americana Mill. di masyarakat, yaitu 2 sendok makan 4 g yang direbus dengan
250 mL air, maka dianggap dosis penggunaan infusa biji alpukat P. americana Mill. pada manusia adalah 4 g70 kgBB manusia. Sehingga dibutuhkan konversi
dosis untuk diberikan pada tikus yaitu 360 mgkgBB tikus. Penelitian ini menggunakan empat peringkat dosis dengan faktor pengali
dan pembagi sebesar 1,78. Hasil perhitungan diperoleh empat peringkat dosis secara berturut yaitu, 202,24 mgkgBB; 360 mgkgBB; 640,8 mgkgBB; dan
1140,6 mgkgBB.
D. Pemeriksaan Histologis Organ Ginjal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan secara struktural pada organ ginjal. Data histopatologis organ ginjal kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah terdapat efek toksik setelah pemberian infusa biji alpukat. Apabila terdapat perbedaan
gambaran histopatologis antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dapat diduga ginjal mengalami kerusakan. Pemberian infusa biji P. americana Mill.
selama 28 hari, sebagian hewan uji tiga jantan dan tiga betina dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis. Hewan uji
yang lain dua jantan dan dua betina dikorbankan 14 hari kemudian untuk uji reversibilitas. Hasil pemeriksaan gambaran histopatologis ginjal tikus jantan dan
betina akan di lihat pada tabel I dan II.
Tabel I. Hasil perhitungan histopatologis ginjal tikus jantan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan infusa biji
P. americana Mill. selama 28 hari
Dosis Perubahan struktural pada organ ginjal n=3
DH NI
Kontrol Aquadest 14285,7 mgkgBB
2 66,6
- IBA 202,24 mgkgBB
- -
IBA 360 mgkgBB -
- IBA 640,8 mgkgBB
- 1
33,3 IBA 1140,6 mgkgBB
1 33,3
- Keterangan : IBA = Infusa Biji Alpukat
DH = Degenerasi Hidropik NI = Nefritis Interstitialis
Tabel I menunjukkan pada kontrol yang diberi aquadest dosis 14285,7 mgkgBB menunjukkan satu hewan uji tidak mengalami perubahan, sedangkan
dua hewan uji mengalami degenerasi hidropik Gambar 8. Degenerasi hidropik ditandai dengan adanya sel yang membengkak, adanya ruang kosong vakuola
dalam sitoplasma, sel membesar sehingga lumen tubulus menyempit tetapi degenerasi hidropik ini bersifat reversibel dan degenerasi hidropik ini terjadi
karena ada gangguan transport aktif dan memberikan pengaruh osmosis yang menyebabkan influks air kedalam sel sehingga terjadi perubahan morfologis, yaitu
sel yang menjadi bengkak Robbins, Cotran dan Kumar, 2007. Pada kontrol
ditemukan degenerasi hidropik, dimungkinkan karena kondisi awal dari tikus memang telah terjadi perubahan secara struktural pada organ ginjal.
Gambar 8. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan dosis IBA 1140,6 mgkgBB yang mengalami perubahan
histopatologis degenerasi hidropik: a sel epitel tubulus membengkak, keruh dan lumen tubulus menyempit, b
normal tubulus perbesaran 400x, pewarna H-E
Tikus pada
kelompok perlakuan
dosis infusa
biji alpukat
202,24mgkgBB dan 360 mgkgBB tidak menunjukkan perubahan struktural. Hal ini membuktikan pada kedua peringkat dosis 202,24 mgkgBB dan 360
mgkgBB, penggunaan infusa biji alpukat secara berturut-turut tidak merubah struktur organ ginjal hewan uji jantan. Pada dosis infusa biji alpukat 640,8
mgkgBB dua hewan uji tidak mengalami perubahan secara struktural pada organ ginjal, sedangkan satu hewan uji jantan mengalami perubahan struktural pada
organ ginjal, yaitu nefritis interstitialis Gambar 9. Nefritis interstitialis merupakan kelainan pada ginjal di mana ruang antara tubulus ginjal ditemukan
infiltrasi limfosit Kumar, Abbas dan Fausto,2010. Perubahan nefritis
a
a b
interstitialis bukan disebabkan oleh karena senyawa IBA yang diberikan, karena kejadian nefritis interstitialis membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kemungkinan keadaan awal tikus sebelum perlakuan dosis 640,8 mgkgBB sudah mengalami nefritis interstitialis. Pada dosis infusa biji alpukat 1140,6 mgkgBB
dua hewan uji tidak terjadi perubahan pada organ ginjal secara histopatologis, sedangkan satu hewan uji mengalami perubahan histopatologis berupa degenerasi
hidropik. Perubahan degenerasi hidropik yang terjadi bukan akibat perlakuan infusa biji alpukat, karena kejadian yang sama juga terjadi pada kelompok
kontrol.
Gambar 9. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan IBA 640,8 mgkgBB yang mengalami perubahan histopatologis
nefritis interstitialis: a limfosit pada jaringan interstitial, b glomerulus perbesaran 400x pewarna H-E
a
b
Tabel II. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Betina Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji
P. americana Mill. Selama 28 Hari