FE/EM

ABSTRAKSI

Perusahaan yang berorientasi pada motif laba maka akan berupaya untuk

mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dan menekan biaya hingga menjadi

se-efisien mungkin. Perusahaan yang berorientasi profit motif dalam aktivitas operasinya

dituntut untuk mempertimbangkan serta memperhitungkan situasi dan kondisi perusahaan

dimasa yang akan datang. Investasi modal kerja sangat penting dalam menjaga

kelancaran operasi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Modal kerja menunjukan kekayaan perusahaan yang tertanam dalam aktiva lancar yang

terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Atas dasar pemikiran

tersebut penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengelolahan

modal kerja (perputaran kas,perputaran piutang, perputaran persediaan) sehingga dapat

efektif dan efisien.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

laporan keuangan perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian dari tahun 2003

sampai dengan 2008.Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek

Indonesia serta di dalam Indonesian Capital Market Directory yang berupa laporan

keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 yang terdiri dari laporan rugi laba

dan neraca. Untuk memenuhi tujuan penelitian, hipotesis diuji dengan analisis regresi

linier berganda.

Dari uji regresi berganda tersebut dapat disimpulkan bahwa : (1) Terdapat

pengaruh negatif perputaran kas terhadap profitabilitas. (2) perputaran piutang tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas. (3) Perputaran persediaan berpengaruh positif

terhadap profitabilitas.


(9)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan yang berorientasi pada motif laba maka akan berupaya untuk

mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dan menekan biaya

hingga menjadi se-efisien mungkin. Perusahaan yang berorientasi profit motif

dalam aktivitas operasinya dituntut untuk mempertimbangkan serta

memperhitungkan situasi dan kondisi perusahaan dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu, koordinasi secara terpadu dari berbagai fungsi manajemen

sangat diperlukan agar tercapai tujuan perusahaan yang direncanakan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan Warta Ekonomi dari laporan

keuangan di Bursa Efek Indonesia didapatkan sejumlah fakta kemampuan

perusahaan mencetak laba ( profitabilitas ). Perusahaan makanan dan

minuman yang mencetak labanya paling tinggi adalah PT. Ultra JayaMilk

Tbk (22,29%). Dan posisi terlemah dalam hal mencetak laba adalah PT.

Ades Waters Indonesia Tbk (-11,74%). Berikut ini adalah peringkat


(10)

Tabel 1: Peringkat Pertumbuhan Laba Tahun 2008

Perusahaan Pertumbuhan laba

PT. Ultra Jaya Milk Tbk 901.80%

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 163.44%

PT. Sekar Laut Tbk 87.17%

PT. Delta Djakarta Tbk 76.96%

PT. Mayora Indah Tbk 38.59%

PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 24.92%

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 15.18%

PT. Cahaya Kalbar Tbk 12.93%

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 5,51%

PT. Sekar Laut Tbk -25,61%

PT. Siantar Top Tbk -69.11%

PT. Ades Waters Indonesia Tbk -90.18%

PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -209.28%

Sumber:Warta Ekonomi 20 september 2009

Agar perusahaan dapat terus berjalan, maka perusahaan harus

menyediakan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan

operasinya. Investasi modal kerja sangat penting dalam menjaga kelancaran

operasi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Modal kerja menunjuk kepada kekayaan perusahaan yang tertanam dalam

aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan


(11)

Kelebihan jumlah aktiva lancar dapat berakibat pada realisasi

pengembalian investasi di bawah standar yang ditentukan. Namun

perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat menimbulkan

kekurangan dan kesulitan dalam kelancaran operasi (Wachowicz,1995:214).

Modal kerja diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari hutang.

Modal kerja yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli

aktiva tetap, untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan

untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, serta

untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga kelancaran operasi

perusahaan.

Komponen modal kerja yang likuid adalah kas, piutang, persediaan.

Ketiga komponen modal kerja itu harus dikelolah dengan baik agar tersedia

dengan cukup dan menguntungkan karena berhubungan dengan kegiatan

operasional perusahaan sehari-hari. Dengan demikian, setiap perusahaan

harus selalu mengawasi, merencanakan, serta menjaga tingkat modal kerja

yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau dengan kata lain perusahaan

harus melakukan manajemen modal kerja yang efisien, efektif serta berdaya

guna.

Piutang merupakan elemen modal kerja yang secara terus menerus

dalam rantai perputaran modal kerja. Apabila perusahaan menurun standar


(12)

piutang pula. Dan ini akan membawa keuntungan yang lebih besar

(Husnan,1992:36)

Modal kerja yang telah dikeluarkan diharapkan akan diperoleh

kembali dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan

produknya. Aliran dana masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut

akan segera dipergunakan kembali untuk membiayai operasi berikutnya,

demikian seterusnya. Dana berputar terus dari waktu ke waktu selama hidup

perusahaan dan lebih jauh lagi aktiva lancar berfluktuasi dengan penjualan

yang selalu berubah terus- menerus. Sebagian waktu dari manajer

dicurahkan untuk mengelolah modal kerja perusahaan (JF Weston &

Brigham,1992).

Pengelolahan modal kerja yang baik,tidak dinilai dari besar atau

kecilnya kas, piutang, maupun jumlah persediaannya. Tetapi bagaimana

mengelolah modal kerja dengan jumlah yang sama namun menghasilkan

laba yang lebih maksimal.

Menurut Munawir (2002:71-80), hubungan perputaran kas,

perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha

sangatlah erat. Sebab apabila perputaran efektif, maka perolehan labanya

sudah memadai dengan modal kerja yang ada. Dikatakan demikian karena

didalam perhitungannya,ketiga perputaran tersebut menggunakan net sales

atau penjualan bersih. Dengan demikian sudah pasti pengaruh dari


(13)

didapat dari mengurangi penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan

untuk usaha memperoleh pendapatan tersebut.

Penggunaan elemen penjualan pada perputaran kas adalah untuk

mengetahui keefektifan kas yang ada terhadap kelancaran proses produksi,

dan apakah jumlah dana yang ada pada kas tersebut cukup untuk proses

produksi. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar

maka tingkat perputaran tersebut akan rendah dan sebaliknya, apabila

jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang

tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan tujuan

perusahaan tersebut (Munawir,2002:100).

Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata

menggambarkan tingkat perputaran kas (Cash Turn Over). Semakin tinggi

perputarannya maka akan semakin efisien pula penggunaan kasnya. Tetapi

Cash Turn Over (CTO) yang terlalu tinggi berarti pula bahwa kas yang

tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan.

Perlu diketahui bahwa pengurusan kredit secara efisien dapat dapat

menghasilkan perputaran piutang yang tinggi. Suatu perputaran piutang

yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat.

Apabila tidak, maka modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama

dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan


(14)

Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk menjaga

jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi

dalam persediaan. Suatu program persediaan dan pembelian yang efisien

akan menyebabkan suatu perputaran persediaan yang lebih cepat dengan

kecepatan putaran yang lebih tinggi. Lebih cepat persediaan berputar, maka

akan lebih sedikit resiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau

jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan

perputaran persediaan juga semakin berkurang.

Berdasarkan latar belakang diatas mengidentifikasikan adanya

pengaruh pengelolahan modal kerja (perputaran kas, perputaran piutang,

perputaran persediaan) terhadap profitabilitas perusahaan Food and

Beverages di Bursa Efek Indonesia. Sehingga penelitian ini berjudul

“Analisis Pengelolahan Modal Kerja dan Pengaruhnya terhadap

Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang diuraikan diatas, maka

permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas pada


(15)

b. Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada

perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia?

c. Apakah perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada

perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas pada

perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas

pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.

c. Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap

profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek

Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan

dalam rangka pengambilan kebijakan-kebijakan yang menyangkut


(16)

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian dan berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh:

Tri Siswantini,Analisis pengelolaan Modal Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Perusahaan Manufaktur di BEJ. Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis tentang hubungan antara perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Pada perusahaan manufaktur di BEJ pada tahun 2003,dan diambil secara random sebanyak 40 perusahaan

Hasil penelitian:

a. Cash Turn Over (CTO) pada Uji-t didapat tingkat signifikansi

negatif yang lebih kecil dari α (0,05). Jadi Cash Turn Over

(perputaran kas) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

b. Receivable Turn Over (RTO) pada Uji-t didapatkan tingkat

signifikansi lebih kecil dari α (0,05). Jadi Receivable Turn Over

(perputaran piutang) berpengaruh positif terhadap profitabilitas. c. Secara Parsial (uji-t) didapat hasil untuk variabel Inventory Turn

Over bahwa thitung > ttabel yang artinya Inventory Turn Over mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas

Inventory Turn Over (perputaran persediaan) berpengaruh positif terhadap profitabilitas.


(17)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Keown, dkk (1999:8) manajemen keuangan adalah bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kesejahteraan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan.

Menurut Weston dan Copeland (1996:3) pengertian manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Meskipun fungsi dan tanggung jawab manajer keuangan berbeda-beda di setiap organisasi, namun fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha, dan pembagian deviden pada suatu perusahaan.

Manajemen keuangan menurut Husnan (2004:3) merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi keuangan ini memiliki berbagai kegiatan yang perlu dijalankan. Meskipun mungkin kegiatan- kegiatan itu berbeda- beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, tetapi sebenarnya kita bisa mengambil fungsi pokoknya yang merupakan kegiatan utama dari seorang manajer. Dengan demikian fungsi pokok manajer keuangan adalah menangani masalah penggunaan dana dan pembagian laba. Analisa


(18)

dan perencanaan keuangan berkaitan dengan pengawasan kondisi keuangan perusahaan, melakukan evaluasi kenaikan atau penurunan kapasitas produksi dan menentukan berapa besarnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan perusahaan. Analisis ini dilakukan berdasarkan neraca dan laporan laba –rugi perusahaan.

2.2.2 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Munawir (1997:5) pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk satu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau faktor rugi laba pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan) “.

Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan perusahaan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban dari suatu perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan serta laporan sumber dan penggunaan dana.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan.


(19)

Definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh Weston dan Copeland (1996:17), yakni : Financial statements report the historial performance of a firm and provide a basis, along with business and economic analysis for making projection and forecasts for the future. Artinya:laporan keuangan atau financial statement

(biasanya dalam neraca dan perhitungan rugi-laba) berisi informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang.

2.2.2.1Jenis-jenis laporan keuangan

Jenis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Neraca

Munawir (1997:13), mendefinisikan neraca sebagai berikut :

“ Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu biasanya pada waktu fiskal atau tahun kalender sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet”.

2. Laporan rugi laba

Munawir (1997:26), menyatakan bahwa : “ laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang


(20)

penghasilan, biaya, rugi /laba yang diperoleh suatu perusahaan pada periode tertentu. Penyusunan laporan rugi laba di buat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran hasil- hasil yang dicapai perusahaan pada suatu periode tertentu.”

Dengan demikian, laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukan hasil usaha (pendapatan- pendapatan ) dan biaya- biaya dari suatu unit usaha selama periode akuntansi.

2.2.2.2Tujuan laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi apa yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.(IAI, 1999:3)

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai kinerja manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini misalnya mencakup tentang keputusan untuk menahan ataupun menjual investasi mereka dalam perusahaan.


(21)

Interpretasi atau analisis terhadap laopran finansial suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan dari perusahaannya, manajer juga akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil- hasil keuangan yang akan dicapai di waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mangadakan analisis data finansial dari tahun- tahun yang lalu dapat diketahui kelemahan- kelemahan dari perusahaannya serta hasil- hasil yang dianggap cukup baik.

Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan di waktu yang akan datang (Riyanto, 1997:38). Selain manajemen, para krediturpun berkepentingan terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau nasabahnya. Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan maka kreditur terlebih dahulu melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang- hutang beserta beban hutangnya.


(22)

2.2.2.4Pemakai Laporan Keuangan

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi jaminan, pemasok, dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga- lembaganya, dan masyarakat. (IAI, 1999:2). Pada Harahap (2008:7-9)kegunaan laporan keuangan menurut:

1. Pemilik perusahaan

Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk :

 Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen;

 Mengetahui hasil deviden yang akan diterima;

 Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya;

 Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham;

 Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang;


(23)

Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan untuk:

 Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolahan kepada pemilik;

 Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian atau segmen;

 Menilai hasil kerja individu yang memberi tugas dan tanggung jawab;

 Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaam baru;

 Memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggaran dasar), pasar modal, dan lembaga regulator lainnya.

3. Investor

Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk:

 Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan;

 Manilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan;

 Menilai kemungkinan melakukan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan;

 Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang atau menilai rate of return perusahaan


(24)

4. Kreditur atau Banker

Bagi kreditur, banker, ataupun supplier laporan keuangan digunakan untuk :

 Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang;

 Menilai kualitas jaminan kredit /investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan ;

 Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan;

 Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit;

 Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati;

5. Pemerintah dan Regulator

Bagi pemerintah atau regulator, laporan keuangan dimaksudkan untuk:

 Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar;

 Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru;


(25)

 Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain;

 Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan;

 Bagi lembaga pemerintah lainnya dapat digunakan sebagai bahan penyusunan data statistik.

6. Analisis, Akademis, Pusat Data Bisnis

Bagi para analisis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moody’s, Brunstreet, Standart & Poor, Perfindo, laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisis, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.

2.2.3 Pengertian Modal Kerja 2.2.3.1Konsep Modal Kerja

Ada tiga konsep modal kerja atau definisi modal kerja yang dipergunakan, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau


(26)

yang menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktifa lancar (Gross Working Capital).

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (Net Working Capital ), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini, ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. (Munawir,2000:116)


(27)

Menurut W. B. Taylor dalam Riyanto (1997:52-53) Modal kerja dapat di golongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Modal Kerja Permanen ( Permanent Working Capital ) Yaitu modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat menjalankan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini dibedakan menjadi:

 Modal kerja primer (Primary Working Capital ) Yaitu, jumlah modal kerja minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas perusahaan dalam menjalankan usahanya

 Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Yaitu modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal.

b. Modal Kerja Variabel ( Variable Working Capital) Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

Modal kerja ini dibedakan menjadi:

 Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim


(28)

 Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital )

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur

 Modal Kerja Darurat (Emergency WorkingCapital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

2.2.4 Manajemen Modal Kerja

2.2.4.1Unsur- Unsur Modal Kerja

Sesuai dengan konsep modal kerja yang kita bahas yaitu konsep kuantitatif maka modal kerja sama dengan aktiva lancar. Jadi unsur- unsur modal kerja meliputi:

a. Kas

Kas diperlukan oleh setiap perusahaan yang sedang menjalankan operasinya dan juga dibutuhkan untuk investasi dalam aktiva tetap. Menurut Munawir (2002:14) mengemukakan definisi dari kas yaitu uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian kas yang cukup harus disediakan oleh perusahaan agar tidak mengalami kesulitan dalam menjaga kontinuitas


(29)

usahanya dan kas yang cukup juga perlu untuk menilai likuiditas suatu perusahaan.

b. Piutang

Menurut Munawir (2002:15) piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada pihak kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Piutang merupakan unsur yang paling penting dalam neraca sebagian besar perusahaan. Prosedur yang wajar dan cara pengamanan yang cukup terhadap piutang bukan saja untuk keberhasilan perusahaan tetapi juga untuk memelihara hubungan yang memuaskan dengan para pelanggan.

c. Persediaan

Persediaan adalah semua barang diperdagangkan tetapi pada tanggal neraca, barang- barang tersebut masih terdapat di gudang atau belum laku terjual, termasuk juga bahan baku. Menurut SAK (2009:14.2) persediaan adalah aktiva yang:

 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


(30)

 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies

untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa).

Perusahaan industri umumnya mengenal tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, barang dalam proses produksi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan hanya mengenal satu jenis persediaan yang mempunyai sifat perputaran yang sama dan tidak mengalami proses yang lebih lanjut yang mengakibatkan pada perubahan bentuk, yang dikenal dengan Merchandise Inventory (persediaan barang dagang).

2.2.4.2Manfaat Modal Kerja

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian- kerugian dan dapat mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

Menurut Djarwanto (2004:89), manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah:


(31)

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunya nilai aktiva lancar, misalnya nilai persediaan yang menurun karena harganya merosot.

2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi semua kewajiban- kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. 3. Menjamin perusahaan untuk dapat membeli barang

dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan lain sebagainya.

5. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggan.

7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.


(32)

8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

2.2.4.3Faktor- faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Untuk menentukan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Djarwanto,2004:91-92):

a. Sifat atau tipe dari perusahaan

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa berbeda dengan perusahaan industri. Perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, karena kebutuhan uang tunai untuk kegiatan operasinya dapat dipenuhi dari pengasilan atau penerimaan- penerimaan pada saat itu juga, sedangkan untuk perusahaan industri yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari- hari.

b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memproleh barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang yang akan diproduksi sampai barang


(33)

tersebut dijual. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut, maka semakin besar pula modal kerja yang dubutuhkan. Disamping itu, harga pokok per satuan barang juga mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan. Semakin besar harga barang per satuan, maka semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

c. Syarat pembeli bahan atau barang dagangan

Syarat pembeli barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, maka semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan barang dagangan , begitu juga sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau bahan yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

d. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan perusahaan kepada para pelanggan akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja


(34)

yang diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tidak dapat tertagih, maka sebaiknya perusahaan memberikan rangsangan berupa potongan tunai (cash discount) kepada para pembeli, karena dengan demikian pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

e. Tingkat perputaran

Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti. Semakin tinggi tingkat perputarannya, maka jumlah modal kerja yang terinvestasikan dalam persediaan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien, semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan terhadap persediaan itu.

2.2.4.4Metode Menentukan Kebutuhan Modal Kerja

Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu ditentukan dengan baik agar efektif dan efisien. Penggunaan modal kerja yang tidak


(35)

direncanakan dengan baik mengakibatkan modal kerja yang ada tidak digunakan sesuai kebijakan yang ada. Menurut Martono dan Harjito (2002:77) untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan dua metode,yaitu:

1. Metode keterkaitan dana

Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dengan metode ini, ada dua faktor yang mempengaruhinya,yaitu: a. Periode terikatnya modal kerja

Merupakan waktu yang diperlukan mulai dari kas yang ditanamkan pada komponen-komponen atau elemen-elemen moda kerja sampai menjadi kas kembali. Periode ini meliputi waktu pembelian dan penyimpanan bahan, lama proses produksi, lama barang disimpan di gudang dan lama penerimaan piutang.

b. Pengeluaran kas setiap hari

Merupakan jumlah pengeluaran kas setiap hari untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong, upah karyawan dan biaya lainnya.

2. Metode perputaran modal kerja

Berdasarkan metode ini, maka besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh perputaran dan


(36)

komponen-komponen modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan.

2.2.4.5Perputaran Modal Kerja

Menurut Riyanto (1997 : 55- 56), modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek dari pada barang yang mengalami proses produksi.

2.2.5 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,2001:122). Profitabilitas merupakan perngukuran dari keseluruhan efektivitas dan kinerja perusahaan


(37)

yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi dan produktifitas perusahaan.

2.2.6 Penggunaan Rasio Sebagai Alat Analisis

 Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas dibagi menjadi empat, yaitu: a. Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

(penjualan bersih-HPP) Penjualan bersih

b. Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Laba bersih setelah pajak

Penjualan bersih c. Return On Assets (ROA)

Laba bersih sebelum pajak Total aktiva

d. Return On Invesment (ROI) Laba setelah Pajak

Total Aktiva

e. Return on Equity (ROE) Laba bersih setelah pajak Ekuitas pemegang saham


(38)

Namun rasio yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah salah satu dari ke empat rasio yang ada diatas yaitu

Return On Assets. Dengan membandingkan antara laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva yang ada.

Menurut Weston dan Copeland (1996:232) rasio profitabilitas adalah hasil akhir besih dari berbagai kebijakan dan keputusan, rasio ini menggambarkan akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan.

Rasio yang digunakan untuk menganalisa tingkat profitabilitas adalah Return On Assets (ROA) rasio ini menunjukan tingkat pengembalian investasi atas pendapatan operasi dirumuskan dengan membagi laba bersih sebelum pajak (EBIT) dibandingkan dengan total aktiva. Dan satuan yang digunakan untuk rasio ini adalah prosentase

ROA = EBIT X 100% Total Aktiva

2.2.7 Pengertian Kas

Menurut Siswantini (2006:49-50), kas merupakan salah satu komponen modal kerja yang paling likuid. Perusahaan dapat menggunakan uang kas untuk kegiatan operasionalnya sehari-hari maupun untuk investasi baru dalam aktiva tetap.

Kas sangat menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena diantara seluruh aktiva, kas mempunyai


(39)

likuiditas yang paling tinggi. Makin tinggi jumlah kas yang dimiliki suatu perusahaan maka makin tinggi pula likuiditas perusahaan tersebut. Kendati demikian, jumlah kas yang besar tidak selalu berarti baik bagi suatu perusahaan.

Pengeluaran kas (Cash Outflow) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pengeluaran kas yang bersifat kontinyu (terus-menerus) seperti pembelian bahan mentah, membayar upah dan gaji.

Pengeluaran bersifat intermitten (kadang-kadang) seperti pajak, pembelian aktiva tetap, pembayaran hutang jangka panjang seperti pinjaman obligasi, hipotek, kredit investasi kecil, kredit modal kerja permanen.

Disamping pengeluaran kas (Cash Outflow), terdapat juga aliran kas masuk ( Cash Inflow), yang terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Penerimaan kontinyu seperti penjualan produk atau jasa, penerimaan pembayaran dari debitur.

2. Penerimaan intermitten seperti penerimaan pinjaman dari bank, penjualan saham, penjualan aktiva tetap yang sudah tidak ekonomis lagi.

Besarnya Cash Inflow dan Cash Outflow menunjukkan saldo kas yang ditahan. Semakin besar Cash Inflow, semakin besar pula saldo kas yang dapat ditahan oleh perusahaan apabila Cash Outflow


(40)

Menurut Sudarmo (1998:62) pada Siswantini menyatakan bahwa jumlah kas yang harus diperhatikan dalam posisi keuangan perusahaan yang baik (Well Finance) sebaiknya tidak kurang dari

5% sampai dengan 10% dari jumlah aktiva lancar. Besarnya uang kas yang harus dipertahankan juga dapat dikaitkan dengan

omzet penjualan.

Menurut Keynes ada tiga alasan untuk menyimpan kas yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga , motif spekulasi. Motif ini jika diberlakukan pada perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Motif transaksi:

Untuk melakukan pembayaran seperti pembelian, gaji, pajak, deviden, dan lain-lain yang timbul dari operasi bisnis sehari-hari

2. Motif berjaga-jaga:

Digunakan untuk keperluan yang tak terduga atau untuk menjaga keselamatan jika sewaktu-waktu dibutuhkan kas. Semakin jelas arus kas masuk dan keluar, semakin sedikit kebutuhan akan kas untuk berjaga-jaga. Kemampuan untuk meminjam kas dengan segera jika membutuhkan kas juga dapat mengurangi kebutuhan untuk memenuhi motif ini.


(41)

Penyediaan kas ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan- perubahan yang diharapkan dari harga surat- surat berharga(marketable security).

Menurut Horne dan Wachowich (232), penting untuk diketahui bahwa tidak seluruh kebutuhan perusahaan akan kas mengharuskan mereka untuk menyimpan kas secara terpisah. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan menyimpan sekuritas yang dapat dijual sebagai aktiva ekuivalen kas. Kebanyakan perusahaan tidak dapat menyimpan kas untuk keperluan spekulasi. Oleh karena itu, fokus diletakkan pada motif transaksi dan berjaga-jaga dimana kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan menyimpan kas dan sekuritas yang dapat dijual. Perusahaan akan diuntungkan jika penerimaan kas dapat dipercepat dan pembayaran kas dapat diperlambat.

2.2.7.1 Perputaran kas

Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (Cash

Turnover). Semakin tinggi perputarannya maka akan

semakin efisien pula penggunaan kasnya. Tetapi Cash Turnover (CTO) yang terlalu tinggi berarti pula bahwa kas yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan.


(42)

Cash Turnover =

kas rata Rata

Penjualan

 =…………kali

Rata-rata kas =

2

tahun akhir kas tahun awal

Kas

=….

2.2.8 Pengertian Piutang

Menurut Siswantini (2006:50-51), dalam menghadapi persaingan dagang antara perusahaan sejenis, maka umumnya setiap perusahaan melakukan kebijaksanaan transaksi penjualan secara kredit. Akan tetapi tidak jarang menimbulkan resiko bagi perusahaan, yaitu apabila terjadi kredit macet. Oleh sebab itu pengelolahan piutang dagang perlu dilakukan dan umumnya menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, terakhir dilakukan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan perusahaan.

Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur kebijaksanaan pemberian kredit, syarat-syarat penjualan, ditetapkannya kredit maksimum bagi pembeli dan cara penagihannya.

Perlu diketahui bahwa pengurusan kredit secara efisien dapat dapat menghasilkan perputaran piutang yang tinggi. Suatu perputaran piutang yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat. Apabila tidak, maka modal kerja akan


(43)

terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha perusahaan.

Tujuan perusahaan menginvestasikan dananya dalam piutang adalah:

 Meningkatkan penjualan

Perusahaan yang menjual secara kredit bisanya akan mampu menjual lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang menuntut pembayaran tunai atas penjualannya.

 Meningkatkan laba

Investasi dalam piutang akan meningkatkan penjualan dan diharapkan akan mampu pula memberikan laba besar bagi perusahaan. Hal ini dimungkinkan nilai kontribusi marginal atau laba kotor masih lebih besar dari biaya-biaya yang timbul akibat dari kebijaksanaan kredit perusahaan.

 Memenuhi syarat persaingan

Bila perusahaan sejenis menjual secara kredit, maka ia harus menempuh cara yang serupa agar bisa bersaing di pasaran.

Untuk mengetahui posisi hutang dan taksiran waktu pengumpulan diperoleh dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut sebagai berikut:


(44)

Tingkat perputaran piutang =

ceivable Account

Average

Sales

Re =……kali

Sedangkan untuk menghitung waktu pengumpulan piutang, yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut, sebagai berikut:

Turnover ceivable

AccountRe 360

= …….. hari

2.2.8.1Cara- cara Mempercepat Perputaran Piutang

Menurut Nitisemito (1983:97) apabila kita sanggup mempercepat perputaran piutang maka kita akan mendapatkan dua keuntungan. Keuntungan pertama adalah modal yang terikat pada piutang dapat lebih efisien. Keuntungan yang kedua adalah perputaran yang lebih cepat maka akan berarti bahwa waktu terikat modal dalam piutang akan lebih pendek sehingga keuntungan resiko diundur atau tidak dibayar lebih kecil. Untuk itu setiap perusahaan harus dapat meningkatkan perputaran dari piutangnya. Cara yang ditempuh untuk itu antara lain:

a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan atau dalam tempo waktu yang lebih pendek.

b. Mengusahakan agar barang atau jasa lebih digemari. c. Melatih salesman yang baik.


(45)

Menurut Siswantini (2006:51-52) persediaan merupakan komponen harta lancar yang memiliki tingkat likuiditas paling rendah dibandingkan dengan kas dan piutang dagang. Persediaan yang terlalu besar akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan, ada kemungkinan rugi karena kerusakan, turunnya kualitas maupun keusangan yang kesemuanya dapat memperkecil keuntungan perusahaan. Sedangkan persediaan yang terlalu kecil juga berdampak menekan keuntungan karena kekurangan material juga. Manfaat menyimpan persediaan adalah:  Mencegah hilangya kesempatan untuk menjual

 Menarik keuntungan dari potongan-potongan  Mengurangi biaya pemasaran

 Menjamin kelancaran proses produksi

Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk menjaga jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan. Suatu program persediaan dan pembelian yang efisien akan menyebabkan suatu perputaran persediaan yang lebih cepat dengan kecepatan putaran yang lebih tinggi. Lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sedikit resiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang.

Perusahaan industri umumnya mengenal tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, barang dalam proses produksi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan hanya mengenal satu jenis persediaan yang mempunyai


(46)

sifat perputaran yang sama dan tidak mengalami proses yang lebih lanjut yang mengakibatkan pada perubahan bentuk, yang dikenal dengan Merchandise Inventory (persediaan barang dagang).

Untuk mengetahui tingkat perputaran persediaan dalam satu periode tertentu, diketahui dengan rumus:

Inventory Turn Over =

Inventory Average

HPP

= …..kali

Seperti halnya dalam ratio perputaran piutang, dapat dihitung rata-rata penerimaan piutang, maka berdasarkan angka ratio perputaran, persediaanpun dapat dihitung rata-rata persediaan tersimpan di gudang sebagai berikut:

Persediaan Perputaran

360

= ….hari

2.2.10 Bagan dan Persamaan Du Pont

Bagan Du Pont adalah bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara pengembalian atas investasi, perputaran aktiva dan margin laba (Siswantini, 2006:47).

Gambar 1: Bagan Du Pont

Kemampuan = Keuntungan Penjualan × Efisiensi Aktiva menghasilkan laba

= ×

Sumber: Horne dan Wachowich (1997:148) Laba bersih

Pengembalian =setelah pajak Investasi Total aktiva

Laba bersih Margin laba = setelah pajak bersih Total aktiva

Penjualan perputaran = Aktiva total aktiva Total aktiva

Digunakan untuk mengukur keseluruhan keefektifan dalammenghasilkan laba dengan yang tersedia

Digunakan untuk mengukur laba sehubungan dengan penjualan yang dihasilkan

Digunakan untuk mengukur efisiensi dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan


(47)

Menurut Siswantini (2006:47) persamaan Du Pont adalah persamaan yang memperlihatkan hubungan antara : Margin Laba, Perputaran Aktiva dan Pengembalian atas Aktiva yang bermuara kepada pengembalian atas Ekuitas (ROE). Pengembalian atas investasi dapat diwakili oleh Return On Assets (ROA) atau Return On Equity

(ROE),sehingga Persamaan Du Pont ditunjukkan oleh besarnya ROA sebagai berikut:

ROA = Margin Laba  Perputaran Total Aktiva, atau

ROA = (Laba operasi / Penjualan)  (Penjualan / Total Aktiva) 2.2.11 Hubungan Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran

Persediaan terhadap Profitabilitas.

Menurut Munawir (2002:71-80), hubungan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha sangatlah erat. Sebab apabila perputaran efektif, maka perolehan labanya sudah memadai dengan modal kerja yang ada. Dikatakan demikian karena didalam perhitungannya,ketiga perputaran tersebut menggunakan net sales atau penjualan bersih. Dengan demikian sudah pasti pengaruh dari perputaran tersebut akan mempengaruhi laba dari perusahaan karena laba didapat dari mengurangi penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk usaha memperoleh pendapatan tersebut.

2.2.11.1 Hubungan Perputaran Kas dengan Profitabilitas

Perusahaan yang berusaha mempertahankan kas yang sangat besar maka makin banyak uang yang akan menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya (Riyanto,1997:94).

Perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar maka tingkat perputaran tersebut akan rendah dan sebaliknya, apabila


(48)

jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut (Munawir,2002:100)

Dari teori tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa perputaran kas yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas. Perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar maka tingkat perputaran tersebut akan rendah dan sebaliknya, apabila jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut.

2.2.11.2 Hubungan Perputaran Piutang dengan Profitabilitas Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang pelanggan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (Cash Inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut (Riyanto,1997:85). Dengan demikian, piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Apabila perusahaan menurun standar kreditnya, maka penjualan akan meningkat, yang berarti peningkatan piutang pula, dan ini akan membawa keuntungan yang lebih besar (Husnan,1992:36).

Jadi dari teori tersebut peneliti menyimpulkan bahwa perputaran piutang dapat meningkatkan profitabilitas Apabila perusahaan menurun standar kreditnya, maka penjualan akan meningkat, yang berarti peningkatan piutang pula, dan ini akan membawa keuntungan yang lebih besar.


(49)

Menurut Siswantini (2006), lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sedikit resiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang. Jadi keuntungan yang didapatpun lebih maksimal.

Dari teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa perputaran persediaan dapat meningkatkan profitabilitas. Lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sedikit resiko kerugian.Jadi keuntungan yang didapatpun lebih maksimal.

2.3 Kerangka Konseptual

Perputaran Kas

Perputaran piutang

Perputaran Persediaan


(50)

2.4 Hipotesis :

1. Diduga perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.

2. Diduga perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.

3. Diduga perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.


(51)

44

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi operasional dan pengukuran variabel

Variabel-variabel yang berperan dalam penelitian ini adalah hanya pada analisis pengelolaan modal kerja perusahaan yang kemudian dihubungkan dengan profitabilitas perusahaan. Untuk lebih memperjelas variabel yang akan diuji maka di bawah ini diterangkan variabel-variabel tersebut:

 Variabel independen atau disebut dengan variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel terikat (Y): Adapun variabel bebas (X) terdiri dari:

1. Cash Turn Over (X1) =

rata rata Kas

Penjualan

 = …kali 2. Receivable Turn Over (X2) =

rata rata Piutang

Penjualan

 = …kali

3. Inventory Turn Over (X3) =

rata rata Persediaan Penjualan Pokok Harga

 = … kali  Variabel Dependen atau disebut juga varibel terikat (Y)

Profitabilitas (Return On Assets) yaitu: kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Return On Assets = EBIT X 100% Total Aktiva


(52)

3.2 Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Menurut Soemarsono (2004 : 44), populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri- ciri atau karakteristik- karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dan dari hasil penelitian.

Penelitian dari penenlitian ini adalah keseluruhan perusahaan makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 17 perusahaan.

b. Sampel

Menurut Soemarsono (2004:44), sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, oleh karena itu sebuah sampel harus merupakan reprensentatif dari sebuah populasi.

Data yang diambil sebagai sampel adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang Food and Beverages yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling (metode pengambilan sampel yang tidak acak), dengan maksud untuk memperoleh sampel sesuai dengan kelompok yang akan mewakili penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan, yang merupakan perusahaan makanan dan minuman dalam rentang waktu data selama 6


(53)

tahun (2003 sampai 2008). Sampel tersebut diambil berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Perusahaan Makanan dan minuman yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode pengamatan tahun 2003-2008.

2. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan jelas untuk periode pengamatan tahun 2003-2008.

3. Perusahaan makanan dan minuman yang ROAnya mengalami fluktuasi yang cenderung menurun dari tahun 2003- 2008.

Sampel dalam penelitian ini adalah: 1. PT. Ades Waters Indonesia Tbk 2. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 3. PT. Davomas Abadi Tbk

4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

5. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk 6. PT. Sekar Laut Tbk

7. PT. Siantar Top Tbk

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian dari tahun 2003 sampai dengan 2008.


(54)

3.3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia serta di dalam Indonesian Capital Market Directory

yang berupa laporan keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 yang terdiri dari laporan rugi laba dan neraca.

3.3.3. Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan selama penelitian sebagai berikut :

1. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penyusunan penelitian ini yaitu Bursa Efek Indonesia.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mempelajari buku-buku literatur dan catatan yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Dokumenter

Yaitu suatu cara yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi yang digunakan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian.


(55)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menganalisis data yang diperoleh agar dapat ditarik suatu kesimpulan, maka digunakan metode analisis regresi linier berganda, untuk melihat pengaruh tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e……..

Dimana:

Y = laba usaha a = konstanta X1 = perputaran kas X2 = perputaran piutang X3 = perputaran persediaan b1 , b2 , b3 = koefisien regresi e = variabel pengganggu

3.4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah (Somarsono,2004:40):


(56)

 Uji Normalitas – Metode Kolmogorov Smirnov

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah:

- Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi tidak normal.

- Jika nilai signifikan ( nilai probabilitasnya ) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Syarat suatu persamaan regresi adalah harus BLUE ( Best

Linier Unbiased Estimator). Untuk menghasilkan keputusan yang

BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu tidak boleh adanya multikolinieritas, heteroskedastitas, dan autokorelasi. Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Multikolonieritas (Multicollinearity)

Multikolonieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya. Dengan kata lain, satu atau


(57)

lebih variabelnya merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam melihat nilai ( VIF ) Variance Inflation Factor dengan rumus sebagai berikut:

VIF =

Tolerance 1

VIF menyatakan tingkat “Pembengkakan” varians, apabila nilai VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat adanya gejala multikolonearitas pada persamaan regresi linier.

2. Heteroskedastitas ( Heteroscedasticity)

Heteroskedastitas artinya varians varibel-variabel independen tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel independen.

Uji heteroskedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaam varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Diagnosis adanya heteroskedastitas secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan melakukan pengujian korelasi Rank

Spearman. Apabila koefisien korelasi Rank Spaerman untuk


(58)

maka dapat dirumuskan bahwa dalam persamaan regresi terdapat heteroskedastitas.

3. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai dua observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (Date Time Series) atau data yang diambil dari waktu tertentu ( Gujarati,2003:201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak dapat gejala autokorelasi. Artinya residual ( Y observasi- Y prediksi ) pada waktu ke-t (et). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson.

Berdasarkan jumlah sampel dan jumlah variable independent menentukan nilai dL dan dU berdasarkan tabel Durbin Watson. Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan:

Tabel 2 : Tabel Durbin Watson Nilai d Kesimpulan 0 < d < dL Ada korelasi positif dL ≤ d ≤ dL Tidak ada kesimpulan dU < d < 4-dL Tidak ada auto korelasi 4-dU ≤ d ≤ 4-dL Tidak ada kesimpulan 4-dL < d < 4 Ada korelasi negatif Sumber : Gujarati (2003:201)


(59)

3.4.4 Uji Hipotesis

Prosedur pengujian statistik yang digunakan menggunakan langkah- langkah sebagai berikut:

3.4.4.1Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) secara bersama- sama (simultan)terhadap variabel dependen (Y):

Langkah- langkahnya:

a. Merumuskan hipotesis yang akan diuji

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh terhadap Y) Ha : salah satu dari βi ≠ 0 ( ada pengaruh terhadap Y) b. Menentukan level of signifikan (α) sebesar 5% atau 0,05;

dengan derajat bebas (n – k – 1), dimana: n = jumlah pengamatan

k = jumlah variabel. c. Menentukan nilai Fhitung

Fhitung =

k) -(n / R2) -(1

1) -(k / R2

Keterangan:

R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel


(60)

3.4.4.2Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pegaruh masing- masing variabel dependen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.

Langkah- langkahnya:

a. Menentukan hipotesis yang akan diuji

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 ( tidak ada pengaruh terhadap Y) Hi : β1 = β2 = β3 ≠ 0 ( ada pengaruh terhadap Y) b. Menentukan level of significant (α) sebesar 5% atau 0,05

dengan derajat bebas ( n – k ), dimana n = jumlah pengamatan

k = Jumlah Variabel c. Menentukan nilai t hitung

t hitung = ) ( i

e i

b S

b

Keterangan :

thitung = hasil perhitungan bi = koefisien regresi

Se(bi) = standard error (simpangan baku untuk masing-masing koefisien )


(61)

54

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia.

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan uang dan efek yaitu pada tanggal 11 januari 1925 atau 13 tahun setelah terbentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 di bentuk bursa bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Di masa revolusi kemerdekaan, kegiatan perdagangan di bursa efek Indonesia sempat terhenti karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah memberlakukan Undang-undang darurat no. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai undang-undang no. 15 tahun 1952 tentang bursa efek.

Pasar modal Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987 kurang memberikan hasil yang di harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal disebabkan oleh beberapa hal antara mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi


(62)

harga saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.

Sebagai upaya mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal, pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988).

4.1.2Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange

merupakan akhir perjalanan panjang pasar modal Indonesia. Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan di bentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu bursa efek Semarang, dan Bursa efek Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1956 yang mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Pada 10 Agustus pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM), sebuah badan pemerintah dibawah pengawasan Deaprtemen Keuangan. Kebijakan pemerintah menerbitkan paket Desember 1987 menjadikan pasar modal di Indonesia memasuki masa “Bullish” dan membutuhkan profesionalisme dalam


(63)

pengelolahan bursa, oleh karena itu pada tahun1990 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi Bursa efek pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah PT. Bursa Efek Jakarta. PT. Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta pendirian No.27, di muat di hadapan notaris Ny. Siti Poerbaningsih A,SH di Jakarta pada tanggal 4 Desember 1991 dengan 221 perusahaan efek sebagai pemegang sahamnya dan modal dasar sebesar Rp 15 milyar serta modal di setor Rp 11.820 juta.

Tahun 1995 merupakan era baru bagi PT. bursa efek Jakarta dengan diterapkannya system perdagangan otomatis (Jakarta

Automatoc Trading System atau JATS). System ini

memungkinkan frekuensi perdagangan saham yang lebih besar dan menjamin perdagangan lebih wajar dan lebih transparan. Di samping itu JATS memberikan sumbangan yang besar dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan bersamaan dengan itu system ini menghubungkan dengan perdagangan, pengawasan, kliring dan penyelesaian serta system dipositori dan system akuntansi anggota bursa.

Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda bangsa-bangsa di Asia termasuk Indonesia yang di mulai dengan penurunan nilai mata uang terhadap Dollar Amerika. Hal ini disebabkan spekulasi dari para pedagang Vallas, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang sendiri dan tidak


(64)

kalah pentingnya kurang kuatnya pondasi perekonomian yang berakibat pada lesunya pasar modal dengan ditunjukkannya penurunan nilai IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) secara tajam. 750,83 poin pada tanggal 8 juli 1997 menjadi 546,69 poin pada tanggal 30 september 1997. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian pemerintah mengumumkan melikuidasi 16 Bank swasta Nasional tetapi pengumuman ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar.

4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia suatu tempat yang efisien untuk perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional. Misi Bursa Efek Indonesia adalah bertekad mewujudkan Bursa Efek Indonesia berskala internasional, yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. PT. Bursa Efek Indonesia bertekad mempunyai sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi. Dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi Bursa Efek yang transparan, liquid, wajar dan efisien yang dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan Bursa-bursa


(65)

efek di dunia. PT. Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi dalam mengembangkan basis investor lokal yang lebih luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia bertekat menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrument pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestik.

4.1.4Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek Indonesia

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah sebagai berikut :

 Menunjang kebijakan pemerintah dalam pengembangan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional.

 Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam efek disamping memberikan kemudahan bagi dunia usaha untuk menarik dana dengan cara menawarkan efek yang dikeluarkannya kepada masyarakat melalui pasar modal.

 Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Seperti dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 Anggaran Dasar Perusahaan, setiap pemegang saham perusahaan harus merupakan perusahaan efek yang berbadan hukum Indonesia dan telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek.


(66)

4.1.5 Persyaratan Untuk Go Public

Perusahaan yang ingin go public harus diseleksi terlebih dahulu, perusahaan harus memenuhi persyaratan untuk mendapatkan ijin penerbitan saham, yaitu :

 Badan hukum harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

 Berkedudukan di Indonesia

 Mempunyai modal sekurang-kurangnya Rp 100 juta dan telah disetor sekurang-kurangnya Rp 25 juta

 Dalam 2 (dua) tahun buku terakhir secara berturut-turut memperoleh laba dengan ketentuan perbandingan laba bersih tahun terakhir dan modal sendiri sekurang-kurangnya 10%.

 Laporan keuangan telah diperiksa oleh akuntan publik untuk 2 (dua) tahun buku terakhir dengan pernyataan pendapat setuju (unqualified opinion)


(67)

4.1.6 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia

Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia

RUPS DEWAN KOMISARIS DIREKSI KOMISARIS: - PENCATATAN - PERDAGANGAN - KEANGGOTAAN - ANGGARAN DIREKSI HUBUNGAN MASYARAKAT DIREKTURUTAMA DIREKTUR PEMERIKSAAN DIREKTUR KEANGGOTAAN DIREKTUR PENCATATAN DIREKTUR ADMINISTRASI DIREKTUR PERDAGANGAN DIREKTUROPERASI PEMBINAAN ANGGOTA BARU PEMBINAAN EMITEN PENGAWASAN PERDAGANGAN SDM UMUM TEKNOLOGI INFORMASI

KEUANGAN PERDAGANGAN SAHAM

RISET DAN PENGEMBANG PERDAGANGAN

SURAT UTANG

PERDAGANGAN DERIVATIF Sumber : Annual Report PT. BEI


(68)

4.2. Gambaran Umum Perusahaan 1. PT. Ades Waters Indonesia , Tbk

PT. Ades waters Indonesia, Tbk didirikan dengan nama PT. Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Nama perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir kali diubah pada tahun 2004,ketika nama perseroan diubah menjadi PT. Ades Waters Indonesia, Tbk.

Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir Akta Notaris Sujipto,S.H. MKn tanggal 18 juli 2008 untuk memenuhi Undang-undang Perseroan Terbatas No.40/2007. Perubahan Anggaran dasar ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU 61646.AH.01.02. tahun 2008 tanggal 12 September 2008.

Sesuai pasal 2 Anggaran Dasarnya, perseroan dapat bergerak dalam beberapa bidang usaha. Selama tahun yang berakhir pada tanggal 31 desember 2008 dan 2007,perseroan bergerak pada bidang distribusi air minum dalam kemasan. Produksi secara komersial dimulai pada tahun 1986.

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat di Perkantoran Hijau Arkada, JL. TB Simatupang Kav. 88. Jakarta. Pabrik berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Barat.

Sampai dengan bulan Mei 208,Waters Patners Botling S.A., pemegang saham perseroan,merupakan perusahaan joint venture antara


(69)

the Coca Cola Company dan Nestle S.A. Perseroan dalam bisnis normal melakukan transaksi-transaksi dengan afiliasi dari The Coca Cola Company dan anak perusahaan / afiliasi dari Nestle S.A. Baik The Coca Cola Company maupun Nestle S.A memiliki anak perusahaan dan Afiliasi di seluruah dunia.

Pada tanggal 3 Juni 2008,Sofos Pte, Ltd,perusahaan berbadan hukum Singapura,telah mengakuisisi PT. Waters Patners Botling S.A., perusahan joint venture antara Coca Cola Company dan S.A dan pemegang hak pengendalian atas perseroan.

2. PT. Aqua Golden Mississsippi Tbk

PT. Aqua golden Mississippi Tbk perusahaan bergerak dalam industri air minum dalam kemasan. Perusahaan berkedudukan di Jl. Pulo Lentut No. 3 kawasan industri Pulo Gadung Jakarta 13920. didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal dalam Negeri No. 6 Tahun 1968, yang telah dirubah dan ditambah dengan UU No. 12 tahun 1970, berdasarkan akta notaris Tan Thong Kie, SH No. 24 tanggal 23 Februari 1973. Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/213/22 tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Berita Negara No 84 tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Lindasari Bachroem, SH No. 25 tanggal 12 Mei 1997 dalam rangka


(70)

penyesuaian terhadap UU Perseroan Terbatas; No. 1 tahun 1995. Perubahan terakhir ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-4579.HT.01.04.TH.97 tanggal 3 Juni 1997 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 84 tambahan No. 4963 tanggal 21 Oktober 1997.

3. PT Davomas Abadi Tbk

PT Davomas Abadi Tbk perusahaan bergerak dalam industri coklat (cocoa). Perusahaan berkedudukan di Jl. Pangeran Jayakarta 117 blok B/35-39 Jakarta 10730. Didirikan dalam rangka UU Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 junto UU No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta notaris Soetomo Ramelan, SH No. 25 tanggal 14 Maret 1990 disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-l0l0.HT.01.01.TH.91 tanggal 22 Maret 1991 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 61 tambahan No. 2300 tanggal 30 Juli 1991. berdasarkan akta notaris lmas Fatimah, SH No. 14 tanggal 2 November 1994 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-16.528.HT.0l.04.TH.94. Pada tanggal yang sama para pemegang saham menyetujui penawaran 17.250.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga penawaran perdana sebesar Rp. 3.300,- per saham. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, SH No. 117 tanggal 29 Agustus 2001 dan telah


(71)

dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-07163.HT.01.04.TH.2001 pada tanggal 31 Agustus 2001

4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk perusahaan bergerak dalam industri makanan mie instan. Perusahaan berkedudukan di Gedung Ariobimo Central Jl. HR Rasuna Said X-2 Kav. 5 Jakarta 12950. Didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, SH No. 228 disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan C2-291 5.HT.01.01.TH.91 tanggal 12 Juli 1991. Anggaran dasar perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir berdasarkan akta notaris No. 149 tanggal 24 Juni 1997 oleh notaris yang sama diantaranya mengenai peningkatan modal dasar perusahaan, perubahan nama dari PT. Panganjaya Intikusuma menjadi PT. Indofood Sukses Makmur dan perubahan jangka waktu berdirinya perusahaan dari terbatas menjadi tidak terbatas. Perubahan ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-7092.HT.97 tanggal 25 Juli 1997.

5. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk

PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Arikanti Natakusumah, SH, No.84 tanggal 13 Desember 1983. Akta Pendirian ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat


(72)

Keputusan No.C2-2169-HT.01.01.TH.84 tanggal 10pAprilp1984 dan didaftarkan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor pendaftaran 1218/1984 tanggal 4 Mei 1984. Sebelumnya nama Perusahaan adalah PT Putra Sejahtera Pioneerindo Tbk. Perubahan nama Perusahaan menjadi PT Pioneerindo Gourmet International Tbk adalah berdasarkan Akta Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 71 tanggal 29 Juni 2001 dari Notaris Refrizal, SH, Notaris di Jakarta. Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-06497-HT.01.04 TH 2001 tanggal 23 Agustus 2001 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 102 tanggal 21 Desember 2001.

Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham No. 79 tanggal 13 Agustus 2008, dari notaries Paulus Widodo Sugeng Haryono, SH, Notaris di Jakarta, mengenai susunan dewan komisaris dan dewan direksi Perusahaan. Akta tersebut telah diterima dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum (Sismin Bakum) Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-79006.AH.01.02.Tahun 2008, tanggal 28 Oktober 2008. Aktivitas utama Perusahaan saat ini adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dengan menggunakan merek dagang “California Fried


(1)

memang dapat meningkatkan jumlah penjualan tetapi disamping itu juga menambah berbagai biaya antara lain biaya penagihan, biaya piutang tak tertagih, biaya diskon dan lain sebagainya yang juga dapat mengurangi laba.sehingga peningkatan penjualan yang dicapai tidak secara langsung dapat menambah laba .

Menurut Horne dan Wachowich (1999:258-259), Tambahan piutang berasal dari (1) penjualan yang meningkat dan (2) peroide penagihan rata- rata yang lebih panjang. Jika para pelanggan baru tertarik dengan standar pembayaran bertahap yang lebih longgar, penagihan piutang dari pelanggan jenis ini akan lebih lambat dari pelanggan sebelumnya. Lagi pula lagi perluasan pinjaman bertahap secara liberal dapat menimbulkan keengganan pelanggan yang sudah adauntuk membayar tagihan tepat waktu.

Modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha perusahaan. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat memprediksikan laba yang diperoleh apabila mengambil kebijakan piutang.

Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswantini (2006) dengan hasil analisis secara parsial bahwa perputaran piutang (Receivable Turn Over) berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.


(2)

84

4.5.3 Inventory Turn Over Berpengaruh Positif Terhadap Profitabilitas Perusahaan Food and Beverages di BEI

Secara Parsial (uji-t) didapat hasil untuk variabel Inventory Turn Over bahwa thitung > ttabel yang artinya Inventory Turn Over mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk menjaga jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan. Suatu program persediaan dan pembelian yang efisien akan menyebabkan suatu perputaran persediaan yang lebih cepat dengan kecepatan putaran yang lebih tinggi.

Lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sedikit resiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang. Jadi keuntungan yang didapatpun lebih maksimal

Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswantini (2006) dengan hasil analisa secara parsial bahwa Perputaran kas (Inventory Turn Over) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas perusahaan manufaktur di Bursa Efek di Jakarta.


(3)

85

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Setiap perputaran kas yang meningkat maka akan terjadi penurunan profitabilitas.

b. Perputaran piutang (Receivable Turn Over) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (Return On Assets).

c. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over) berpengaruh positif terhadap profitabilitas (Return On Assets). Jadi setiap bertambahnya perputaran persediaan maka profitabilitasnya akan meningkat pula.

5.2 SARAN

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Dalam melakukan investasi (penanaman modal) pada suatu perusahaan, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya Cash Turn Over, Receivable Turn Over, Inventory Turn Over dalam suatu perusahaan. Tetapi juga harus melihat faktor-faktor fundamental lain yang mempengaruhi profitabilitas agar dalam berinvestasi investor tidak


(4)

86

spekulatif dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor yang rasional.

b. Dalam pengelolahan modal kerja yang baik,tidak dinilai dari besar atau kecilnya kas, piutang, maupun jumlah persediaannya. Tetapi bagaimana mengelolah modal kerja dengan jumlah yang sama namun menghasilkan laba yang lebih maksimal.

c. Suatu perputaran piutang yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat. Apabila tidak, maka modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha perusahaan.

d. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.


(5)

Arthur J. Keown, David F. Scott, jr, John D. Martin. J. William Petty, 2000,

Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku I, Pearson Education Asia, Pte.

Ltd, Prentice Hall – Inc, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Djarwanto, 2004, Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Gujarati, Damodar N, 2003, Basic Econometrics, 4th Edition, Mc. Graw Hill, New

York.

Harahap,Sofyan Syafri, 2008, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Horne, James C. Van dan John M, Wachowichz, Jr. 1999, Prinsip-prinsip

Manajemen Keuangan, Buku I, Simon & Schuster (Asia) Pte, Ltd,

Prentice Hall, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Husnan Suad, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Husnan, Suad, 1992, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan

Jangka Pendek), Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Kartadinata, Abas, 1981, Pembelanjaan (Pengantar Manajemen Keuangan), Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Martono dan Harjito, Agus, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.

Munawir, 1997, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nachrowi, D.Nachrowi dan Usman Hardius, 2006, Pendekatan Populer dan

Praktik Ekonometrika, Penerbit FE UI, Jakarta.

Nitisemito, Alex, 1983, Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 1997, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.


(6)

Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene, F, 1993, Dasar-dasar Manajemen

Keuangan, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Yogyakarta.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 1996, Manajemen Keuangan, Jilid I, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Widarjono Agus, 2005, Ekonometrika, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

JURNAL

Siswantini, Tri, 2006, “Analisis Pengelolaan Modal Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Equity, Vol 4, No. 2, 45-60, Juli – Desember, Universitas Pembangunan Nasional, Jakarta.