ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO.

(1)

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO“. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan penelitian ini hingga selesainya skripsi, penulis telah banyak bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof, Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S MSi selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(2)

5. Segenap Staf Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Segenap Staf dan petugas Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

7. Kedua Orang Tua dan Keluargaku yang telah memberikan dorongan, semangat dan do’a yang tulus kepada penulis serta bantuan moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.

Surabaya, Oktober 2009

Penulis


(3)

KATA PENGANTAR... i.

DAFTAR ISI... iii.

DAFTAR TABEL... vii.

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... x.

ABSTRAKSI... xi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1.

1.2. Rumusan Masalah Surabaya... 7.

1.3. Rumusan Masalah Sidoarjo... 7.

1.4. Tujuan Penelitian Surabaya... 8.

1.5. Tujuan Penelitian Sidoarjo... 8.

1.6. Manfaat Penelitian... 9.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 10.

2.2. Landasan Teori... 13.

2.2.1. Pengganguran... 13.

2.2.1.1. Pengertian Pengganguran... 13.

2.2.2. Industri... 21.

2.2.2.1. Pengertian Industri... 21.

2.2.2.2. Macam-Macam Industri... 22.

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja... 24.

2.2.4. Angkatan Kerja... 27.

2.2.4.1. Pengertian Angkatan Kerja... 27.

2.2.4.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... 30.

2.2.4.3. Pengertian Kesempatan Kerja... 32.


(4)

2.2.5.4. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi... 43.

2.2.6. Pendapatan... 46.

2.2.6.1. Pengertian Pendapatan... 46.

2.2.6.2. Pengertian Pendapatan Nasional... 48.

2.2.7. Inflasi... 51.

2.2.7.1. Pengertian Inflasi... 51.

2.2.7.2. Teori Utama Dalam Inflasi... 53.

2.2.7.3. Macam-Macam Inflasi... 54.

2.2.7.4. Penyebab Inflasi... 55.

2.2.7.5. Cara Mengatasi Inflasi... 56.

2.2.8. Produksi... 57.

2.2.8.1. Faktor Produksi... 59.

2.2.8.2. Fungsi Produksi... 61.

2.3. Kerangka Pemikiran... 62.

2.4. Hipotesis... 66.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel Surabaya... 67.

3.2. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel Sidoarjo... 69.

3.3. Teknik Penentuan Sampel... 70.

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 70.

3.4.1. Lokasi Penelitian... 70.

3.4.2. Jenis Data dan Sumbar Data... 71.

3.5, Teknik Analisis... 71.

3.5.1. Teknik Analisis Surabaya... 71.

3.5.2. Teknik Analisis Sidoarjo... 73.

3.6. Uji Hipotesis... 74.

3.7. Asumsi Klasik... 77.


(5)

4.1.3. Kependudukan Kota Surabaya... 85.

4.2.1. Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Sidoarjo... 86.

4.2.2. Potensi Sosial Dan Ekonomi Kabupaten Sidoarjo... 87.

4.2.3. Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo... 88.

4.2.4. Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo... 91.

4.2.5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sidoasrjo... 92.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 93.

4.2.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.. 93.

4.2.2. Jumlah Industri... 95.

4.2.3. Perkembangan Angkatan Kerja... 96.

4.2.4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi... 97.

4.2.5. Perkembangan Inflasi... 98.

4.2.6. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo... 99.

4.2.7. Jumlah Industri... 101.

4.2.8. Perkembangan Angkatan Kerja... 102.

4.2.9. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi... 103.

4.2.10. Perkembangan Inflasi... 104.

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis... 105.

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Partial Adjustment Dengan Asumsi Klasik Uji BLUE Surabaya... 105.

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Surabaya... 108.

4.3.3. Pengujian Hasil Analisis Partial Adjustment Dengan Asumsi Klasik Uji BLUE Sidoarjo... 110.

4.3.4. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Sidoarjo.... 113.

4.4. Uji Hipotesis Secara Simultan Dan Parsial... 115.

4.4.1. Uji Hipotesis Secara Simultan Surabaya... 115.

4.4.2. Uji Hipotesis Secara Simultan Sidoarjo... 117.


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Surabaya... 137. 5.2. Kesimpulan Sidoarjo... 140. 5.3. Saran... 144. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(7)

Tabel 1 : Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.. 94.

Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Industri... 95.

Tabel 3 : Perkembangan Angkatan Kerja... 96.

Tabel 4 : Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi... 97.

Tabel 5 : Perkembangan Inflasi... 98.

Tabel 6 : Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo... 100.

Tabel 7 : Perkembangan Jumlah Industri... 101.

Tabel 8 : Perkembangan Angkatan Kerja... 102.

Tabel 9 : Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi... 103.

Tabel 10 : Perkembangan Inflasi... 104.

Tabel 11 : Durbin Watson Model Summary Surabaya... 105.

Tabel 12 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas... 106.

Tabel 13 : Uji Multikolinearitas... 107.

Tabel 14 : Durbin Watson Model Summary Sidoarjo... 110.

Tabel 15 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas... 111.

Tabel 16 : Uji Multikolinearitas... 112.

Tabel 17 : Analisis Varian (ANOVA) Surabaya... 115.

Tabel 18 : Analisis Varian (ANOVA) Sidoarjo... 118.

Tabel 19 : Hubungan Regresi Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Pada Penerapan Model Linear Surabaya... 120.

Tabel 20 : Hubungan Regresi Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Pada Penerapan Model Linear Sidoarjo... 126.


(8)

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja... 31. Gambar 2 : Arus Pendapatan Nasional... 50. Gambar 3 : Proses Terjadinya Demand-Pull Inflation... 55. Gambar 4 : Paragdigma Analisis Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota

Surabaya... 64. Gambar 5 : Paragdigma Analisis Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota

Sidoarjo... 65. Gambar 6 : Daerah Kritis Ho Melalui Kurva Distribusi F... 75.

Gambar 7 : Daerah Krisis Ho Melalui Kurva Distribusi t Dua Sisi... 76. Gambar 8 : Distibusi Daerah Keputusan Autokorelasi... 78. Gambar 9 : Kurva Durbin Watson Surabaya... 106. Gambar 10 : Kurva Durbin Watson Sidoarjo... 111. Gambar 11 : Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis Secara

Simultan Surabaya... 116. Gambar 12 : Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis Secara

Simultan Sidoarjo... 119. Gambar 13 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Jumlah Industri

Surabaya... 121. Gambar 14 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Angkatan Kerja

Surabaya... 123. Gambar 15 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi

Surabaya... 124. Gambar 16 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Inflasi Surabaya... 125.

Gambar 17 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Jumlah Industri

Sidoarjo... 127.


(9)

Sidoarjo... 130. Gambar 20 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Inflasi Sidoarjo... 131.


(10)

Lampiran 2 : Data Input Sidoarjo Lampiran 3 : Regression Data Surabaya Lampiran 8 : Regression Data Sidoarjo Lampiran 13 : Tabel F

Lampiran 14 : Tabel t

Lampiran 15 : Tabel Durbin Watson


(11)

xi

ASRI WIDYANA ABSTRAKSI

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang mempunyai potensi sumber daya manusia yang sangat ahli dan handal, maka penduduk Indonesia selalu berupaya untuk memanfaatkannya dengan tujuan meningkatkan kesejahterakan masyarakat. Oleh karena itu dipilihnya Tingkat Pengangguran ini terutama sejak krisis moneter yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran karena banyak perusahaan yang bangkrut sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di kota Surabaya dan Sidoarjo. Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, dan Inflasi berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya dan Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistic Jawa Timur mulai tahun 1993-2007, data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda melalui Uji F dan Uji t dengan asumsi klasik Best Linier Unbiased Estimate (BLUE).

Berdasar hasil analisis dan pengujian hipotesis diketahui secara simultan diperoleh bahwa Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Dari hasil analisis dengan uji t Surabaya secara parsial bahwa Jumlah Industri, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi tidak berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya. Sedangkan Angkatan Kerja berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.

Dan dari hasil analisis dengan uji t Sidoarjo secara parsial bahwa Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo. Sedangkan Inflasi berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.

Keywords : Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi


(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk yang berlaku. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius. Lebih prihatin lagi dibeberapa negara miskin bukan saja jumlah pengangguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari keseluruhan tenaga kerja semakin bertambah tinggi. (Sukirno, 1985:65).

Masalah yang lebih serius lagi yaitu pertambahan penduduk yang semakin pesat dan semakin besar jumlahnya di negara-negara berkembang yang menyebabkan masalah pengangguran menjadi bertambah buruk. Masalah ini merumitkan corak masalah dan hambatan pembangunan yang harus dihadapi dalam usaha untuk mempercepat


(13)

pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. (Sukirno, 1985:187).

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyisakan tiga tantangan mendasar bagi perekonomian Jawa Timur khususnya Surabaya dan Sidoarjo diantaranya masalah pertumbuhan ekonomi yang rendah, kemiskinan dan pengangguran.

Pada tahun 2000, tingkat pengangguran terbuka (perbandingan jumlah pengangguran terbuka terhadap jumlah angkatan kerja) masih mengalami kenaikan. Penurunan tingkat pengangguran terbuka telah mulai sejak tahun 2000 seiring pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,8%, namun jumlah penganggur tahun 2000 masih jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis ekonomi tahun 1997. hal ini sekaligus menunjukkan perekonomian yang belum pulih. Indikator penting lainnya adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap total usia penduduk angkatan kerja) yang cenderung meningkat. (Basri, 2002:224).

Rendahnya angka pengangguran disatu sisi, dilihat dari dampak krisis dipasar tenaga kerja begitu mudah diminati, yang akhirnya menimbulkan berbagai dugaan dan kecurigaan diarahkan kepada pemerintah. BPS dianggap telah memanipulasi perhitungan angka pengangguran untuk keperluan tertentu. Disamping itu, ini sebenarnya yang paling serius dari sekedar kecurigaan terjadinya manipulasi data, muncul pendapat yang pada intinya menyatakan bahwa dampak krisis


(14)

dipasar tenaga kerja tidak besar ditunjukkan oleh rendahnya angka pengangguran merupakan bukti krisis di pasar tenaga kerja. (Priyono, 2002:2).

Krisis moneter yang sudah melanda bangsa Indonesia sejak beberapa tahun lalu melanda kehidupan ekonomi, politik, keamanan, pemerintah, hukum, kepercayaan, sosial budaya, moral dan ideologi. Persoalan ketenagakerjaan pun tidak luput dari sergapannya (www.republika.com diakses 15 Januari 2009).

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyisakan tiga tantangan mendasar bagi perekonomian Jawa Timur khususnya Surabaya dan Sidoarjo diantaranya masalah pertumbuhan ekonomi yang rendah, kemiskinan, dan pengangguran.Pada tahun 1990 dimana sebelum terjadi krisis ekonomi tingkat pengangguran di Surabaya dan Sidoarjo 19,288 orang. Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan tingkat pengangguran di Surabaya dan Sidoarjo meningkat secara drastis sebesar 197,203 orang. Dan sampai tahun 2004 tingkat pengangguran semakin meningkat dengan prosentase 243,399 orang. ( Anonim, 2005 : 76 )

Menurut teori pengangguran dapat terjadi karena jumlah lapangan kerja dengan angkatan kerja atau jumlah permintaan dan penawaran tidak seimbang. Sehingga jumlah pertumbuhan tenaga kerja diatas pertumbuhan angka kesempatan kerja. Pertumbuhan kesempatan kerja yang kecil dikarenakan faktor investasi dan faktor pertumbuhan ekonomi tidak bertambah (www.bali_bisnis.com diakses 20 januari 2009) Laju


(15)

pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka produksi barang dan jasa akan meningkat pula sehingga meningkatkan standart hidup. Laju pertumbuhan yang tinggi biasanya akan memperluas kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran (Dorn busch dan Fisher, 1992; 8).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan produk perkapita yang berlangsung terus-menerus dari tahun ketahun dalam kurun waktu yang panjang disuatu Negara.

Pengangguran dapat terjadi karena jumlah lapangan kerja dengan angkatan kerja atau jumlah permintaan dan penawaran tidak seimbang. Sehingga jumlah pertumbuhan tenaga kerja diatas pertumbuhan angka kesempatan kerja. Pertumbuhan kesempatan kerja yang kecil dikarenakan faktor investasi dan faktor pertumbuhan ekonomi tidak bertambah (www.bali.com diakses 20 januari 2009).

Pertambahan pada jumlah angkatan kerja akan berpengaruh pada tingkat upah nyata maupun pembagian pendapatan masyarakat (Djojohadikusumo, 1993 : 53). Pemerintah sebagai pengambil kebijakan berniat menaikkan kesejahteraan pekerja melalui penentuan upah minimum. Namun dipihak lain, peraturan tentang upah minimum kurang memperhatikan aspek produktivitas dan pertumbuhan ekonomi (www.sinarharapan.co.id diakses 15 januari 2009).

Dilihat dari Tingkat Pengangguran di kota Surabaya dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan penurunan Tingkat Pengangguran. Tingkat Pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2003


(16)

sebesar 9,2%. Tingkat Pengangguran terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 6,94%. Sedangkan Perkembangan Tingkat Pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar ‐0,24% dan perkembangan Tingkat Pengangguran terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar ‐ 0,06%.

Sedangkan dilihat dari Tingkat Pengangguran di kota Sidoarjo dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan penurunan Tingkat Pengangguran. Tingkat Pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 47,33%. Tingkat Pengangguran terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 42,15%. Sedangkan Perkembangan Tingkat Pengangguran di kota Sidoarjo dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 rata-rata sebesar 0,03%.

Laju inflasi yang meningkat yang disertai dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota bertambah lebih besar menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang. (Suparmoko, 1988:39). Masalah kependudukan merupakan masalah yang sangat serius karena pertambahan jumlah penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi pembangunan yaitu pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas, akibatnya dapat menimbulkan masalah-masalah seperti jumlah industri, angkatan kerja, menurunnya pertumbuhan ekonomi, dan inflasi, jumlah pengangguran yang semakin


(17)

meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk mengamati masalah pengangguran dan mengkaji lebih dalam lagi tentang : “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kota Surabaya Dan Sidoarjo“.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di kota Surabaya?

2. Manakah diantara faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi yang paling berpengaruh dominan terhadap Tingkat Pengangguran di kota Surabaya?

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di kota Sidoarjo?

2. Manakah diantara faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi yang paling berpengaruh dominan terhadap Tingkat Pengangguran di kota Sidoarjo?


(19)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi terhadap Tingkat Pengganguran di kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi Tingkat Pengganguran di kota Surabaya.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi terhadap Tingkat Pengganguran di kota Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi Tingkat Pengganguran di kota Sidoarjo.


(20)

1.6. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi penelitian yang akan datang.

2. Untuk memberikan gambaran, wawasan dan pengetahuan bagi penulis, khususnya mengenai pengaruh faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi terhadap Tingkat Pengangguran di Surabaya dan Sidoarjo.

3. Untuk mendapatkan model terbaik antar faktor Jumlah Industri, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi terhadap Tingkat Pengangguran di Surabaya dan Sidoarjo. 


(21)

2.1. Penelitian Terdahulu.

Penelitian mengenai tingkat pengangguran di Jawa Timur telah banyak dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya, akan tetapi dibuat dengan peninjauan dari berbagai sudut, ruang lingkup dan berbagai metode analisis antara lain :

1. Menurut Noura (1995 : 60) penelitian yang berjudul “ Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Jawa Timur “ dari hasil analisis bahwa nilai F hitung sebesar 16,238 > F table 6,59. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi dan kesempatan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur. Pengujian secara parsial diperoleh t hitung untuk inflasi

(X1) t hitung 3,268 < t tabel 2,776 berarti variabel X1 dapat memberiakan

pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y. untuk pertumbuhan ekonomi (X2) t hitung 2,931 < t tabel 2,776 berarti variabel X2 dapat

memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel Y. untuk kesempatan kerja (X3) t hitung 3,019 < t tabel 2,776 berarti variabel X3

dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel Y. hal ini menunjukkan bahwa inflasi, pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur.


(22)

2. Danang Eko Prasetyo (2006 : 93) penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kota Surabaya “ dari hasil analisis bahwa nilai F hitung sebesar (18,588) > F

tabel (3,58). Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebasnya

berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat. Pengujian secara parsial diperoleh t hitung untuk angkatan kerja (X1) t hitung 1,188 < t tabel

2,201 berarti variabel X1 tidak dapat memberikan pengaruh yang

nyata terhadap variabel teriakat Y. Untuk pertumbuhan ekonomi (X2)

t hitung -2,773 > t tabel 2,201 berarti variabel X2 dapat memberikan

pengaruh yang nyata terhadap variabel Y. Untuk UMR (X3) t hitung

2,090 < t tabel 2,201 berarti variabel X3 tidak dapat memberikan

pengaruh yang nyata terhadap variabel Y. Hal ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi dan UMR berpengaruh secara nyata dan positif terhadap variabel terikat.

3. Menurut Irawan (2005 : 62) penelitian yang berjudul “ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Pemerintah Kota Surabaya “ menyimpulkan bahwa dari hasil analisis F hitung

sebesar 58,495 > F tabel sebesar 3,48 yang berarti secara simultan

keempat variabel bebas mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Pemerintah Kota Surabaya. Pengujian secara parsial diperoleh t hitung untuk X1 dapat memberikan pengaruh yang

nyata terhadap variabel terikat Y. Untuk X2 t hitung – 5,837 < t tabel –


(23)

terhadap variabel Y. Untuk X3 t hitung – 2,117 > t tabel – 2,228 berarti

variabel X3 tidak dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap

variabel Y karena masyarakat masih banyak yang tidak menggunakan fasilitas kredit yang diberikan oleh bank. Variabel X4 t hitung 6,464 > t tabel 2,228 berarti variabel X4 dapat memberikan pengaruh yang nyata

terhadap variabel Y.

4. Menurut Irawan (2008) penelitian yang berjudul “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Sidoarjo “ menyimpulkan bahwa dari hasil analisis F hitung sebesar 6,354 > F tabel

sebesar 3,48 yang berarti secara simultan keempat variabel bebas mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian secara parsial diperoleh t hitung 3,090 > 2,228 untuk X1 dapat

memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y. Untuk X2 t hitung – 1,471 < t tabel – 2,228 berarti variabel X2 tidak dapat

memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel Y. Untuk X3 t hitung – 2,321 > t tabel – 2,228 berarti variabel X3 tidak dapat

memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel Y. Variabel X4 t hitung – 1,281 < t table -2,228 berarti variabel X4 tidak dapat


(24)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengangguran

2.2.1.1. Pengertian Pengangguran

Definisi dari pengangguran adalah seseorang yang tidak melakukan atau mengerjakan sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu. Pengertian pengangguran menurut Anonim (2003 : 12) adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru. Atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers) atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja (future starts).

Dalam Anonim (2003 : 27), pengangguran didefinisikan mereka yang mencari pekerjaan yaitu kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survey orang tersebut sedang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan yang baru, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang biasa disebut penganggur “putus asa” mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Pengertian pengangguran secara teknis (www.nakertrarts. go. id diakses 22 Januari 2009) adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu yang


(25)

1. Tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau bekerja mandiri 2. Saat ini siap untuk bekerja (available for work)

3. Mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut.

Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

Jadi dari beberapa pengertian pengangguran diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja.

Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut Edgar O. Edwards dalam Arsyad, (1999 : 82) perlu diperhatikan beberapa dimensi antara lain waktu, intensitas pekerjaan, dan produktivitas.

Edgar O. Edwards dalam Todaro (2000 : 235) membagi 5 (lima) jenis pokok pengerahan tenaga kerja yang tidak optimal (imderutilization of labour) antara lain :


(26)

1. Pengangguran terbuka (open unemployment) yakni, mereka yang benar-benar tidak bekerja, baik secara sukarela maupun terpaksa

2. Pengangguran terselubung (under employment) yakni, para pekerja yang jumlah jam kerjanya lebih sedikit yang dari sebenarnya mereka inginkan

3. Mereka yang nampak aktif bekerja tetapi sebenarnya kurang produktif (the visibly active but underutilized) mereka yang tidak digolongkan dalam pengangguran terbuka atau terselubung, namun bekerja di bawah standar produktivitas optimal. Jenisnya sendiri lebih dari saru, yakni :

a. Pengangguran terselubung yang terlindungi (disguised underemployment)

b. Pengangguran yang tersembunyi (hidden unemployment) c. Pensiun terlalu dini (premature retirement)

4. Mereka yang tidak mampu bekerja secara penuh (the impaired) yakni, para pekerja yang ingin bekerja secara penuh tetapi terbentur pada kondisi fisik yang lemah dan tidak memungkinkan (misalnya : penyandang cacat).

5. Mereka yang tidak produktif (the unproductive) yakni, mereka yang sesungguhnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang produktif, akan tetapi mereka tidak memiliki sumber daya komplemen yang memadai untuk menghasilkan output. Pada saat akan membagi jenis-jenis pengangguran yang harus diperhatikan


(27)

adalah alasan-alasan mengapa pengangguran itu terjadi, kemudian baru kita akan dapat mempertimbangkan penyebab dari pengangguran, beberapa ahli membagi jenis pengangguran dilihat dari segi penyebabnya antara lain :

Samuelson (1997 : 366) membagi penyebab dari pengangguran dalam 3 (tiga) jenis yaitu:

a. Pengangguran Friksional, terjadi karena adanya perpindahan orang-orang di satu daerah ke daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain dan melalui berbagi tingkat siklus kehidupan yang berbeda. Bahkan jika suatu perekonomian berada pada tingkat dimana tidak ada pengangguran (full employment), akan terjadi perputaran (turnover) karena adanya orang-orang yang baru menyelesaikan studi dan mencari pekerjaan. Atau karena adanya perpindahan dan satu kota ke kota yang lain.

b. Pengangguran Struktural, pengangguran ini terjadi karena ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena permintaan atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara permintaan atas pekerjaan lain menurun dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut.

c. Pengangguran Siklis, terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun maka pengangguran akan meningkat dengan segera disegala bidang.


(28)

Pengangguran ini terjadi bila jumlah kesempatan kerja menurun sebagai akibat dan terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat.

Sedangkan jenis-jenis pengangguran dilihat dari penyebabnya menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) antara lain:

1. Penganggur Musiman, yaitu seorang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan kerena pola kegiatannya bersifat musiman.

2. Penganggur Peralihan, yaitu mereka yang menganggur karena tidak tahu bahwa ada lowongan yang sesuai dengan keinginannya.

3. Penganggur Sukarela, yaitu seorang yang memilih untuk lebih baik menganggur dari pada menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dan biasanya.

4. Penganggur Terpaksa, yaitu orang yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun mereka bersedia menerima upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku.

5. Pengangguran Bersiklus, pengangguran yang terjadi karena pengurangan pekerjaan sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pengangguran bersiklus dikaitkan penurunan dalam keseluruhan kegiatan ekonomi dan karenanya dapat dikurangi dengan pemulihan yang berkelanjutan dari resesi.


(29)

6. Pengangguran Kunjungtural, pengangguran yang terjadi dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya produksi atau karena adanya perubahan konjungtur (turunnya permintaan efektif terhadap barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan produksi sehingga mengakibatkan pengurangan pada jumlah tenaga kerja).

7. Pengangguran Sektoral, yaitu pengangguran sektoral ada dalam industri-industri tertentu.

8. Pengangguran Sementara, yaitu keadaan ketika pekerja untuk sementara menganggur atau sedang tidak bekerja.

9. Pengangguran Struktural, pengangguran yang disebabkan oleh perubahan didalam struktur ekonomi yang berasal dari faktor tertentu seperti perubahan teknologi atau relokasi industri atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja. Pengangguran struktural terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara lowongan pekerjaan dan pekerja yang menganggur karena penganggur tersebut tidak mempunyai kemampuan yang tepat atau tidak tinggal di tempat yang tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan itu.

10. Pengangguran Teknologi, pengagguran yang terjadi ketika peran manusia mulai digantikan dengan mesin atau tehnologi.

11. Pengangguran Tersamar, istilah pengangguran tersamar menggambarkan gejala dimana meskipun tidak seorangpun yang menganggur. Sejumlah besar tenaga kerja dipekerjakan dalam


(30)

tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan baik oleh sedikit pekerja.

12. Pengangguran Terselubung, keadaan menganggur suatu angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena mereka tidak giat mencari kerja disebabkan oleh alasan tertentu.

13. Pengangguran Tersembunyi, gejala yang meskipun tidak ada seorang pun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja melakukan tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh tenaga kerja yang lebih sedikit jumlahnya.

14. Pengangguran Tersisa, pengangguran yang terdiri dari orang-orang yang sulit untuk ditempatkan, orang cacat atau orang-orang yang sedang tidak bekerja dan karenanya secara teknis menganggur (www.nakertrans.go.id diakses 22 Januari 2009)

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengangguran : a. Karena ketiadaan modal

b. Faktor pendidikan c. Kriminalitas d. Faktor lingkungan

e. Putus hubungan kerja ( PHK ) f. Jumlah penduduk

Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan kesektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan disektor


(31)

formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri disektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal.

Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah satu kelompok tertentu yang masih erat hubungannya dengan para pentolan Orba. Ada juga yang menyertakan diri menjadi anggota laskar jihad yang dikirim ke Ambon dengan dalih membela agama. Padahal di sana mereka cuma jadi perusuh yang doyan menjarah, memperkosa, dan membunuh orang-orang Maluku yang tidak berdosa. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah jika krisis sosial tidak ingin berlanjut terus.

Masalah Pengangguran dan Pendidikan Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Diperkirakan angka pengangguran intelektual yang pada tahun 1995 mencapai 12,36 persen, pada tahun 1995 diperkirakan akan meningkat menjadi 18,55 persen, dan pada tahun 2003


(32)

meningkat lagi menjadi 24,5 persen. Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing.

Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.

2.2.2. Industri

2.2.2.1. Pengertian Industri

Menurut Sukirno (1994:194) dalam pengertian umum, industri pada hakekatnya mengandung arti yaitu perusahaan melakukan kegiatan dalam ekonomi yang tergolong kedalam sektor sekunder, kegiatan seperti ini antara lain ialah pabrik tekstil, pabrik perakitan atau pembuatan mobil dan pabrik pembuatan rokok dan sebagainya.

Pengertian tentang industri biasanya timbul sesuatu gambaran mengenai suatu proses produksi yang tidak langsung menggunakan bahan-bahan alam agar tidak menimbulkan berbagai penaksiran.

Industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam ekonomi, yang tergolong dalam sektor sekunder. Pengertian secara singkat industri adalah suatu unit produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk merubah barang-barang secara mekanisme


(33)

atau kimia menjadi barang produksi yang baru dan memiliki sifat lebih dekat dengan konsumen akhir.

Sedangkan industri menurut Dumairy (1997:227) industri mempunyai dua arti, dalam konteks ini disebutkan industri kosmetika misalnya, berarti penghasilan produk-produk kosmetik. Kedua, industri dapat pula menuju kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi.

Definisi mengenai industri itu bermacam-macam, namun pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Dari penjelasan mengenai definisi industri diatas maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah bidang ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi agar menjadi barang yang mempunyai nilai lebih tinggi untuk penggunaannya lebih tinggi dalam proses produksi.

2.2.2.2. Macam-Macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu :

Pengelompokan industri yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal dibagi dalam tiga kelompok yaitu : 1. Industri Dasar

Yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMDL) dan kelompok kimia dasar ditinjau dari misinya industri dasar mempunyai


(34)

misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal, teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Industri Kecil

Antara lain industri pangan, industri sedang, industri galian bukan logam dan industri logam.

Kelompok industri ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan teknologi yang digunakan menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan memanfaatkan pasar dalam negeri atau luar negeri.

3. Industri Hilir

Kelompok aneka industri yang meliputi antara lain: industri yang mengolah sember daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber pertanian secara luas. Kelompok industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan teknologi maju. (Arsyad, 1992:306-307). Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan atau usaha industri pengolahan


(35)

berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau industri kedalam empat kelompok, antara lain :

1. Industri Besar

Yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja antara 100 orang atau lebih.

2. Industri Sedang

Yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20-90 orang.

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat dengan batasan minimal usia tenaga kerja 15 tahun atau lebih.

Di dalam ilmu ekonomi, istilah tenaga kerja manusia (labour) bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji, bertukang dan segala kekuatan fisik lainnya. Yang dimaksud disini bukanlah sekedar labour saja tetapi lebih luas lagi yaitu sumber daya manusia (Human Resources).

Sumber daya manusia mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Kedua, sumber daya manusia menyangkut


(36)

manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa pada usaha kerja tersebut.

Menurut Alam, S (1999:262), tenaga kerja didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan pada tingkat gaji atau upah tertentu dalam periode waktu tertentu.

Pengertian tenaga kerja menurut Sumarsono (2003:5) adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja.

Selain itu, Daniel (2001:87) mengatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yaitu berumur antara 15-64 tahun merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Di negara sedang berkembang, tenaga kerja sangat dirasakan kekurangan dalam hal tenaga kerja yang ahli dan tenaga kerja yang telah berpengalaman. Untuk mengadakan tenaga kerja seperti itu perlu adanya siiatu kursus (training) dan jika perlu mengadakan tenaga kerja dari luar negeri.


(37)

Di Indonesia, tenaga kerja sebagian besar terdiri dari tenaga kerja yang bergerak dibidang pertanian dan perindustrian masih dirasakan kurang karena perindustrian di Indonesia masih dalam taraf perkembangan.

Tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dengan manusia atau penduduk. Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. (Daniel, 2001:87).

Ketenagakerjaan secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan manjadi 2 golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja minimal 10 tahun, tanpa batas maksimum.

Jadi setiap orang atau penduduk yang berusia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. India menggunakan rentang usia 14-60 tahun sebagai batas usia kerja. Di Amerika batas minimum usia kerja adalah 16 tahun tanpa batas maksimum. Batas usia kerja versi Bank Dunia adalah 15-64 tahun.


(38)

2.2.4. Angkatan Kerja

2.2.4.1. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata "mampu" disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu : (Dumairy, 1997 : 75)

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani sudah cukup kuat. Dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis. yaitu tidak kehilangan kebebasan untuk memiliki dan melakukan pekerjaan, kata "bersedia" berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif maupun pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan.

Menurut Irwan dan Suparmoko (1999 : 67) angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.

Yang dimaksud dengan angkatan kerja menurut Dumairy (1997:74) adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan.


(39)

Penggolongan angkatan kerja berdasarkan pendekatan angkatan kerja dibagi menjadi dua yaitu:

> Golongan yang bekerja.

> Golongan yang mengganggur dan mencari kerja.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dari hasil sensus penduduk tahun 1980, angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :

a. Mereka yang selama seminggu sebelum pemecahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan dan lamanya bekerja paling sedikit satu hari selama seminggu.

b. Mereka yang selama satu minggu sebelum pemecahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah :

a. Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, atau perusahaan menghentikan kegiatannya sementara.

b. Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panenan, atau menunggu hujan untuk menggarap sawah.

c. Orang-orang yang bekerja dibidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, pialang dan lain sebagainya.


(40)

Sedangkan angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan mencari pekerjaan adalah:

a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan.

b. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan sedang berusaha mendapat pekerjaan.

c. Mereka yang sedang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapat pekerjaan.

Untuk golongan pengangguran ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a. Pengangguran penuh, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan.

b. Setelah pengangguran, yaitu orang yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja, dilihat dari segi jam kerja, produktifitas kerja dan pendapatan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.


(41)

2.2.4.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Menurut Dumairy (1997 : 74) yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, terdiri dari :

1. Sekolah Maksudnya adalah pelajar dan mahasiswa.

2. Mengurus rumah tangga Maksudnya adalah ibu-ibu yang bukan wanita karier dan kegiatannya hanya mengurus rumah tangga.

3. Menerima Pendapatan bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan penderita cacat dan sebagainya).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pekerjaan, yakni yang masing-masing kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.

Berikut ini untuk lebih jelasnya, disajikan skema dari kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja.


(42)

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjutak, J. Payaman,1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE-UI, Jakarta, Halaman15.

Jadi kesimpulan dari pengertian angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat dalam kegiatan produktifitas untuk menghasilkan barang dan jasa.

Produktifitas Rendah Kentara

Bekerja

Bekerja Penuh Setengah Menganggur

Menganggur

Penerimaan Pendapatan Sekolah Mengurus

Rumah Tangga Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Tidak Kentara


(43)

2.2.4.3. Pengertian Kesempatan Kerja

Kata “Employment” dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja “To Employ” yang berarti menggunakan suatu proses untuk memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. “Employment” dinyatakan dengan banyaknya jumlah orang yang dimaksudkan yaitu sejumlah orang ada dalam pekerjaan dan mempunyai pekerjaan.

Kesempatan keja berarti kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan dengan imbalan (upah) yang memadai kemungkinan bekerja erat hubungan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengertian memiliki pekerjaan ada dua unsur yaitu :

1. Lapangan pekerjaan

2. Orang-orang yang dipekerjakan atau melakukan pekerjaan

Menerut Suroto, (1992:22) pengertian “Employment” secara jelas dalam bahasa Inggris yaitu : suatu kesempatan kerja yang sudah dimiliki. Menurut Suroto (1992:22) pengertian kesempatan kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk nasional tiap tahunnya, selain itu kesempatan kerja mengandung arti bahwa dengan adanya waktu yang tersedia memungkinkan dilaksanakan aktivitas yang dinamakan dengan bekerja. Kesempatan kerja baru dapat diwujudkan apabila waktu itu telah tersedia sebuah lapangan kerja yang memungkinkan untuk mendapatkan suatu aktivitas yang dinamakan bekerja.


(44)

Faktor-faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja adalah unsur manusia, maka diperlukan pendekatan terhadap sumber daya manusia.

Pengertian kesempatan kerja disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja yang terpakai untuk perekonomian, dimana dengan tersedianya waktu yang memungkinkan dilaksanakannya aktivitas kegiatan yang bersifat produktif, untuk lebih memperjelas bila dilihat dalam skema kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja.

2.2.5. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.5.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Jhingan adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideology yang dibutuhkan.(Jhingan,1993:72).

Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan dalam output nyata atau pendapatan sebuah perekonomian dengan berlangsungnya waktu, maksudnya kenaikan dalam output "full employment" dengan harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi dipergunakan untuk menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Menurut Djojohadikusumo pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses yang


(45)

berpokok pada proses peningkatan produksi barang-barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. (Djojohadikusumo, 1994:1) Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:102) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kemungkinan produksi (Production possibility fronticepef) suatu negara karena pertumbuhan yang dimaksud yaitu output perkapita, berarti pertumbuhan upah rill dan meningkatnya standar hidup.

Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan dalam output nyata atau pendapatan sebuah perekonomian dengan berlangsungnya waktu, maksudnya kenaikan dalam output "full employmentnya." dengan harga konstan.

Jakti (2001:5) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi 5% dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2002, memang tidak terlalu menggembirakan bahkan cenderung konservatif. Karena itu, belum bisa dikategorikan maksimal dalam menyerap tenaga kerja yang pertahunnya 2,5-2,7 juta orang. Idealnya untuk kesempatan kerja sebanyak itu diperlukan pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pertahun yang diperkirakan baru tercapai pada tahun 2004.

Menurut ekonomi itu tidak mudah memberikan respon terhadap budget seperti itu dan harus diakui bahwa hal tersebut sangat konservatif. Kita masih tampak defensif, misalnya sasaran-sasaran yang ingin dicapai untuk Produk Domestik Bruto (PDB) saja kita tidak berani memasang angka lebih dari 5%. Dari segi pandangan ekonomi makro angka 5%


(46)

tersebut bagi negara sebesar Indonesia sangat sulit dibayangkan untuk bisa mengatasi kesempatan dalam membuka kesempatan kerja.

Selanjutnya Jakti (2001:8) menyatakan bahwa idealnya Indonesia memiliki laju pertumbuhan 7% pertahun. Kalau ini dapat dicapai, tidaklah mengecewakan tetapi tingkat pertumbuhan 7% ini dapat dicapai pada tahun 2004. Namun pemerintah bukan tanpa perhitungan mengasumsikan perhitungan dan mengasumsikan strategi pertumbuhan itu dipatok 5% atau cenderung melambat, dengan perhitungan pada tahun berikutnya, pertumbuhan bisa berjalan dengan cepat. Pemerintah menginginkan pertumbuhan berikutnya mencapai 7%. Salah satu upayanya adalah ingin mengembalikan peranan swasta dengan cepat karena tidak mungkin pemulihan ekonomi kembali 7% seperti sebelum terjadinya krisis tanpa peran serta swasta.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah evolusi proses pembangunan yang dialami oleh suatu negara dengan menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya melalui tahap-tahap tertentu.

Pertumbuhan ekonomi menurut G. Bannock, R. E. Baxter dan R Rees dalam A Dictionary of Economics adalah proses yang tetap dari kenaikan kapasitas produktif suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Menurut Simon Kuznets pertumbuhan ekonomi tidak pernah melalui langkah yang melompat-lompat, tetapi merupakan swill proses yang evolusioner dan bersifat


(47)

spesifik untuk setiap Negara. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan produksi perkapita yang berlangsung terus-menerus dari tahun ke tahun dalam kurun waktu yang panjang disuatu Negara. Pertumbuhan ekonomi berarti kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Menurut Boediono (1999:37) pertumbuhan. ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanannya pada tiga aspek yaitu : proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini akan terlihat aspek dinamis arti suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam GDP (Gross Domestic Product) atau GNP (Gross National Product), tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999: 11).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi diatas, pengertian pertumbuhan ekonomi dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemakmuran masyarakat yang dapat dilihat dari kenaikan pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun.


(48)

Bahwa pertumbuhan ekonomi adalah evolusi proses pembangunan yang dialami oleh suatu negara dengan menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya melalui tahap-tahap tertentu.

2.2.5.2.Teori Pertumbuhan ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi ini bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan ekonomi antara lain :

1. Teori pertumbuhan klasik

Mereka berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.

2. Teori pertumbuhan Schumpeter

Schumpeter berpendapat bahwa unsur utama dari pertumbuhan ekonomi adalah usaha untuk mengadakan kombinasi-kombinasi baru yang muncul dalam bentuk inovasi.(Sukirno,1995:432)


(49)

3. Teori pertumbuhan Harrod Domar

Dalam teorinya Harrod Domar memberikan peran kunci kepada investasi yang memiliki peran ganda; pertama, investasi menciptakan pendapatan disebut sebagai permintaan; kedua, investasi dapat memperbesar kapasitas produksi melalui peningkatan stok kapital disebut sebagai dampak penawaran. (Jhingan,1993:291)

4. Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith

Mengemukakan bahwa proses petumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis dibedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan yaitu :

1) Pertumbuhan output total

Unsur pokok dari sistem produksi di suatu negara ada 3 yaitu sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi dan tanah), jumlah penduduk dan stok barang modal yang tersedia, dengan faktor penunjang penting proses akumulasi modal yaitu : makin meluasnya pasar (ekspor) dan adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

2) Pertumbuhan penduduk

Penduduk meningkat jika tingkat upah untuk hidup tinggi. Tingkat upah ditentukan oleh kenaikan permintaan dan penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output masyarakat.


(50)

2.2.5.3. Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi

WW. Rostow mengemukakan teori terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilalui oleh suatu perekonomian yaitu :

a. Tahap masyarakat tradisional.

Pada tahap ini kegiatan produksi masyarakat relatif masih primitif yang didasarkan pada ilmu dan teknologi serta cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan kebiasaan turun temurun.

b. Tahap prasyarat lepas landas

Merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masyarakat misalnya perubahan keadaan sistem politik, kultur sosial, sistem nilai dalam suatu masyarakat dan struktur ekonominya. Jika perubahan seperti ini terjadi maka proses pertumbuhan ekonomi sudah terjadi dalam masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan yang demikian dapat dianggap sudah berada dalam tahap ini.

c. Tahap tinggal landas

Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat antara lain perubahan kerangka dasar politik sosial dan kelembagaan, terbukanya pasar-pasar baru sebagai akibat dari perubahan secara teratur sehingga akan tercipta inovasi dan peningkatan investasi. Perkembangan investasi dari 5% -10% dari produk nasional bersih akan mempercepat


(51)

pertumbuhan sektor industri modern dan laju pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan penduduk, berarti pendapatan perkapita meningkat.

d. Tahap gerakan kedewasaan

Diartikan oleh Rostow sebagai masa di mana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan produksi. Rostow mengemukakan karakteristik non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap menuju kedewasaan sebagai berikut:

1. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, peranan sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi. 2. Sifat kepemimpinan perusahaan mangalami perubahan peranan.

Manajemen proporsional semakin penting dan menggantikan kedudukan perusahaan atau pemilik.

3. Kritik-kritik industrialisasi mulai muncul sebagai akibat adanya industrialisasi.

e. Tahap konsumsi tinggi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi kepada produksi. Pada tahap ini ada 3 macam tujuan :


(52)

1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh keluar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir penjajahan terhadap bangsa lain. 2. Menciptakan kemakmuran yang lebih marata pada penduduknya

dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian-pembagian pendapatan yang lebih merata, misalnya sistem pajak yang progresif.

3. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) menjadi barang konsumsi tahan lama dan barang mewah. (Arsyad, 1997:43-45)

Dalam teori pertumbuhan ekonomi di atas terdapat teori yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi yang tertarik pada masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang. Salah satunya teori pertumbuhan ekonomi yang dibahas dalam makalah ini adalah teori Horrod-Domar.

Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan pengembangan langsung dari teori makro ekonomi Keynes, yang memberikan peranan kunci pada tabungan dan investasi dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi yaitu :

1. Investasi yang menciptakan pendapatan.

2. Investasi yang memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal.


(53)

Peran yang pertama dapat dianggap sebagai dampak permintaan, sedangkan yang kedua dapat dianggap sebagai penawaran investasi, karena itu selama investasi netto tetap berlangsung maka pendapatan nyata dan output akan senantiasa meningkat.

Persamaan mendasar dari pertumbuhan ekonomi Keynes yang dikemukakan oleh Harrod-Domar menekankan pada pertumbuhan investasi untuk meningkatkan output. Modal ini sangat sederhana namun tetap digunakan dalam mengestimasi pertumbuhan ekonomi untuk satu barang (Sukirno,1997:111). Persamaan identitasnya yaitu sebagai berikut:

Y = C + I Dimana : Y = Income C = Konsumsi I = Investasi

Teori Harrod-Domar manganalisa syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang, atau berusaha menunjukkan syarat-syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth). Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, yaitu :

1. Perekonomian dalam keadaan tenaga kerja penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada dalam masyarakat digunakan secara penuh.


(54)

2. Perekonomian terdiri dari dua sektor, rumah tangga dan sector perusahaan.

3. Besar tabungan masyarakat adalah proposional dengan besarnya pendapatan nasional.

4. Kecenderungan untuk menabung besarnya tetap (Arsyad, 1997:59).

2.2.5.4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan non ekonomi. Beberapa faktor ekonomi, antara lain :

1. Sumber Alam

Sumber alam merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian. Sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah,letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu Negara yang kekurangan sumber alam tidak akan membangun dengan cepat. Namun yang terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.


(55)

2. Akumulasi Modal

Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak mencerminkan permintaan efektif dan di pihak lain ia menciptakan efesiensi produktif bagi produksi di masa depan. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan menghasilkan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di Negara yang bersangkutan. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja serta kemajuan teknologi yang pada gilirannya akan membawa kearah spesialisasi dan penghematan produksi skala luas.

3. Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya.

 4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lain.


(56)

 5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. (Jhingan, 2002: 131) Faktor non ekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Dalam kenyataan, faktor non ekonomi seperti organisasi sosial, budaya, politik mempengaruhi faktor ekonomi seperti yang sudah diungkapkan di atas. Oleh karena itu faktor non ekonomi juga memiliki arti penting dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor non ekonomi antara lain :

a. Faktor Sosial

Faktor sosial juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, srruktur dan nilai-nilai sosial. Kalau perkembangan ekonomi diinginkan berjalan lancar maka pandangan, nilai dan lembaga-lembaga sosial harus dirubah. Perubahan hanya mungkin terjadi melalui penyebaran pendidikan dan ilmu pengetahuan.

b. Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia saja tetapi lebih menekankan pada efisiensi mereka.


(57)

c. Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administrasi juga membantu pertumbuhan ekonomi. Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi Negara terbelakang. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup akan amat penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. (Jhingan, 2002 : 135) Perluasan kesempatan kerja dan penciptaan lapangan kerja produktif dapat dilaksanakan dengan meluaskan landasan kegiatan ekonomi. Tetapi hal itu harus disertai dengan usaha meningkatkan produktivitas baik di bidang kegiatan yang modern maupun yang tradisional (Djojohadikusumo, 1993 : 73). Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang stabil maka pertumbuhan output perkapita, pertumbuhan upah dan standar hidup menjadi lebih baik, disamping itu dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka akan banyak tercipta kesempatan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja.

2.2.6. Teori Pendapatan

2.2.6.1. pengertian pendapatan

Pendapatan dapat diartikan sebagai penerimaan yang didapat dari penjualan hasil produksi dikurangi dengan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Dari tingkat pendapatan masyarakat yang ada dapatlah diketahui bagaimana pertumbuhan ekonomi suatu bangsa atau negara.


(58)

Adapun yang dimaksud pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan naiknya pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang.

Pendapatan seseorang adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Sektor produksi tersebut untuk digunakan sebagai inpyt dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi.

Pendapatan merupakan faktor penting bagi setiap orang dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh seseorang maka akan semakin banyak pula kebutuhan sehari-hari yang dapat terpenuhi. Oleh karena itu setiap negara akan berusaha meningkatkan pendapatan dari masyarakat, sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendapatan nasional.

Beberapa penelitian tentang pendapatan dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :

1. Menurut Winardi (1991:28)

Pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama periode tertentu. Dengan demikian terlihat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi dan tabungan. Dengan adanya peningkatan pendapatan maka konsumsi akan meningkat dan tabungan akan meningkat pula.

2. Menurut Samuelson, Nordhaus (1993:258)

Pendapatan menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya


(59)

satu tahun), sedangkan pendapatan itu sendiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga, deviden serta pempayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi.

3. Menurut Mendenhall dan Reinmuth (1983:50)

Pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu negara dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga, modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dari pajak lainnya.

Dari ketiga pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

2.2.7.2. Pengertian Pendapatan Nasional

Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh seseorang maka akan terdapat dana yang dapat disisakan sebagai modal untuk menjalankan kegiatan usaha selanjutnya, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan nasional.

Beberapa penelitian tentang pendapatan nasional dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :


(60)

1. Menurut Dumairy (1997:37)

Pendapatan nasional adalah prestasi ekonomi suatu bangsa atau negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum prestasi tersebut dapat diukur melalui sebuah besaran dengan istilah pendapatan nasional.

2. Menurut Sukirno (2001:34)

Pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produksi barang dan jasa dalam satu tahun tertentu. Dalam suatu perhitungan pendapatan nasional, jumlah pendapatan itu dinamakan produk nasional netto harga-harga faktor produksi.

3. Menurut Winardi (1983:50)

Pendapatan nasional adalah keseluruhan dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian suatu negara dalam periode tertentu.

Pendapatan nasional sampai saat ini masih dianggap sebagai pilar utama penyangga politik ekonomi, artinya kearah peningkatan pendapatan nasional itulah hampir semua kebijaksanaan dibidang perekonomian difokuskan. Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak memandang penting masalah pendapatan nasional. Untuk mengetahui arus terbentuknya pendapatan nasional/gross nasional product (GNP) dapat dilihat pada gambar berikut :


(61)

Gambar 2 : Arus Pendapatan Nasional

Produksi

Pengeluaran Pendapatan

Sumber : Rosyidi, Suherman, 2000, Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro Dan Makro, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 102.

Untuk membaca gambar tersebut diatas dapat dimulai sebelah manapun juga, sebab semuanya akan memberikan pengertian yang sama. Produksi menciptakan pendapatan. Pendapatan barang dan jasa oleh business tentu memerlukan jasa-jasa produktif dari semua faktor produksi dan dari situlah munculnya pendapatan yakni berupa balas jasa untuk semua faktor produksi. Sebab semua orang yang berpendapatan itu pasti akan mengeluarkan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa. Dan pada akhirnya pengeluaran akan menciptakan produksi, sebab pengeluaran itu tentu bertujuan untuk ditukarkan dengan alat-alat pemuas kebutuhan hidup yakni barang dan jasa. Oleh sebab itulah, business harus memenuhi pengeluaran masyarakat dengan jalan memproduksi barang dan jasa. (Rosyidi, 2000:102).

GNP (gross nasinal product) adalah nilai semua barang dan jasa yang tiap tahun dihasilkan oleh bangsa yang bersangkutan, diukur menurut harga pasar. GNP (Gross Nasional Product) merupakan alat pengukur pokok kegiatan perekonomian.


(62)

2.2..7. Teori Inflasi 2.2.7.1. Pengertian Inflasi

Inflasi menunjukkan adanya kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1992:155).

Disisi lain inflasi dapat ditandai dengan kenaikan harga barang-barang ekspor, dimana bila harga barang-barang ekspor naik, maka ongkos produksi dari barang-barang yang menggunakan barang-barang tersebut dalam produksinya akan naik, dan kemudian harga jualnya akan naik pula. Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir (dan juga para produsen barang-barang ekspor tersebut). (Boediono, 1992:159).

Manullang (1993:11). Pengertian inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi senantiasa meningkatnya harga pada umumnya. Atau suatu keadaan dimana terjadi turunnya nilai mata uang. Inflasi terjadi karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar dalam masyarakat.

Nopirin (2000:25). Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang-barang umum secara terus menerus yang disebabkan karena bertambahnya jumlah uang yang beredar yang tidak diikuti bertambahnya jumlah produksi barang-barang.


(63)

Inflasi dapat diartikan jika harga barang-barang ekspor naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula, sebab barang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang-barang yang tercantum dalam indeks harga. (Boediono, 1992:158).

1. Inflasi dari dalam negeri disebabkan oleh gagalnya panen raya, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara yang dibiayai dengan cara percetakan yang baru.

2. Inflasi dari luar negeri (Boediono, 1995:164).

Berawal dari naiknya harga barang impor yang mengakibatkan : a. Kenaikan harga barang luar negeri yang dijual dalam negeri

b. Menaikkan biaya produksi, yang diakibatkan oleh kenaikan harga baham baku barang yang berasal dari luar negeri

c. Akan menaikkan harga barang-barang dari dalam negeri, kenaikan tersebut berdasarkan acuan kenaikan harga barang-barang impor yang dijual didalam negeri.

Dampak Inflasi

Terjadinya inflasi dapat mengganggu stabilitas nasional, khususnya stabilitas ekonomi. Terjadinya inflasi akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, baik dampak positif maupun negative. Dampak-dampak tersebut antara lain :


(64)

Dampak positif inflasi :

1. Produksi bertambah karena keuntungan pengusaha 2. Kesempatan kerja bertambah

3. Pendapatan nominasi bertambah Dampak negatif inflasi :

1. Kesadaran menabung masyarakat berkurang 2. Harga barang dan jasa naik

3. Kepercayaan terhadap uang tunai berkurang

Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa inflasi merupakansuatu gejala adanya kecenderungan harga-harga untuk menaik sampai batas tertentu. Dimana dalam arti yang lebih luas inflasi bukan semata-mata ekonomi tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan politis.

2.2.7.2. Teori Utama Dalam Inflasi 1. Teori Kuantitas

Teori kuantitas mengenai inflasi menyatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar, dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang.

2. Teori Keynes

Teori Keynes mengenai inflasi menyatakan bahwa inflasi terjadi karena suatu keadaan dimana masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Dengan kata lain dapat diterjemahkan menjadi suatu keadaan


(65)

dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.

3. Teori Strukturalis

Teori Strukturalis mengenai inflasi adalah teori inflasi "jangka panjang" karena menyoroti sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya: ketegaran yang berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain dan ketegaran yang berkaitan dengan ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan didalam negeri. Dimana produksi bahan makanan didalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per kapita sehingga adanya kecenderungan naiknya harga bahan makanan didalam negeri. (Boediono, 1992:167).

2.2.7.3. Macam-Macam Inflasi

Berdasarkan lajunya inflasi dapat dibedakan menjadi : 1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah yaitu kurang dari 10% pertahun kenaikan harga berjalan lambat dengan prosentase yang kecil dalam jangka yang relative lama.

2. Inflasi Menengah (Golloping Inflation)

(Digit atau bahkan triple digit) dan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Inflasi ini mempunyai sifat akselerasi artinya harga-harga


(66)

minggu ini atau bulan ini lebih tinggi dari semula. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi merayap.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat, sedang nilai uang merosot dan masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan uang.

2.2.7.4. Penyebab Inflasi 1. Demand-Pull Inflation

Inflasi bermula dari permintaan total (agregrat demand), sedangkan produksi sudah berada pada kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kerja penuh.

Gambar 3 : Proses Terjadinya Demand-Pull Inflation (P)

Inflationary gap

P2 AD2

P1 AD1

0 Q1 Q2 (Q)

Sumber : Nopirin, 2000, Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, BPFE-UGM, Yogyakarta, hal. 29.

Bermula dengan huruf P1 dan Q1, kenaikan permintaan total dari AD1

ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat


(67)

dan output naik menjadi Q2. Kenaikan AD2 tetap pada Q2, kenaikan

harga ini disebabkan oleh inflationary gap. Adanya inflationary gap inilah yang menyebabkan adanya inflasi.

2. Cost Push Inflation

Cost Push Inflation ditandai dengan kenaikan harga produksi. Bila harga produksi naik maka pada akhimya akan menaikan harga dan turunnya produksi. (Nopirin, 2000:30).

2.2.7.5. Cara Mengatasi Inflasi

Untuk mencapai tujuan mengurangi jumlah uang yang beredar (M) atau V atau untuk menaikkan jumlah T, menurut (Nopirin, 1994:54) ada tiga kebijaksanaan yang dapat ditempuh, ketiga kebijaksanaan tersebut adalah :

1. Kebijaksanaan Moneter

Cara ini berhubungan dengan politik Bank Sentral, yang berarti untuk menyempitkan pemberian kredit baik oleh Bank Sentral sendiri maupun badan-badan kredit lainnya. Adapun tiga cara untuk menyempitkan pemberian kredit, yaitu :

a. Meningkatkan tingkat diskonto b. Politik pasar terbuka


(68)

2. Kebijaksanaan Fiskal

Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi pemintaan total dan mempengaruhi harga. Ada tiga aspek dari kebijaksanaan fiskal, yaitu :

a. Menurunkan pengeluaran pemerintah b. Menaikkan pajak

c. Menggunting nilai uang 3. Kebijaksanaan Non Moneter

Kebijaksanaan non moneter untuk mengatasi inflasi ada tiga, yaitu : a. Menaikkan hasil produksi

b. Kebijaksanaan upah

c. Pengawasan harga dan distribusi barang-barang

2.2.8. Produksi

Pada masa sekarang ini semakin banyak barang dan jasa yang dijual belikan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Barang dan jasa tersebut dapat dibeli dalam jumlah, kualitas, model, ukuran yang beranekaragam. Hal ini didukung oleh adanya suatu kegiatan pabrik untuk menambah atau menciptakan kegunaan barang dan jasa tersebut. Usaha atau kegiatan ini dilaksanakan melalui suatu sistem produksi dengan mengubah faktor-faktor produksi tersebut yang tersedia menjadi barang


(69)

dan jasa. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu tenaga kerja, capital, mesin, metode bahan baku. (Sumarni dan Soeprihanto,1993:173).

Aktivilas produksi menurut Wignjosoebroto (2003:2), dinyatakan sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk mengubah satu masukan (human resourses, materials, energy, information, dan lain-lain) menjadi produk keluaran ( finished product atau service) yang memiliki nilai tambah.

Menurut ahli ekonomi Rosyidi (1995:56) bahwa produksi adalah setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang.

Dapat disimpulkan bahwa produksi adalah kegiatan menambah faedah atau kegunaan suatu barang atau menciptakan benda baru yang lebih bcrmanfaat dalam memenuhi kebutuhan.

Dalam beberapa buku teks teori ekonomi yang konvensional, produksi sering diidentifikasikan sebagai penciptaan guna berarti dimana guna berarti kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut definisi ini, produksi mencakup pengertian yang sangat luas sekali. Produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat.

Meskipun produksi dalam pengertian umum meliputi semua aktivitas untuk menciptakan barang dan jasa tetapi dalam konsep disini hanya akan dibicarakan pada masalah barang. Pada umumnya produksi memerlukan berbagai macam peralatan (mesin, gedung, alat-alat) dan beberapa bahan mentah. (Sudarman, 1985:119-120).


(70)

Pada masyarakat yang masih sederhana, produksi ini dilakukan secara langsung yaitu menggunakan faktor alam dan tenaga kerja saja. Sedangkan pada masyarakat yang telah maju atau modern, produksi ini dilakukan secara tidak langsung yaitu menggunakan berbagai faktor mulai faktor alam, tenaga kerja, modal dan skill.

Agar produksi ini dapat berjalan baik dan lancar maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : barang yang akan diproduksi, faktor produksi mana saja yang digunakan, pemasaran barang dan saingannya, perubahan modal dan selera konsumen, kemampuan masyarakat untuk mendapatkan barang yang diproduksi. (Sadeli, 1986:129).

2.2.8.1. Faktor Produksi

Semua unsur-unsur (tenaga kerja, sumber-sumber alam, modal dan kecakapan) yang menopang usaha pcnciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi tersebut terdiri atas :

a. Tanah

Segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal atau disediakan oleh alam atau dapat juga dikatakan sebagai segala sumber asli yang tidak berasal dari kegiatan manusia meliputi :


(1)

2. Dari hasil analisis dengan uji t (Sidoarjo) secara parsial maka diperoleh :

a. Untuk (X1) Jumlah Industri berdasarkan perhitungan diperoleh

thitung sebesar 0,792 < ttabel sebesar 2,228, maka Ho diterima dan Hi

ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial Jumlah Industri tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.

b. Untuk (X2) Angkatan Kerja berdasarkan perhitungan diperoleh

thitung sebesar 1,024 < ttabel sebesar 2,228, maka Ho diterima dan Hi

ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial Angkatan Kerja tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.

c. Untuk (X3) Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan perhitungan

diperoleh thitung sebesar 1,341 < ttabel sebesar 2,228 maka Ho diterima

dan Hi ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial Pertumbuhan Ekonomi tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.

d. Untuk (X4) Inflasi berdasarkan perhitungan diperoleh thitung sebesar

2,932 < ttabel sebesar 2,228 maka Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga

kesimpulannya secara parsial Inflasi ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo.


(2)

142

3. Variabel yang paling dominan dari penelitian ini adalah Inflasi (X4).

Dengan nilai parsial (r2) -0,680.

4. Untuk Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 47,33 dan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 24,23. Sedangkan perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 0,41% dan perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar -0,25%.

5. Untuk Jumlah Industri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 1,522 dan Jumlah Industri terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 1,494. Sedangkan Perkembangan Jumlah Industri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 1,48% dan perkembangan Jumlah Industri terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar -0,33%.

6. Untuk Angkatan Kerja tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 9,116 dan Angkatan Kerja terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 8,946. Sedangkan Perkembangan Angkatan Kerja tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 1,22% dan perkembangan Angkatan Kerja terendah terjadi pada tahun 1997 yairu sebesar -0,34%.

7. Untuk Pertumbuhan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 5,21 dan Pertumbuhan Ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar 4,93. Sedangkan perkembangan Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 4,47% dan


(3)

perkembangan Pertumbuhan Ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar -0,87%.

8. Untuk Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1993 sebesar 14,0000 dan Inflasi terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar 13,2296 Sedangkan perkembangan Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 4,69% dan perkembangan Inflasi terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar -0,84%.

9. Dalam hubungan secara simultan, maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,638 menunjukkan bahwa analisis yang digunakan cukup layak dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 63,8%, sedangkan sisanya sebesar 36,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik.

Jadi dapat diketahui bahwa Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya dan Sidoarjo terdapat perbedaan dimana Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya yang berpengaruh paling dominan adalah angkatan kerja sedangkan Tingkat Pengangguran di Kota Sidoarjo yang berpengaruh paling dominan adalah Inflasi.


(4)

144

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka akan diberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya dan Sidoarjo.

1. Pemerintah membuat kebijakan untuk menghidupkan sektor riil agar banyak masyarakat yang jadi pengusaha bukan lagi tenaga kerja dan dapat memperluas lapangan pekerjaan.

2. Kebijakan moneter yang bertujuan untuk mendukung terciptanya kestabilan harga dan perekonomian diharapkan kebijakan tersebut akan menekan laju inflasi yang secara tidak langsung menurunkan tingkat pengangguran.

3. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mampu menciptakan kesempatan kerja baru sehingga angkatan kerja baru maupun pengangguran dapat diserap. Jumlah pengangguran yang berkurang maka tingkat pengangguran akan menurun juga.

4. Untuk penelitian selanjutnya mengenai tingkat pengangguran hendaknya peneliti menambahkan dengan faktor-faktor lain serta menambahkan rentan waktu penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Surabaya Dalam Angka, Biro Pusat Statistik, Surabaya 1996, 1999, 2001,2004.

Arsyad, 1997, Ekonomi Pembangunan, edisi ketiga, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta

Arsyad, Lincolin, 1999, Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta.

Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta

Djojohadikusumo, Sumitro. 1993. Perkembangan Pemikiran Ekonomi DasarTeori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES,Jakarta.

Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Dasar Teori Pertumbuhan Dan Ekonomi, Penerbit LP3ES, Jakarta

Dornbusch, Rudiger dan Fischer, Sanley, 1992, Makro Ekonomi, edisi keempat, Penerbit Erlangga Jakarta

Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Terjemahan Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta.

Irawan, Eric 2005, Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Pemerintah Kota Surabaya. (FE/IESP), UPN "Veteran" Surabaya

Jakti, 2002, Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Dalam APBN, Jawa Pos, Surabaya

Jhingan, 1993, Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan, Penerbit CV Rajawali, Jakarta

Jhingan, M.L., 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Noura, Dhinasari, 1995, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Jawa Timur, (FE/IESP), UPN "Veteran" Surabaya


(6)

 

   

Rosyidi, Suherman J, 2000, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D, 1997, Makro Ekonomi, Terjemahan: Haris A Munandar, Freddy Saragih, Rudy Tambunan, Erlangga, Jakarta.

Simajuntak, J Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 1992, Pengantar Teori Ekonomi, Penerbit FE UI, Jakarta ,1992, Pengantar Teori Makro Ekonomi , Penerbit FE UI, Jakarta Suparmoko, 1992, Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta Suparmoko dan Irawan, 1997, Ekonomika Pembangunan, BPFE,

Yogyakarta

Suryhadi Asep, 2003 Kebijakan Upah Minimum dan Dampaknya Terhadap Pasar Tenaga Kerja, Kongres ke XV ISEL Batu. Sudrajad, 1995, Mengenal Ekonometrika Pemula, Penerbit Armico,

Bandung.

Supranto J, 1995, Ekonometrika, Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Tambunan, Tulus, 1999, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Todaro, Michael P, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Terjemahan: Haris A. Munandar, Erlangga, Jakarta.