BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Surabaya
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan dari hipotesis yang dikemukakan, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan perhitungan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa
Jumlah Industri X
1
, Angkatan Kerja X
2
, Pertumbuhan Ekonomi X
3
, Inflasi X
4
secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya Y. Ditunjukan dengan F
hitung
= 9,173 F
tabel
= 3,48 pada tingkat α = 5 maka Ho dttolak dan Hi
hipotesis alternatif diterima, secara simultan berpengaruh nyata terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.
2. Dari hasil analisis dengan uji t Surabaya secara parsial maka diperoleh :
a. Untuk X
1
Jumlah Industri berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 1,993 t
tabel
sebesar 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial Jumlah Industri
tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.
137
b. Untuk X
2
Angkatan Kerja berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 3,930 t
tabel
sebesar 2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga kesimpulannya secara parsial Angkatan Kerja
ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya. c. Untuk X
3
Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 1,525 t
tabel
sebesar 2,228 maka Ho diterima dan Hi ditolak, sehingga kesimpulannya secara parsial
Pertumbuhan Ekonomi tidak ada pengaruh terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.
d. Untuk X
4
Inflasi berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar -2,541 t
tabel
sebesar 2,228 maka Ho ditolak dan Hi diterima, sehingga kesimpulannya secara parsial Inflasi ada pengaruh
terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya. 3. Variabel yang paling dominan dari penelitian ini adalah Angkatan
Kerja X
2
. Dengan nilai parsial r
2
0,779. 4. Untuk Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya tertinggi terjadi pada
tahun 1994 sebesar 17,07 dan Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 7,5. Sedangkan
perkembangan Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 0,62 dan perkembangan Tingkat
Pengangguran di Kota Surabaya terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar -0,38.
5. Untuk Jumlah Industri tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 3114 dan Jumlah Industri terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 1271.
Sedangkan Perkembangan Jumlah Industri tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 60,77 dan perkembangan Jumlah Industri terendah
terjadi pada tahun 2007 sebesar -5,35. 6. Untuk Angkatan Kerja tertinggi terjadi pada tahun 1993 sebesar 8750
dan Angkatan Kerja terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 6636. Sedangkan Perkembangan Angkatan Kerja tertinggi terjadi pada tahun
1994 sebesar 19,13 dan perkembangan Angkatan Kerja terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar -0,87.
7. Untuk Pertumbuhan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1993 sebesar 7,00 dan Pertumbuhan Ekonomi terendah terjadi pada tahun
2007 sebesar 2,14. Sedangkan perkembangan Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 53 dan perkembangan
Pertumbuhan Ekonomi terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar - 7,58.
8. Untuk Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 15,45 dan Inflasi terendah terjadi pada tahun 1995 sebesar 4,33. Sedangkan
perkembangan Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 23,64 dan perkembangan Inflasi terendah terjadi pada tahun 1995
sebesar -68,12.
9. Dalam hubungan secara simultan, maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,786 menunjukkan bahwa analisis yang
digunakan cukup layak dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya. Hal ini
berarti bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 78,6, sedangkan sisanya
sebesar 21,4 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik.
5.2. Kesimpulan Sidoarjo