Dextromethorpan HBr
C
18
H
25
NO.HBr memiliki
berat molekul
352,31. Dextromethorpan HBr mengandung tidak kurang dari 98,0 dan tidak lebih dari
102,0 C
18
H
25
NO.HBr, dihitung sebagai anhidrat Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995.
Pemerian dextromethorpan HBr berupa hablur hampir putih atau serbuk hablur. Melebur pada suhu 126°C disertai peruraian. Kelarutan agak sukar larut
dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform, tidak larut dalam eter Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995.
Gambar 3. Struktur Dextromethorpan HBr
D. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri ultraviolet adalah teknik analisis yang digunakan dengan cara mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang pada 200 – 400 nm. Pada analisis
menggunakan spektrofotometri ultraviolet, dilakukan pembacaan absorbansi penyerapan atau transmitansi penerusan radiasi elektromagnetik oleh suatu
molekul. Hasil pembacaan absorbansi disebut sebagai absorban A dan tidak memiliki satuan T Mulja dan Suharman, 1995.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat 190-380 nm dan sinar
tampak 380-780 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri ultraviolet melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dibandingkan dengan analisis kualitatif Mulja dan Suharman, 1995.
Sinar ultraviolet memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Keadaan paling rendah disebut keadaan dasar ground state. Transisi-
transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Jika molekul dikenakan radiasi elektromagnetik
maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai dan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, yang disebut orbital elektron
anti ikatan Gandjar dan Rohman, 2007.
a. Instrumentasi Spektrofotometer Ultraviolet
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200 – 800
nm. Komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar, monokromator, dan sistem optik Gandjar dan Rohman, 2007.
i.
Sumber Lampu : lampu deuterium digunakan untuk daerah ultraviolet pada
panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada daerah panjang gelombang
antara 350-900 nm. ii.
Monokromator : digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-
komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya dipilih oleh celah slit. Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang
dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum. iii.
Optik – optik: dapat dirancang untuk memecah sumber sinar sehingga sumber
sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer berkas ganda double beam, suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu
kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Larutan yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah
semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi Gandjar dan Rohman, 2007.
Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat dibagi menjadi 2 jenis : 1.
Spektrofotometer berkas tunggal single beam Spektrofotometer berkas tunggal single beam melakukan pengukuran
absorbansi dengan cara cahaya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukkan. Keuntungan spektrofotometer
berkas tunggal lebih sederhana dan lebih murah dibandingkan spektrofotometer
berkas ganda double beam. Kelemahannya adalah tidak dapat mengoreksi perubahan respon absorbansi akibat turbiditas sampel atau perbedaan intensitas
cahaya baik dari sumber radiasi maupun dari pengaruh luar. 2.
Spektrofotometer berkas ganda double beam Spektrofotometer double beam merupakan alat pengembangan dari
spektrofotometer single
beam karena
keterbatasan yang
dimiliki oleh
spektrofotometer single beam. Spektrofotometer double beam memiliki dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang digunakan untuk memecah sinar. Sinar
pertama melewati larutan blanko dan sinar kedua melewati sampel. Dengan dilakukannya sistem ini maka spektrofotometer double beam dapat mengkoreksi
perubahan respon absorbansi akibat perbedaan intensitas cahaya, fluktuasi pada kelistrikan instrumen dan absorbansi blanko Haven dkk, 1994.
Secara umum ada tiga macam distribusi elektron didalam suatu senyawa organik yang selanjutnya di
kenal sebagai orbital elektron pi π, sigma σ, dan elektron tidak berpasangan n. Apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi
elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elekt
ron “anti bonding” Mulja dan Suharman, 1995.
Suatu molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik bila mempunyai kromofor dan auksokrom. Kromofor adalah bagian yang mengabsorpsi dalam daerah
ultraviolet dan
daerah sinar tampak Gearien, 1969. Sedangkan auksokrom sendiri tidak
dapat menyerap
radiasi, tetapi keberadaannya dalam molekul dapat mempertinggi absorpsi kromofor atau menggeser absorpsi panjang gelombang serapan bila terikat
pada kromofor. Elektron – elektron tidak berikatan n pada auksokrom dapat
berinteraksi dengan elektron – electron µ kromofor Christian, 2004.
Ada empat macam pergeseran yang disebabkan oleh auksokrom yaitu pergeseran batokromik, pergeseran hipsokromik, pergeseran hiperkromik dan
hipokromik Sastrohamidjojo, 2001. Pergeseran batokromik adalah pergeseran serapan ke arah panjang gelombang yang lebih panjang, disebabkan substitusi atau
pengarah pelarut. Pergeseran ini disebut juga pergeseran merah atau red shift Connors, 1982. Pergeseran hipsokromik adalah pergeseran ke arah panjang
gelombang yang lebih pendek disebabkan substitusi atau pengarah pelarut, misalnya dari pelarut nonpolar ke pelarut polar Sastrohamidjojo, 2001. Hiperkromik adalah
kenaikan intensitas serapan disebabkan oleh perubahan struktur atau medium, sedangkan hipokromik adalah penurunan intensitas serapan Connors, 1982.
b. Hukum Lambert
– Beer
Menurut hukum Lambert, absorbansi berbanding lurus terhadap ketebalan kuvet yang disinari. Menurut hukum Beer, hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang sangat encer, absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi banyak molekul zat. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam
hukum Lambert – Beer, sehingga diperoleh bahwa absorbansi berbanding lurus
terhadap konsentrasi dan ketebalan kuvet, yang dapat ditulis dalam persamaan :
Log IoIt = A = ɛ
.b.c Keterangan: Io
: intensitas radiasi yang masuk It
: intensitas radiasi yang ditransmisikan A
: absorbansi ɛ
: konstanta koefisien molar ekstingsi b
: ketebalan kuvet yang dinyatakan dalam cm c
: konsentrasi analit mol.L-1 Absorbansi adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sampel yang
diukur. Konstanta koefisien molar ekstingsi merupakan absorbansi analit dalam larutan dengan konsentrasi 1Molar.
Pada produk farmasi, konsentrasi atau jumlah sering dinyatakan dalam gram atau miligram dibandingkan dengan mol. Oleh karena itu pada analisis produk
farmasi Hukum Lambert-Beer sering dituliskan dengan persamaan berikut: ɛ
= A 1,1cm.b.c Keterangan:
:absorbansi sampel dengan konsentrasi 1 bv dengan ketebalan kuvet 1 cm
b :ketebalan kuvet yang dinyatakan dalam cm
c :konsentrasi sampel yang dinyatakan dalam g100 mL
Monografi dalam British Pharmacope BP selalu menulis untuk baku
pembanding atau standar yang dapat digunakan untuk uji kuantifikasi Watson, 2003.
Aspek penggunaan spektrofotometri UV dalam analisis kualitatif dilihat dari parameter panjang gelombang maksimum, intensitas, nilai absortivitas molar dan
nilai absortivitas yang spesifik untuk senyawa yang dilarutkan dalam pelarut tertentu. Aspek dalam analisis kuantitatif terjadi ketika sampel dikenakan suatu radiasi, dan
intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Analisis kuantitatif juga dilakukan dengan menggunakan metode regresi yaitu dengan menggunakan
persamaan garis regresi yang didasarkan pada nilai absorbansi dan konsentrasi baku yang dibuat dalam beberapa konsentrasi. Pada pengukuran absorbansi senyawa,
digunakan panjang gelombang maksimum untuk mendapatkan absorbansi yang maksimum Mulja dan Suharman, 1995.
E. Analisis Multikomponen secara Spektrofotometri UV