dari nama responden, jenis kelamin, alamat, usia responden, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan, dan jumlah anak.
F. Tata Cara Penelitian 1.
Penentuan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Mergangsan karena Kecamatan Mergangsan merupakan salah satu Kecamatan di Kota Yogyakarta.
Penentuan lokasi ini berdasarkan dengan undian dari 14 Kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta.Kecamatan Mergangsan terbagi atas 3 kelurahan, yaitu
Brontokusuman, Keparakan, dan Wirogunan dengan proses perijinan terlebih dahulu.
2. Pengurusan Ijin
Pengurusan ijin penelitian dimulai dengan memasukkan surat permohonan ijin dan proposal penelitian ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.
Lalu dilanjutkan dengan mengajukan permohonan ijin ke 7 bagian instansi yaitu Walikota Yogyakarta, Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, kantor pemerintahan
Kecamatan Mergangsan, Lurah Keparakan, Lurah Brontokusuman, Lurah Wirogunan, dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
menggunakan ijin dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Data penelitian diambil di tiap Kelurahan berdasarkan tembusan ijin dari pemerintah kecamatan
Mergangsan dengan bukti tanda tangan dari camat Mergangsan pada surat ijin dari Dinas Perizinan. Berdasarkan surat ijin tersebut, perizinan dilanjutkan ke tiga
kelurahan di Kecamatan Mergangsan, dari masing-masing Kelurahan diberikan
ijin dengan bukti tanda tangan oleh kepala lurah pada surat ijin dari Dinas Perizinan.
3. Pembuatan Instrumen Penelitian
a. Penyusunan kuesioner.
Kuesioner penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu informasi penggunaan multivitamin pada anak, kuesioner bentuk
pilihan “BENAR” dan “SALAH” dengan tipe dichotomous scale, dan data demografi responden. Pernyataan pengetahuan multivitamin menggunakan bentuk
dichotomous scale yang memuat pernyataan tentang pengetahuan responden
terhadap penggunaan multivitamin pada anak. Jawaban pernyataan terdiri dari dua alternatif jawaban, yaitu “benar” atau “salah” sebanyak 27 pernyataan dan yang
terakhir membuat kuesioner dengan metode open form item yang terkait dengan data demografi dari responden.
b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa. Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah Arikunto, 2007. Uji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan content validity, yaitu menyangkut kebenaran suatu instrumen mengukur isi dari area yang dimaksudkan untuk diukur. Kemudian untuk uji
pemahaman bahasa diuji berdasarkan analisis rasional atau dengan professional judgement
, yaitu apoteker dan dokter anak. Sebelum di validasi jumlah butir pernyataan sebanyak 22, kemudian di validasi oleh apoteker butir pernyataan
ditambah menjadi 27 nomor, yaitu 19, 21, 22, 26, dan 27. Hal di karenakan butir
pernyataan untuk menggali pengetahuan tentang kandungan, efek samping multivitamin, waktu kadaluarsa, dan informasi multivitamin kurang lengkap. Uji
pemahaman bahasa dilakukan di daerah Condongcatur, Sleman. Uji pemahaman bahasa ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam
kuesioner sudah mudah dipahami oleh responden atau tidak. Hasil dari uji pemahaman bahasa yaitu tidak ditemukannya responden yang bertanya tentang isi
kuesioner. c.
Uji reliabilitas. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach
dengan taraf kepercayaan 95, dimana uji reliabilitas dilakukan pada responden yang tinggal bukan di Kecamatan Mergangsan. Oleh karena uji
validitas menggunakan professional judgement maka kuesioner reliabel jika nilai α 0,75 Mustafa, 2009. Uji reliabiltas dilakukan pada 30 responden, didapatkan
hasil α = 0,767 pada bagian pengetahuan, sehingga dapat dikatakan kuesioner telah reliabel.
4. Penyebaran Kuesioner
Pada penelitian ini, penyebaran kuesioner dilakukan di tiap kelurahan diantaranya : pertemuan di Posyandu tiap kelurahan, ke sekolah-sekolah TK dan
SD dan dari rumah ke rumah. Sebelum responden mengisi kuesioner, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penyebaran kuesioner agar
responden tidak bertanya-tanya dan bingung, apabila responden telah setuju untuk mengisi kuesioner dalam penelitian ini maka kuesioner dapat dibagikan kepada
responden yang memenuhi kriteria inklusi. Penyebaran kuesioner dilakukan