3. Menarik  kesimpulan  apakah  PT.  Madubaru  dalam  melakukan
penghitungan  PPh  pasal  21  bagi  pegawai  tetap  atas  penghasilan  teratur dan  tidak  teratur  sudah  sesuai  atau  belum  sesuai  dengan  Peraturan
Direktur  Jenderal  Pajak  Nomor:  PER-31PJ2012.  Penghitungan  PPh pasal 21 bagi pegawai tetap dikatakan sesuai jika :
a. Penghitungan PPh pasal 21 Masa atas penghasilan teratur.
1 Cara menentukan penghasilan bruto  sebulan  yang dilakukan PT.
Madubaru sama dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2012.
2 Cara  menentukan  penghasilan  neto  sebulan  yang  dilakukan  PT.
Madubaru sama dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2012.
3 Cara  menentukan  penghasilan  neto  setahun  yang  dilakukan  PT.
Madubaru sama dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2012.
4 Cara menentukan Penghasilan Kena Pajak PKP yang dilakukan
PT.  Madubaru  sama  dengan  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak Nomor: PER-31PJ2012
5 Cara menentukan PPh pasal  21 terutang setahun  yang dilakukan
PT.  Madubaru  sama  dengan  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak Nomor: PER-31PJ2012
6 Cara menentukan PPh pasal  21 terutang sebulan  yang dilakukan
PT.  Madubaru  sama  dengan  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak Nomor: PER-31PJ2012.
b. Penghitungan PPh pasal 21 Masa Pajak 2014 atas penghasilan tidak
teratur 1
Cara menentukan PPh pasal  21 terutang atas penghasilan teratur dan  tidak  teratur  yang  dilakukan  PT.  Madubaru  sama  dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2012. 2
Cara menentukan PPh pasal  21 terutang atas penghasilan teratur yang  dilakukan  PT.  Madubaru  sama  dengan  Peraturan  Direktur
Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2012. 3
Cara  menentukan  PPh  pasal  21  terutang  atas  penghasilan  tidak teratur  yang  dilakukan  PT.  Madubaru  sama  dengan  Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2012. c.
Penghitungan  PPh  pasal  21  Terutang  dalam  Tahun  Pajak  2014 sebagai  dasar  pengisian  Formulir  1721  A1  yang  dilakukan  PT.
Madubaru  sama  dengan  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak  Nomor: PER-31PJ2012.
53
BAB IV GAMBARAN UMUM PT. MADUBARU
A. Sejarah Singkat
1. PT. Madubaru
PT.  Madubaru  dibangun  pada  tahun  1955  atas  prakarsa  Sri  Sultan Hamengku  Buwono  IX  dan  diresmikan  pada  tanggal  29  Mei  1958  oleh
Presiden  RI  yang  pertama  Ir.  Soekarno.  PT.  Madubaru  memiliki    dua  unit usaha  yaitu  Pabrik  Gula  PG  Madukismo    dan  Pabrik  Spiritus  PS
Madukismo.  Sebagai  perusahaan  yang  padat  karya,  PT.  Madubaru  banyak menampung tenaga kerja dari Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta.
2. Rayon Bantul
Rayon  Bantul  merupakan  kumpulan  tenaga  kerja  yang  berasal  dari daerah Bantul  yang bertugas di  bidang tanaman. Tenaga kerja Rayon  Bantul
bertanggung  jawab  atas  penyediaan  bibit  dan  pembinaan  petani,  penyiapan dan  pengolahan  lahan,  penanaman  pohon  inti  dan  pemeliharaan,  sampai
dengan tebang dan angkut tebu, serta penimbangan hasil tebu. Tugas lain dari tenaga  kerja  Rayon  Bantul  yaitu  membina  hubungan  dengan  para  petani,
instansi  pemerintah,  dan  pihak-pihak  lain  yang  berkaitan  dengan  pembibitan tanaman hingga penimbangan hasil tebu
3. Lokasi
PT.  Madubaru  berada  di  atas  lokasi  Bangunan  Pabrik  Gula  Padokan satu diantara 17 Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibangun
Pemerintah  Belanda,  tetapi  dibumi  hanguskan  pada  masa  pemerintahan Jepang, yang terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Pemilik Saham
Pada  awal  berdiri,  75  saham  dimiliki  oleh  Sri  Sultan  Hamengku Buwono  IX  dan  25  saham  dimiliki  oleh  Pemerintah  Republik  Indonesia
Departemen  Pertanian  Republik  Indonesia.  Pada  saat  ini,  kepemilikan saham telah mengalami perubahan yaitu 65 saham dimiliki oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan 35 saham dimiliki oleh Pemerintah dikuasakan kepada PT. Rajawalu Nusantara Indonesia, sebuah BUMN.
5. Kronologi Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen
Tabel IV.1 Kronologi Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen
Tahun Kronologi
1955-1962 Perusahaan Sawasta PT
1962-1966 Bergabung  dengan  Perusahaan  Negara  dibawah  BPU-
PPN  Badan  Pimpimnan  Umum-Perusahaan  Negara, karena  adanya  policy  Pemerintah  RI  yang  mengambil
alih semua Perusahaan di Indonesia.
1966 BPU-PPN bubar. Pabrik-pabrik  gula di  Indonesia boleh
memilih:  tetap  sebagai  Perusahaan  Negara  atau  keluar menjadi  Perusahaan  Swasta  PT.  PT.  Madubaru
memilih Perusahaan Swasta.
1966-1984 PT.  Madubaru  kembali  menjadi  Perusahaan  Swasta
dengan  susunan  direksi  yang  dipimpin  oleh  Sri  Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Presiden Direktur.
1984-2004 Tanggal  4  Maret  1984-24  Februari  2004,  diadakan
kontrak  manajemen  dengan  PT.  Rajawali  Nusantara Indonesia  RNI  yaitu  salah  satu  BUMN  milik
Departemen Keuangan RI.
2004-sekarang PT.  Madubaru  menjadi  perusahaan  mandiri  yang
dikelola secara professional dan independen. Sumber: PT. Madubaru
6. Struktur Organisasi Fungsional PT.Madubaru
Susunan  Struktur  Organisasi  Fungsional  PT.  Madubaru  adalah  sebagai berikut:
a. Penasehat
b. Dewan Komisaris
c. Sekretariat Dewan Komisaris
d. Direktur
e. Kepala Satuan Pengawas Intern SPI
Kepala  SPI  bertugas  menjalankan  kebijakan  direksi  dalam  tugas melaksanakan  pengawasan  intern  atau  audit  internal  di  semua  bagian
dalam  lingkup  organisasi  PT.  Madubaru,  baik  berupa  pre  audit,  current audit maupun post audit.
f. Kepala Bagian Kabag Tanaman
Kabag  Tanaman  bertugas  menjalankan  kebijakan  direksi  di  bidang tanaman  dari  penyediaan  bibit  dan  pembinaan  petani,  penyiapan  dan
pengolahan  lahan,  penanaman  pohon  inti  dan  pemeliharaan,  sampai dengan tebang dan angkut tebu, serta penimbangan hasil tebu.
g. Staf Khusus Tebu Luar Daerah TLD
h. Kepala Bagian Kabag Instalasi
Kabag  Instalasi  bertugas  menjalankan  kebijakan  direksi  di  bidang instalasi  seksi ketel, stasiun gilingan, pabrik tengah  pabrik belakang,