B. Infundasi
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara infundasi, yaitu mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau
dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infusa Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010.
C. Ginjal
1. Anatomi dan fisiologi ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ bersimpai yang berfungsi menyaring darah dan terletak di daerah retroperitoneum pada dinding posterior abdomen.
Ginjal dialiri sekitar 25 curah jantung. Ekskresi produk sisa metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam dan basa, serta
sekresi berbagai hormon dan autokoid merupakan fungsi penting dari ginjal Robbins dan Cotran, 2007.
Ginjal adalah organ dalam tubuh manusia yang berbentuk seperti kacang yang letaknya berada di sisi columna vertebralis. Ginjal dijumpai di dalam daerah
abdominal di dekat dinding posterior. Struktur dari ginjal dibagi dalam beberapa
ciri morfologi yang spesifik. Jika ginjal dibagi dua secara melintang, ada dua daerah yang dapat dilihat yaitu korteks dan medulla Stine dan Brown, 1996;
Guyton dan Hall, 2006.
Gambar 1. Struktur ginjal Huether dan McCance,2008
Bagian luar pada organ ginjal disebut korteks tebalnya 1,2-1,6 cm, bagian dalam disebut medulla dan bagian paling dalam disebut pelvis Gambar
1 Robbins dan Cotran,2007.
Gambar 2. Struktur nefron McPhee dan Ganong, 2010.
Unit fungsional dari ginjal adalah nephron Gambar 2. Setiap ginjal memiliki jutaan nephron, setiap nephron disusun oleh tubulus-tubulus ginjal serta
glomerulus yang dikelilingi oleh struktur yaitu capsula Bowman. Tubulus yang
dimiliki oleh ginjal diantaranya, yaitu tubulus proximal, lengkung henle, tubulus distal
dan tubulus collectivus pengumpul Stine dan Brown, 1996. Nephron memiliki fungsi sebagai regulator air dan zat terlarut terutama elektrolit dalam
tubuh dengan cara menyaring darah lalu mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih dibutuhkan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya yang sudah tidak
dibutuhkan akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor oleh tubulus. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin McPhee dan Ganong, 2010. Glomerulus
gambar 3 terdiri atas arteriol aferen dan eferen serta dibungkus oleh suatu epitel yang membentuk suatu lapisan yang berhubungan
dengan lapisan yang membentuk simpai Bowman dan tubulus ginjal McPhee dan Ganong, 2010. Aparatus jukstaglomerulus merupakan tempat utama produksi
renin di ginjal, terletak dekat glomerulus di tempat masuknya arteriolaferen Kumar, Abbas, dan Fausto, 2010
Gambar 3. Struktur glomerulus dan kapiler glomerular Huether dan McCance, 2008.
Korpuskular ginjal gambar 4 terdiri dari capsula Bowman dan rumbai kapiler glomerulus. Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang
terdapat sepanjang arteriol. Fungsinya untuk filtrasi air dan zat terlarut dalam darah. Capsula bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh
epitel yang menyelubungi glomerulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh glomerulus Lesson, 1996; Sherwood, 2006.
Gambar 4. Korpuskular ginjal secara mikroskopik SIU School of Medicine, 2005
Tubulus contortus proximal terletak di dalam cortex ginjal, panjangnya
14 mm dengan diameter 50-60 nm Gambar 5. Bentuknya berlekuk-lekuk dan berakhir sebagai saluran yang lurus yang berjalan ke arah medula, yaitu ansa
henle . Ansa henle merupakan nefron pendek yang memiliki segmen yang tipis
yang membentuk lengkung tajam berbentuk huruf U. Bagian pars desendens dari ansa henle
terbentang dari korteks ke bagian medula, sedangkan pars asendens berjalan kembali dari medula ke arah korteks ginjal setelah melewati ansa henle,
maka akan berlanjut ke bagian nephron tubulus distal. Pada gambar 5, tubulus contortus distal
lebih pendek dari tubulus proksimal. Bagian tubulus distal ini
berlekuk-lekuk di bagian cortex dan berakhir di ductus koligens Lesson, 1996; Sherwood, 2006.
Gambar 5. Tubulus kontortus proksimal p dan tubulus kontortus distal d secara mikroskopik SIU School of Medicine, 2005
Duktus koligens merupakan saluran pengumpul yang akan menerima
cairan dan zat terlarut dari tubulus distal Gambar 6. Ductus coligens berjalan dari dalam berkas medula menuju ke medula. Setiap duktus pengumpul yang
berjalan ke arah medula akan mengosongkan urin yang telah terbentuk ke dalam pelvis ginjal Sherwood, 2006.
Gambar 6. Duktus koligens cd secara mikroskopik SIU School of Medicine, 2005.
2. Fungsi ginjal
Ginjal menjalankan berbagai fungsi dalam homeostasis dalam tubuh sebagai berikut.
a. Ekskresi produk sisa metabolik, bahan kimia asing, obat, dan metabolit hormon.
b. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit. c. Pengaturan tekanan arteri.
Guyton dan Hall,2006.
3. Kerusakan ginjal
Fungsi utama dari ginjal yaitu sebagai organ eliminasi yang penting dalam tubuh. Meskipun terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan
ginjal terhadap efek toksik, tingginya aliran curah jantung dan peningkatan konsentrasi produk ekskresi karena adanya reabsorpsi air dari cairan tubuler
merupakan faktor terpenting. Faktor tersebut akan mempengaruhi proses perubahan struktur dari ginjal itu sendiri, terutama di tubulus ginjal karena di
tubulus ginjal terjadi proses reabsorpsi dan ekskresi dari zat-zat toksik tersebut McPhee dan Ganong, 2010.
Penyakit gagal ginjal kronik atau gagal ginjal akut, fungsi homeostatik ginjal terganggu, kemudian terjadi abnormalitas komposisi dan volume cairan
tubuh yang berat serta cepat. Dalam beberapa hari saja dapat terjadi akumulasi kalium, asam, cairan, dan zat-zat lainnya dalam tubuh sehingga menyebabkan
kematian, kecuali ada intervensi klinis seperti hemodialisis untuk memulihkan
paling tidak sebagian keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit Guyton dan Hall, 2006.
D. Ketoksikan dan kerusakan ginjal
Induksi dari senyawa toksik terhadap kerusaan ginjal dapat bersifat ringan ataupun parah, bisa kembali seperti semula ataupun permanen, tergantung
dari penyebab ketoksikkan serta dosis yang dipejankan. Ginjal bisa sangat berpotensi sebagai organ yang menjadi target dampak senyawa toksik karena
aliran darah yang menuju ginjal sangat tinggi artinya pasokan ke ginjal besar, sehingga senyawa-senyawa toksik yang berada di dalam sirkulasi darah akan
masuk ke ginjal dalam jumlah yang besar Stine dan Brown, 1996; Hodgson, 2010.
Faktor penyebab toksisitas pada ginjal yaitu tingginya aliran darah pada ginjal, konsentrasi senyawa kimia di cairan intraluminal, reabsorpsi dan atau
sekresi senyawa kimia melalui sel-sel tubulus, biotransformasi dari pro-toksikan menjadi intermediet yang reaktif. Adapun aliran darah ke ginjal cukup besar
sekitar 25 dari sisa kardiak output. Oleh karena itu, ginjal akan menerima konsentrasi senyawa toksik lebih tinggi dalam tiap gram jaringan terutama pada
bagian korteks Hodgson, 2010. Manifestasi utama perubahan fungsi ginjal adalah efeknya pada ekskresi
urea dan pada pemeliharaan keseimbangan asam-basa, Na
+
, K
+
, dan air. Kegagalan mengekskresikan urea secara adekuat, yang bermanifestasi sebagai
peningkatan progresif nitrogen urea darah blood urea nitrogen, BUN dan kreatinin serum, menyebabkan uremia McPhee dan Ganong, 2010.
Gambar 7.Gambaran mikroskopik nefritis interstitial kronik diwarnai dengan hematoxylin
dan eosin, perbesaran 600x Perazella dan Markowitz, 2010.
Pada gambar 7 menjelaskan nefritis interstitial kronik di mana tubulus muncul menyusut dan atrofi ditunjukkan oleh panah, dan dipisahkan oleh
fibrosis interstisial yang luas ditunjukkan oleh panah Perazella dan Markowitz,
2010.
Penyakit yang terjadi pada ginjal sangat komplek, sehingga untuk dapat bisa memahaminya dapat membagi penyakit ginjal berdasarkan komponen
morfologi dasar ginjal, yaitu glomerulus, tubulus, interstisium dan pembuluh darah. Sebagian besar penyakit pada glomerulus disebabkan oleh proses
imunologik, sedangkan penyakit pada tubulus dan interstisium dapat disebabkan oleh bahan-bahan toksik atau infeksi. Penyakit-penyakit tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penyakit glomerulus. Glomerulonefritis kronis merupakan penyebab
yang sering terjadi pada gagal ginjal kronik. Glomerulus dapat mengalami cedera akibat berbagai faktor dalam suatu perjalanan penyakit sistemik, misalnya lupus
eritematosus, hipertensi, diabetes melitus. Penyakit glomerulonefritis dapat dibagi menjadi sindrom nefrotik, sindrom nefrotik akut, glomerulonefritis progresif
cepat, gagal ginjal kronik dan hematuria atau proteinuria asimtomatik.
b. Penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium. Penyakit yang
mengenai kedua komponen ini yaitu cedera tubulus iskemik atau toksik yang menyebabkan Nekrosis Tubulus Akut NTA dan gagal ginjal akut serta reaksi
peradangan di tubulus dan interstisium nefritis tubule interstisium. c.
Penyakit pembuluh darah. Adanya penyakit vaskular sistemik dapat
mengenai pembuluh darah ginjal. Penyakit yang menyerang bagian pembuluh darah ginjal yaitu nefrosklerosis jinak, hipertensi maligna dan nefrosklerosis
akseleratif, steanosis arteri renalis, serta mikroangiopati trombolitik Robbin dan
Cotran, 2007.
Nefritis interstitialis yaitu peradangan pada daerah interstisium yang disebabkan oleh reaksi alergi obat, penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi
penyakit lainya. Pada nefritis interstitial akut, kerusakan tubular menyebabkan disfungsi tubular ginjal, dengan atau tanpa gagal ginjal. Terlepas dari tingkat
keparahan kerusakan epitel tubular, disfungsi ginjal ini umumnya bersifat reversibel Kumar, Abbas dan Fausto, 2010.
E. Uji Toksikologi