35
Cuplikan 5 Hal 273-274
“apa maksud anda?” “Ibunya seorang pelacur di ibukota. Ayahnya kasmaran pada perempuan
ini sangat berkunjung ke sana, mengeluarkan dia dari sana lalu menjadikannya sebagai gundik. Setelah ibunya melahirkan, ayahnya kehilangan minat.
Perempuan itu kembali ke dunia lamanya, membawa serta anak itu dan sejumlah besar emas. Ketika perempuan itu meninggal, si anak dikirim kembali ke ayah
kandungnya yang, setelah awalnya syok, kemudian memanjakannya secara berlebihan. Konon katanya, anak itulah yang menghancurkan ayahnya, dan dia
pun menghancurkan Tachibana dengan seleranya yang mahal.” Motosuke tampak jijik. “Aku belum pernah bertemu dengannya. Apakah dia cantik sekali?”
Analisis Cuplikan di atas merupakan percakapan mengenai latar belakang Lady Tachibana
yang diungkapkan oleh oleh Motosuke, seorang gubernur baru. Dalam cuplikan tersebut menyatakan mengenai ibu Lady Tachibana adalah seorang gundik
ayahnya yang awalnya ibunya seorang pelacur. Hal ini berarti bahwa pada masa Heian, sangat lazim bagi seorang laki-laki yang sudah menikah memiliki beberapa
istri dan menyimpan seorang gundik. Hal tersebut tampak dalam kalimat
“Ayahnya kasmaran pada perempuan ini sangat berkunjung ke sana, mengeluarkan dia dari sana lalu menjadikannya sebagai gundik”.
3.1.2 Dalam lingkungan sosial
Berikut cuplikan kehidupan lady Tachibana sebagai masyarakat golongan atas dalam lingkungan sosial yang dapat dilihat melalui cuplikan berikut.
Universitas Sumatera Utara
36
Cuplikan 1 Hal 110-111
Sejenak perempuan itu terpaku, seperti pelayan tua tadi, menatap ke mayat suaminya. Kemudian dia mulai terhuyung-huyung. Akitada sempat menangkap
sebelum janda jatuh menimpa mayat itu, lalu menggendongnya. Badan perempuan ini sangat lemas, bobot badannya sangat ringan dan
lembut. Akitada mencium wewangian, tapi tak tahu apakah dari jubah atau rambut suteranya yang panjang. Menggendong perempuan yang segolongan dengannya
adalah suatu pengalaman baru karena hal ini tak terbayangkan dalam kelompok masyarakat mereka yang kaku. Dia merasakan dirinya memerah malu. Apa yang
dia lakukan pada perempuan ini ?. Dia tidak bisa membawanya melewati kebun. Jika salah seorang pelayan lihat, beraneka gosip bisa bermunculan. Lebih buruk
lagi karena sang residen, Ikeda, yang berpikiran kotor, bisa datang sewaktu-waktu dengan petugas koroner dan polisi.
Analisis Dalam cuplikan diatas menunjukkan bahwa menyentuh wanita yang
segolongan merupakan hal yang dianggap tidak seharusnya. Tergambar dalam
cuplikan “Akitada sempat menangkap sebelum janda jatuh menimpa mayat itu, lalu menggendongnya. Badan perempuan ini sangat lemas, bobot badannya
sangat ringan dan lembut. Akitada mencium wewangian, tapi tak tahu apakah dari jubah atau rambut suteranya yang panjang”.Menggendong perempuan
yang segolongan dengannya termasuk hal yang tidak diperbolehkan dalam aturan masyarakat pada masa itu.
Universitas Sumatera Utara
37
Cuplikan 2 Hal 112
Akitada maju selangkah lalu membuka mulut untuk membalas, tapi perempuan itu pergi disertai bunyi desiran halus, meninggalkan jejak harum
kehadirannya. Akitada berdiri di ambang pintu, terpaku dan anehnya merasa kehilangan,
mengawasi Lady Tachibana berjalan kembali ke rumahnya, kimononya yang warna-warni serta gerakan yang anggun mengingatkan Akitada akan seekor kupu-
kupu indah yang tak semestinya berada di dunia penuh salju di musim yang dingin.
Analisis Dalam cuplikan diatas merupakan kekaguman Akitada terhadap kecantikan Lady
Tachibana. Dalam cuplikan tersebut tampak bahwa seorang wanita golongan atas mengenakan kimono berwarna-warni. Pada zaman Heian seorang wanita
golongan atas mengenakan Kostum dipilih berdasarkan jabatan dan musim.
Kimono perempuan menggunakan sistem kombinasi warna yang melambangkan bunga dan tanaman yang spesifik yang ada di suatu musim atau bulan, contohnya
irome dan kasane no irome. Pada umumnya, perempuan yang belum menikah mengenakan hakama warna gelap. Sementara, perempuan yang sudah menikah
mengenakan hakama dengan warna-warna cerah, umumnya merah.
Cuplikan 3 Hal 133
“Mungkin tidak, setidaknya tidak seperti yang kau maksud,” Akitada berkata dan membayangkan kecantikan yang rapuh di rumah mewah Tachibana.
Universitas Sumatera Utara
38
Dia berdiri, mengibas-ngibaskan jubah suteranya, dan berkata buru-buru, “Rasanya aku harus melakukan kunjungan belasungkawa yang sepantasnya
kepada Lady Tachibana. Dia masih sangat muda dan belum berpengalaman. Mungkin dia butuh bantuan untuk menangani tanah mendiang suaminya. Seimei,
rancanglah surat pembebasan untuk gubernur. Dan kau, Tora, sebaiknya mulai melakukan pekerjaan yang berguna, seperti bercakap-cakap dengan penduduk
kota ini.” Analisis
Dalam cuplikan diatas menunjukkn bahwa seorang wanita golongan atas menggunakan baju sutera panjang yang tidak boleh dikenakan oleh wanita
golongan bawah.
Cuplikan 4 Hal 166-167
“Oh pekik janda itu. “Maaf. Kau pasti menganggapku buruk. Kau orang penting dari ibukota, kan? Tak sepantasnya aku meminta hal seperti itu.”
“Tidak, tidak. Tidak sama sekali.” Akitada mengambil resiko. “aku akan senang sekali mengunjungimu setiap hari bila kau izinkan. Aku merasa terhormat
dengan kepercayaan nyonya.” Perempuan itu mengeluarkan helaan napas lega yang lembut dan
kemudian tangan kecilnya merayap keluar dari bawah tirai. Akitada menatap ke arah itu. Menyentuh perempuan ningrat yang bukan anggota keluarga adalah hal
yang terlarang, tapi tangan itu begitu mungil dan tak berdaya, tangan anak kecil. Dia boleh saja janda Tachibana, tetapi usianya masih muda, tak beda dari adiknya.
Hanya saja, tak seperti adiknya, perempuan belia ini hanya sendirian dan perlu
Universitas Sumatera Utara
39
jaminan, perlu seseorang yang, betapa pun singkatnya, bisa menjadi kakak atau ayah yang tak di milikinya. Akitada mencondongkan badan ke depan dan meraih
tangan itu dan menggenggamnya. Tangan itu terasa dingin mengibakan dan bergelung antusias di jari-jari hangat akitada.
Analisis Cuplikan diatas kembali menunjukkan bahwa menyentuh wanita golongan atas
yang bukan anggota keluarga merupakan hal yang terlarang dalam aturan pada
zaman ini. tergambar pada cuplikan “Perempuan itu mengeluarkan helaan napas lega yang lembut dan kemudian tangan kecilnya merayap keluar dari
bawah tirai. Akitada menatap ke arah itu. Menyentuh perempuan ningrat yang bukan anggota keluarga adalah hal yang terlarang, tapi tangan itu begitu
mungil dan tak berdaya, tangan anak kecil”.
Cuplikan 5 Hal 169
Pengasuh itu menggerutu dan berjalan melewatinya untuk meletakkan kembali penopang tirai. Terdengar suara berbisik di antara kedua perempuan,
kemudian pengasuh itu berkata kasar, “Beliau perlu istirahat. Datanglah besok.” Akitada berbalik untuk pergi.
“Jangan, tunggu,” teriak janda itu. Akitada menunggu. Takut melihat janda di balik pembatas yang tak
selayaknya, Akitada menatap ke seberang ruangan, ke lukisan bangau menari-nari yang digantung di antara sepasang meja ukiran tinggi, salah satu meja itu
memamerkan jambangan hijau giok berleher tipis dari Cina. Analisis
Universitas Sumatera Utara
40
Dalam cuplikan diatas merupakan diaog antara pelayan Lady Tachibana dengan Akitada yang sedang datang mengunjungi Lady Tachibana yang sudah berada
dalam ruangan Lady Tachibana. Karena seorang wanita bangsawan tidak boleh berhubungan dengan laki-laki yang bukan kerabatnya, maka dalam ruangan
seorang wanita bangsawan memiliki tirai pembatas yang membatasi antara wanita dengan tamu yang bukan kerabat. Hal tersebut tergambar dalam cuplikan
“Akitada menunggu. Takut melihat janda di balik pembatas yang tak selayaknya”.
3.2 Kehidupan Ayako, Otomi sebagai Masyarakat Golongan Bawah