9. Dalam hubungan secara simultan, maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,786 menunjukkan bahwa analisis yang
digunakan cukup layak dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya. Hal ini
berarti bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 78,6, sedangkan sisanya
sebesar 21,4 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik.
5.2. Kesimpulan Sidoarjo
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan dari hipotesis yang dikemukakan, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan perhitungan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa Jumlah Industri X
1
, Angkatan Kerja X
2
, Pertumbuhan Ekonomi X
3
, Inflasi X
4
secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo Y. Ditunjukan dengan F
hitung
= 4,4 F
tabel
= 3,48 pada tingkat α = 5 maka Ho dttolak dan Hi hipotesis
alternatif diterima, secara simultan berpengaruh nyata terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.
2. Dari hasil analisis dengan uji t Sidoarjo secara parsial maka diperoleh :
a. Untuk X
1
Jumlah Industri berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 0,792 t
tabel
sebesar 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial Jumlah Industri
tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.
b. Untuk X
2
Angkatan Kerja berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 1,024 t
tabel
sebesar 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial Angkatan Kerja
tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.
c. Untuk X
3
Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 1,341 t
tabel
sebesar 2,228 maka Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial
Pertumbuhan Ekonomi tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.
d. Untuk X
4
Inflasi berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 2,932 t
tabel
sebesar 2,228 maka Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga kesimpulannya secara parsial Inflasi ada pengaruh terhadap
Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.
3. Variabel yang paling dominan dari penelitian ini adalah Inflasi X
4
. Dengan nilai parsial r
2
-0,680. 4. Untuk Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo tertinggi terjadi pada
tahun 2007 sebesar 47,33 dan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 24,23. Sedangkan
perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 0,41 dan perkembangan Tingkat
Pengangguran di Kota Sidoarjo terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar -0,25.
5. Untuk Jumlah Industri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 1,522 dan Jumlah Industri terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 1,494.
Sedangkan Perkembangan Jumlah Industri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 1,48 dan perkembangan Jumlah Industri terendah
terjadi pada tahun 2003 sebesar -0,33. 6. Untuk Angkatan Kerja tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 9,116
dan Angkatan Kerja terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 8,946. Sedangkan Perkembangan Angkatan Kerja tertinggi terjadi pada tahun
2000 sebesar 1,22 dan perkembangan Angkatan Kerja terendah terjadi pada tahun 1997 yairu sebesar -0,34.
7. Untuk Pertumbuhan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 5,21 dan Pertumbuhan Ekonomi terendah terjadi pada tahun
1998 sebesar 4,93. Sedangkan perkembangan Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 4,47 dan
perkembangan Pertumbuhan Ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar -0,87.
8. Untuk Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1993 sebesar 14,0000 dan Inflasi terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar 13,2296 Sedangkan
perkembangan Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 4,69 dan perkembangan Inflasi terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu
sebesar -0,84. 9. Dalam hubungan secara simultan, maka dapat diketahui nilai koefisien
determinasi sebesar 0,638 menunjukkan bahwa analisis yang digunakan cukup layak dalam membahas faktor-faktor yang
mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variabel terikat sebesar 63,8, sedangkan sisanya sebesar 36,2 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model statistik. Jadi dapat diketahui bahwa Tingkat Pengangguran di Kota
Surabaya dan Sidoarjo terdapat perbedaan dimana Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya yang berpengaruh paling dominan adalah angkatan
kerja sedangkan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo yang berpengaruh paling dominan adalah Inflasi.
5.2. Saran