ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI AIR MINUM PDAM DI KOTA SURABAYA.
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KONSUMSI AIR MINUM PDAM SEKTOR RUMAH TANGGA DAN NON SEKTOR RUMAH TANGGA DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Oleh :
Merysa Rohma Dwi Sakina 0411010224 / FE / EP
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ..………. DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN……….. ABSTRAKSI ………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian .. ... 1.4. Manfaat Penelitian. ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu... 12 2.2 Landasan Teori...……... 18 2.2.1. Pengertian Konsumsi Secara Mikro... 18 2.2.1.1 Teori Perilaku Konsumen Dan Permintaan….. 20
2.2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan……….……. 2.2.1.3 Elastisitas Permintaan……….. 2.2.1.4 Teori Perilaku Produsen Dan Penawaran…..
(3)
2.2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Penawaran………..
2.2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Konsumsi……… 2.2.2 Teori Pendapatan………..
2.2.2.1 Pengertian Pendapatan Perkapita……… 2.2.2.2. Pengertian Penduduk………
2.2.3 Pengertian Rumah Tangga……….
2.2.4 Pengertian Inflasi……… 2.2.4.1 Macam-Macam Inflasi……… 2.2.4.2 Dampak Inflasi……… 2.2.4.3 Cara Mencegah Inflasi……….. 2.2.5 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sebagai
Satu-satunya Penyelenggara Jasa Pemenuhan Air Bersih (Monopoli)……….. 2.2.6 Landasan Hukum………..
2.2.6.1 Landasan Hukum Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM)………
2.3 Kerangka Konseptual………
2.4 Hipotesis………..
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
(4)
3.2 Tehnik Pengumpulan Data………. 3.2.1 Jenis Data………
3.2.2 Sumber Data………. 3.3 Tehnik Penentuan sample……….. 3.4 Tehnik Analisis Dan Uji Hipotesis………...
3.4.1 Tehnik Analisis……….. 3.4.2 Uji Hipotesis………. 3.4.3 Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian……….. 4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian………. 4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM)……….. 4.1.3 Sumber-Sumber Penyediaan Air Bersih
PDAM Kota Surabaya……….. 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) KotaMadya Daerah Tingkat II Surabaya………. 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian……….
4.3.1 Perkembangan Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya……….. 4.3.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita
(5)
4.3.3 Perkembangan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga di Kota Surabaya……….. 4.3.4 Perkembangan Tingkat Inflasi di Kota Surabaya…….. 4.4 Analisis Dan Uji Hipotesis………
4.4.1 Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi BLUE (Best Linier
Unbiassed Estimator)……….. 4.4.2 Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Dengan Menggunakan Progaram SPSS 13……… 4.5 Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Konsumsi Air Minum PDAM Di Kota Surabaya………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………
5.2 Saran……….
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya Tahun 1992-2006………..……….. Tabel 2 : Pendapatan Perkapita di Kota Surabaya Tahun 1992-2006……… Tabel 3 : Jumlah Pelanggan Rumah Tangga di Kota Surabaya
Tahun 1992-2006……… Tabel 4 : Tingkat Inflasi di Kota Surabaya Tahun 1992-2006……… Tabel 5 : Hasil Uji Multikolinieritas………. Tabel 6 : Hasil Uji Heterokedastisitas……… Tabel 7 : Hasil Uji Autokorelasi……….. Tabel 8 : Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Dengan
Menggunakan Program SPSS 13……… Tabel 9 : Analisis Varian (ANOVA)……… Tabel 10 : Analisis Kovarian………
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kurva Akibat Pergeseran Permintaan Terhadap
Keseimbangan……… Gambar 2 : Kurva Akibat Pergeseran Penawaran Terhadap
Keseimbangan……… Gambar 3 : Fungsi Konsumsi Linier……….. Gambar 4 : Fungsi Konsumsi Non Linier……….. Gambar 5 : Gross National Product……… Gambar 6 : Kerangka Konseptual Analisis Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM
Di Kota Surabaya……… Gambar 7: Kurva Distribusi Penolakkan / Penerimaan Hipotesis
Secara Simultan……… Gambar 8 : Kurva Distribusi Penolakkan / Penerimaan Hipotesis
Secara Parsial……… Gambar 9 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi……… Gambar 10 : Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Madya Daerah Tingkat II Surabaya……… Gambar 11 : Uji Durbin Watson……… Gambar 12 : Distribusi Penolakkan Dan Penerimaan Hipotesis
Secara Simultan……… Gambar 13 : Kurva Distribusi Penolakkan dan Penerimaan Hipotesis
(8)
Secara Parsial untuk X1………
Gambar 14 : Kurva Distribusi Penolakkan dan Penerimaan Hipotesis Secara Parsial untuk X2……….
Gambar 15 : Kurva Distribusi Penolakkan dan Penerimaan Hipotesis Secara Parsial untuk X3………
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Tabulasi Data Siap Olah
Lampiran 2 : Data Descriptive Statistic Dan Data Analisis Varian (ANOVA) Lampiran 3 : Data Collinierity Statistic
(10)
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI AIR MINUM PDAM
DI KOTA SURABAYA
Oleh :
Merysa Rohma Dwi Sakina
ABSTRAKSI
Pada masa sekarang ini penggunaan air bersih telah merupakan unsur mutlak dalam kehidupan modern dan selain sebagai sarana dan prasarana industri, air bersih juga mampu memenuhi kebutuhan hidup dalam kehidupan sehari-hari disektor rumah tangga. Peningkatan pemakain air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) khususnya bagi pelanggan dari golongan rumah tangga yang merupakan pelanggan terbesar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) erat kaitannya dengan pendapatan masyarakat yang berasal dari perolehan pendapatan perkapita suatu daerah dan jumlah penduduk. Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat yang diikuiti dengan peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan kebutuhan air bersih khususnya untuk pelangga dari golongan rumah tangga ikut meningkat. Atas dasar jumlah pelanggan rumah tangga, dan tingkat inflasi, berpengaruh terhadap peningkatan Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dipreoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mulai tahun 1996-2006, data tersebut dianalisa dengan menggunakan analisis regresi linier berganda melalui Uji F dah Uji t dengan asumsi klasik BLUE.
Hasil penelitian secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variable bebas Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Pelanggan Rumah
Tangga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) berpengaruh nyata terhadap varriabel
terikat Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya (Y). hal ini diketahui dari Uji F yaitu diperoleh Fhitung= 190.88467 > Ftabel = 3,59. untuk
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Surabaya, variable Pendapatan Perkapita berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya dimana t hitung 4,904> t tabel 2,201, variable Jumlah Pelanggan
Rumah Tangga berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya dimana t hitung 7,131> t tabel 2,201, variable Tingkat
Inflasi berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya dimana t hitung -1,174> t tabel 2,201.
(11)
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No. 1, Juni 2007, hal. 28 - 35
ISSN 1411- 6081
Volume 8, No.1, Juni 2007
Pimpinan Redaksi
Dewan Redaksi
Pelaksana Tata Usaha
Periode Terbit Terbit Pertama
Jurnal EKONOMI PEMBANGUNAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
Alamat Penyunting dan Tata Usaha:
Didit Purnomo
Bambang Setiaji Universitas Muhammadiyah Surakarta M. Wahyuddin Universitas Muhammadiyah Surakarta Yuni Prihadi Utomo Universitas Muhammadiyah Surakarta Daryono Soebagiyo Universitas Muhammadiyah Surakarta Maulidyah Indira Hasmarini Universitas Muhammadiyah Surakarta
Edy Rahmantyo Tarsilohadi Universitas Bengkulu
Sutomo Universitas Sebelas Maret, Surakarta Waridin Universitas Diponegoro, Semarang
Siti Qomariah Woro 2 kali dalam setahun
Juni 2000
merupakan jurnal ilmiah yang berisikan hasil penelitian dan kajian teoritis mengenai masalah-masalah ekonomi dan pembangunan, khususnya di Indonesia. Diterbitkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Redaksi menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan atau dalam proses terbit oleh media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 15-25 halaman, dengan format seperti tercantum pada prasyarat naskah jurnal di halaman belakang. Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format dan tata cara lainnya.
Subag Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani, Tromol Pos 1, Pabelan, Telpon (0271) 717417 psw 229, [email protected] http://www.ums.ac.id
Surakarta 57102;
(12)
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No. 1, Juni 2007, hal. 28 - 35
AIR PDAM DAN AIR SULINGAN DALAM KONSUMSI AIR DI KOTA SURAKARTA
Kusdiyanto 1 Agung Riyardi 1
1
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: [email protected]; [email protected]
ABSTRACT
The objectives of this research are to analize factors that influence households demand for water from PDAM Kota Surakarta and to analize relationship between water from PDAM Kota Surakarta with distillate water. Employing double-log linier multiple regression it was found that households demand for water from PDAM Kota Surakarta was influenced by the price of water from PDAM Kota Surakarta, the price of distillate water, the households income and number of households family members. Also it was found that the relationship between water from PDAM Kota Surakarta with distillate water is substitution. The positive cross price elasticity indicated the substitution. The households income elasticity, the dominance of households income and the positive relation between number of households family members and households demand for water from PDAM Kota Surakarta, however, indicated the complementary relationship between water from PDAM with distillate water.
Keywords: demand for water, substitution and complementary relationship
PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan air minum dan air bersih pada masa lalu diperoleh melalui air sumber (misal: sumur) dan air yang berasal dari PDAM. Jika dibutuhkan untuk air minum, maka air sumber atau air PDAM tersebut dimasak terlebih dahulu. Namun, jika untuk air bersih, air sumur atau air PDAM langsung dikonsumsi. Adapun pada masa sekarang dengan adanya air sulingan, pilihan pengguna air, khususnya untuk kebutuhan air minum semakin bervariasi. Sebagian pengguna air, masih
menggantung-sedangkan yang lain mengkonsumsi air minum yang berasal dari air sulingan.
Adanya air sulingan dalam pemenuhan kebutuhan air memunculkan pertanyaan penelitian mengenai hubungan substitusional dan komplementer antara air sulingan dengan air PDAM. Pertanyaan tersebut dilandasi berbagai pemikiran sebagai berikut:
1. Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” yang terletak antara 1100 45’ 15’ dan 1100 45” 35” Bujur Timur dan antara 70 36’ dan 70 56’ Lintang Selatan merupakan dataran rendah dengan
(13)
Kusdiyanto & Agung Riyardi – Air PDAM dan Air Sulingan … 29
bahwa di Kota Solo tidak terdapat dalam jumlah memadahi sumber air permukaan yang dapat digunakan sebagai bahan baku air bersih dan air minum. Kebutuhan bahan baku air diperoleh dari sumber air daerah lain seperti Kabupaten Klaten dan Kabupaten Karang Anyar, dan dari Sumur Artetis (bawah tanah). Hal ini menyebabkan harga air bersih dan air minum di Kota Surakarta cukup mahal sebab terdapat biaya transmisi air antar daerah.
2. Perusahaan air minum berada pada pasar monopoli alamiah (Field, 2001). Berda-sarkan asumsi tersebut pemerintah menetapkan untuk tidak menyerahkan usaha di sektor air kepada swasta, namun mengadakan sendiri usaha di sektor air melalui PDAM yang dikelola pemerintah daerah. Walaupun memiliki landasan normatif, terdapat banyak kendala dalam penyaluran air oleh PDAM kepada masyarakat. Keluhan masyarakat menge-nai air yang tidak mengalir, mengalir dalam jumlah sangat sedikit, mengalir tetapi airnya kotor dan berbau menunjukkan adanya kendala tersebut. Hal ini berdampak pada tingkat loyalitas konsumen kepada produk air dari PDAM, rendah sebab konsumen merasa membayar terlalu mahal Jika di tengah masyarakat terdapat kenaikan daya beli dan pada saat yang sama terdapat pihak yang menyelenggarakan jasa air yang kompetitif terhadap PDAM, maka konsumen air PDAM akan tertarik untuk menikmatinya dan mengurangi konsumsi air dari PDAM.
3. Air merupakan bahan yang sangat vital
mengemukakan bahwa setiap satu gelas air, seseorang membutuhkan tambahan sekitar 2 hingga 3 gelas ukuran yang sama. Berdasarkan hal itu, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak anggota dalam keluarga, semakin banyak kebutuhan, permintaan dan konsumsi air dalam keluarga tersebut.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apakah harga air PDAM, harga air sulingan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga signifikan mempengaruhi permintaan air PDAM?, bagaimana bentuk hubungan antara permintaan air sulingan dengan permintaan air PDAM? dan adakah keterkaitan pendapatan dan jumlah anggota keluarga dalam hubungan antara permintaan air sulingan dengan permintaan air PDAM ?
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi permintaan air PDAM, menganalisis bentuk hubungan antara permintaan air sulingan dengan permintaan air PDAM, menganalisis pengaruh substitusionalitas air sulingan terhadap konsumsi air PDAM, menganalisis keterkaitan pendapatan dan jumlah anggota keluarga dalam hubungan antara permintaan air sulingan dengan permintaan air PDAM.
Intepretasi Ekonomi
Hubungan negatif antara harga dengan permintaan air PDAM menunjukkan bahwa persamaan regresi sudah sesuai dengan teori permintaan dan sesuai dengan penelitian Rietveld, Rouwendal dan Zwart (2000). Hanya saja penelitian ini menemukan bahwa hubungan keduanya bersifat inelastis, setiap peningkatan harga hanya sedikit mengurangi
(14)
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 1, Juni 2007 30
bahwa di Salatiga bersifat elastis, setiap peningkatan harga mengurangi permintaan dalam jumlah banyak. Perbedaan ini perlu dikemukakan. Sebab di satu sisi, menurut Rietveld, Rouwendal dan Zwart (1997) alat analisis yang tepat untuk menggambarkan permintaan air adalah model Burtless dan Hausman—sebagaimana yang mereka gunakan untuk mengestimasi permintaan air PDAM Salatiga—atau minimal model IV (instrumental variable). Adapun model OLS memiliki kelemahan bahkan disarankan tidak digunakan. Di sisi lain menurut Khawam, Virjee dan Gaskin (2006) banyak penelitian air menemukan elastisitas antara -0,2 hingga -0,7 sebagaimana dalam penelitian ini.
Sebagaimana ditunjukkan oleh elastisitas positif antara harga air sulingan terhadap permintaan air dari PDAM, permintaan air PDAM bersifat substitusional terhadap permintaan air sulingan. Jika harga air sulingan meningkat, maka konsumen meningkatkan permintaan air PDAM. Hal itu sesuai dengan realitas bahwa air sulingan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Ketika harga air sulingan meningkat, maka konsumen air PDAM mengurangi pemintaan air sulingan dan menggantinya dengan menambah permintaan air dari PDAM. Tambahan permintaan air PDAM tersebut oleh konsumen dimasak untuk memenuhi kebutuhan air minum mengganti-kan permintaan air sulingan yang berkurang karena peningkatan harga air sulingan.
Namun demikian, jika menganggap faktor harga air PDAM dan harga air sulingan tetap, ada kemungkinan hubungan antara air sulingan dengan air PDAM bersifat komplementer. Air sulingan digunakan untuk
kebutuhan air bersih. Jadi keduanya saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Indikasinya terlihat pada tiga hubungan antara pendapatan dan permintaan air PDAM, sebagai berikut:
1. Pendapatan menjadi faktor yang paling dominan dibandingkan faktor harga sendiri, harga air sulingan dan jumlah anggota keluarga sebab memiliki koefisien absolut paling besar. Peningka-tan pendapaPeningka-tan meningkatkan kebutuhan air bersih yang dipenuhi melalui peningkatan permintaan air dari PDAM. Pada saat yang sama pendapatan diperkirakan juga meningkatkan kebutu-han air minum yang dipenuhi melalui permintaan air sulingan.
2. Elastisitas pendapatan bertanda positif dan lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa rumah tangga di Surakarta yang berlangganan air PDAM menganggap air PDAM sebagai barang kebutuhan, bukan barang inferior terhadap air sulingan dan bukan barang mewah. Dalam perspektif seperti itu jika kebutuhan air minum tetap, maka peningkatan pendapatan meningkatkan permintaan air dari PDAM dan tidak menurunkan permintaan air dari PDAM.
3. Terdapat perbedaan antara temuan penelitian ini yang menemukan bahwa konsumen di Kota Surakarta menganggap air PDAM sebagai barang kebutuhan, dengan temuan Iwan Nugroho dan Wahyu Anny Widayati (2003) di Kabupaten Tulung Agung, namun terdapat kesesuaian dengan temuan Rietveld, Rouwendal dan Zwart (2000) di Kota Salatiga. Perbedaan dan kesesuaian
(15)
Kusdiyanto & Agung Riyardi – Air PDAM dan Air Sulingan … 31
daerah non perkotaan. Di daerah kabupaten, seperti Tulung Agung, air PDAM merupakan barang mewah, sedangkan di daerah perkotaan, seperti Salatiga dan Surakarta, air PDAM merupakan barang kebutuhan.
Hubungan positif antara jumlah anggota keluarga dengan permintaan air PDAM juga memiliki kemungkinan menunjukkan bahwa air PDAM dan air sulingan berhubungan secara komplementer. Peningkatan jumlah anggota keluarga menunjukkan peningkatan kebutuhan dan permintaan air bersih dan air minum. Dalam perspektif seperti itu, ketika permintaan air PDAM meningkat karena peningkatan jumlah anggota keluarga, pada saat yang sama permintaan air sulingan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. 2005. Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2005. Surakarta: BPS Kota Surakarta. Douglas, Evan J. dan Scott Callan.1999.
Managerial Economics: Analysis and Strategy. Singapore: Prentice-Hall In-ternational Inc.
Field, Barry C. 2001. Natural Resources Economics. New York: McGraw Hill. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic
Econo-metrics. New York:McGraw Hill. Iwan Nugroho dan Wahyu Anny Widayati.
2003. “Willingness to Pay for PDAM’s
Pipe Connection: A Case Study in Kabupaten Tulungagung, East Java Province, Indonesia”. Ekonomi dan Keuangan Indonesia Vol. 51 (4). Halaman 421 – 431.
Khawam, Walid, Kameel Virjee dan Susan Gaskin. 2006. “Water Demand Man-agement Measures; Analysis of Water Tariff and Metering in Barbados”. Jurnal of Eastern Carribean Studies Vol 31. No. 2. June 2006. Halaman 1 -21.
Komives, Kristin dan Linda Stalker Prokopy. 2000. Cost Recovery in Partnership: Results, Attitudes, Lessons and Strate-gies. BPD Water and Sanitation Cluster. London.
Mann, Patrick C. 1993. Water-utility Regu-lation: Rates and Cost Recovery. URL: Http://www.rppi.org/ps155.html. [1 Maret 2005].
Rietveld, Piet, Jan Rouwendal dan Bert Zwart. 1997. Estimating Water Demand in Urban Indonesia: A Maximum Likelihood Approach to Block Rate Pricing Data. Tinbergen Institute Discussion Paper No. 97-072/3.
Rietveld, Piet, Jan Rouwendal dan Bert Zwart. 2000. “Block Rate Pricing of Water in Indonesia: An Analysis of Welfare Effects”. Bulletin of Indonesian Economic Studies. Vol. 36 No. 3, December 2000. Halaman 73–92.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar tujuan dan pedoman pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan merata diseluruh tanah air dan tidak hanya untuk satu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh rakyat, serta harus benar-benar dapat dirasakan seluruh rakyat sebagai perbaikkan taraf hidup yang berkeadilan social, yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan (GBHN, 1998).
Pembangunan ekonomi yang mengelola kekayaan bumi Indonesia, seperti perhutanan dan pertambangan harus senantiasa memperhatikan bahwa pengelolaan sumber daya alam disamping memberikan kegunaan untuk masa kini, juga harus dikelola untuk menjamin kehidupan di masa depan. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi harus dikelola sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat dipelihara sepanjang masa. Oleh karena itu, sumber daya alam harus dijaga agar kemamapuannya untuk dapat diperbaruhi dan selalu dipelihara. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi harus digunakan sehemat mungkin dan diusahakan pemanfaatannya selama mungkin.
(17)
Pemanfaatan sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diupayakan secara menyeluruh dan terpadu dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta senantiasa memperhitungkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan demi kepentingan generasi yang akan datang. Penganekaragaman pemanfaatan sumber daya alam dalam usaha memicu pertumbuhan yang mendukung pemerataan ekonomi serta peningkatan ketahanan ekonomi, telah diupayakan dengan jalan rehabilitas sumber daya alam yang keadaannya kritis dan konservasi sumber daya yang masih utuh. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan daya dukung lingkungan hidup maka meningkat, yang dapat mendorong pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan (Suparmoko, 2000 : 23-25).
Pembangunan yang sedang dilaksanakan saat ini pada dasarnya menitikberatkan pada pembangunan dibidang industri yang telah mendukung sector pertanian dan industri dengan sasaran utama adalah untuk mecapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri serta dapat terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat.
Dengan digalakkannya pembangunan disektor industri, diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang meningkat seperti yang diharapkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur.
Perkembangan bidang industri yang semakin pesat terutama di kota Surabaya, akan membawa dampak yang cukup komplek bagi
(18)
lingkungan perusahaan sendiri, maupun lingkungan sekitarnya, diantaranya adalah masalah polusi. Bila tidak diawasi dengan ketat mengenai limbah industri tersebut, maka timbul polusi baik udara maupun air yang cukup besar.
Mengenai masalah air, melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), pemerintah telah berusaha menyediakan dan memenuhi kebutuhan air minum yang bersih dan bebas polusi. Dari kondisi tersebut, dan semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka diharapkan dapat membawa pengaruh positif terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi air bersih. Untuk itu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memerlukan strategi dengan tujuan mencapai keunggulan kualitas air yang diproduksi.
Perubahan social ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi air bersih, baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Pada masa sekarang ini penggunaan air bersih telah merupakan unsur mutlak dalam kehidupan modern dan selain sebagai sarana dan prasarana industri, air bersih juga mampu memenuhi kebutuhan hidup dalam kehidupan sehari-hari disektor rumah tangga (Tedjakusuma, dkk, 2001 : 2).
Secara singkat air bersih diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemakaian air bersih dalam suatu Negara sering dianggap salah satu tolak ukur taraf kemampuan rakyatnya. Begitu juga di Indonesia, penggunaan air bersih di masyarakat
(19)
Indonesia disektor rumah tangga sampai disektor industri akan menambah pemasukan atau pendapatan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Peningkatan pemakaian air bersih khususnya rumah tangga yang merupakan pelanggan terbesar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), erat kaitannya dengan pendapatan perkapita masyarakat yang semakin tinggi. Artinya, meningkatnya pemakaian air bersih terutama lebih banyak dipengaruhi oleh pertambahan penduduk yang terus naik dan disertai dengan meningkatnya standard hidup sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengkonsumsi kebutuhan pokok untuk kebutuhan hidupnya. Pemakaian air bersih yang tinggi pada masyarakat sebenarnya tidak ada unsur pemborosan tetapi merupakan tuntutan yang logis dalam peningkatan standard hidup masyarakat.
Disamping itu, peningkatan jumlah pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan permintaan penduduk akan tersedianya air bersih semakin meningkat pula. Hai ini diindikasikan dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan PDAM dari tahun ke tahun diwilayah kota Surabaya. Dengan keadaan seperti diatas, maka dalam penulisan penelitian ini, penulis mengadakan penelitian bagaimana rumah-rumah tangga di kota Surabaya mengkonsumsi air bersih, apakah selama ini air bersih tersebut sudah mencukupi kebutuhan mereka atau belum. Sehingga dapat diketahui apa yang menjadi keluhan mereka. Dengan adanya masukan-masukan tersebut diharapkan bisa memberi masukan bagi PDAM tentang kebutuhan air bersih di kota Surabaya.
(20)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
“Apakah Pendapatan Perkapita, Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, dan Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas yaitu :
“Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Perkapita, Jumlah Pelanggan Rumah Tangga, dan Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya ?”
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1). Sebagai masukan bagi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijaksanaan dibidang pengelolaan air bersih pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
2). Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang lebih berminat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variable lain yang berpengaruh terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM.
(21)
3). Dapat menambah koleksi perpustakaan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan juga merupakan literature para pembaca untuk lebih memperdalam dan melakukan pembahasan terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini pernah dilakukan oleh :
1. Anugrah, (1993 : ix), “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rumah Tangga Dalam Mengkonsumsi Air Perusahaan Daerah Air Minum Di Kotamadya Surabaya”. Penelitian yang dilakukan menggunakan variable mengikat yaitu Permintaan Air, sedangkan variable bebas yaitu Harga Air, Pendapatan Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Jumlah Kendaraan Bermotor, Keberadaan Sumur, Kondisi Halaman, Luas Lantai dan Keberadaan Tandon. Dari hasil penelitian yang menggunakan model analisis regresi linier berganda dalam bentuk transformasi log menunjukkan bahwa Harga Air, Pendapatan Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Jumlah Kendaraan Bermotor, Keberadaan Sumur, dan Luas Lantai berpengaruh positif sedangkan Kondisi Halaman dan Keberadaan Tandon terbukti berpengaruh negative terhadap Permintaan Air disebabkan Kondisi Halaman yang sempit dan kotor serta harga tandon yang mahal kemungkinan untuk membelinya sangat kecil. Namun secara bersama-sama kedelapan factor tetap
(23)
mempunyai pengaruh terhadap Permintaan Air PDAM di Kotamadya Surabaya.
2. Hartono, (2000 : x), “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Air Bersih, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Untuk Rumah Tangga Di Kotamadya Surabaya”. Periode waktu yang digunakan tahun 1989-1998. Data analisis mengunakan model regresi linier berganda dimana Permintaan Sambungan Air Bersih Rumah Tangga adalah variabel terikat (Y), sebagai variable bebas adalah Jumlah Penduduk (X1), Biaya
Sambungan (X2), dan Harga Air per m3 (X3). Dari hasil penelitian
berdasarkan uji secara simultan diperoleh hasil Fhitung = 485, 912 > dari
Ftabel = 4,76 yang berarti variable Jumlah Penduduk, Biaya Sambungan,
dan Harga Air per m3 berpengaruh nyata terhadap Konsumsi Air Minum (Y), berdasarkan uji secara parsial untuk variable Jumlah Penduduk (X1)
diperoleh hasil uji
t
hitung = 9,423 > darit
tabel = -2,447 yang berarti (X1)berpengaruh positif terhadap Konsumsi Air Minum (Y), variable Biaya Sambungan (X2) diperoleh hasil uji
t
hitung = 5,511 > darit
tabel = -2,447yang berarti (X2) berpengaruh positif terhadap Konsumsi Air Minum
(Y), variable Harga Air per m3 (X3) diperoleh hasil uji
t
hitung = -2,933 > darit
tabel = -2,447 yang berarti (X3) berpengaruh positif terhadapKonsumsi Air Minum (Y).
3. Leylana (1994 : x), “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Air Bersih Untuk Rumah Tangga Di Kelurahan Kali Rungkut
(24)
Dalam penelitian menggunakan variable terikat yaitu Konsumsi Air Bersih Untuk Rumah Tangga. Sedangkan ada 5 variabel bebas yaitu : Jumlah Anggota Keluarga, Tingkat Pendapatan, Luas Bangunan, Tingkat Harga dan Keberadaan Kendaraan. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara simultan (Uji F) dan Uji F diperoleh kesimpulan bahwa Jumlah Anggota Keluarga, Tingkat Pendapatan, Luas Bangunan, Tingkat Harga dan Keberadaan Kendaraan berpengaruh nyata terhadap Konsumsi Air Bersih Untuk Rumah Tangga Di Kelurahan Kali Rungkut Kecamatan Kali Rungkut Kotamadya Surabaya RW IV dan RW VIII. 4. Pujowati, (1995 :xiv), “Penetapan Kebijaksanaan Harga Air Minum
Sebagai Usaha Pemerataan Pemenuhan Kebutuhan Pelanggan Di Kotamadya Surabaya”. Bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan satu variable terikat yaitu Kebijaksanaan Harga Air Minum, dan ada 4 variabel bebas yaitu Jumlah Konsumsi Air Bersih, Harga Air Bersih, Jumlah Anggota Keluarga, dan Responden. Dari hasil penelitian menggunakan uji beda dua rata-rata untuk menunjukkan bahwa factor Jumlah Konsumsi Air Bersih, Harga Air Bersih, Jumlah Anggota Keluarga, dan Responden berpengaruh positif terhadap Kebijaksanaan Harga Air Minum.
5. Tedjakusuma. Dkk, (2001 : Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol.2 No:3), “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Minum Mineral Di Kota Madya Surabaya”. Dari hasil pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, analisis dan
(25)
pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : ternyata hipotesis pertama diterima bahwa Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Minum Mineral dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna oleh Faktor Pendidikan, Penghasilan, Harga, Kualitas, Distribusi, dan Promosi. Hal ini ditunjukkan Fhitung =
34,677 lebih tinggi dari Ftabel = 2,14, dengan koefisien korekasi R sebesar
0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R Squared) sebesar 0,5188. Hipotesis kedua yaitu Harga mempunyai pengaruh dominan terhadap Perilaku Konsumen Air Minum Mineral dinyatakan diterima.
6. Wijarnako (2004 : 69), “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum Untuk Rumah Tangga Di Kabupaten Purbalingga”. Permasalahan yang dibahas adalah
apakah Faktor Jumlah Pelanggan Rumah Tangga (X1), Tarif Air Minum
(X2), Produk Domestic (X3), berpengaruh secara nyata terhadap
Permintaan Air Minum (Y). Dari analisis yang didapat terikat dengan Fhitung = 31,915 > Ftabel = 3,59. Sedangkan Uji Parsial juga menunjukkan
variable bebas berpengaruh terhadap variable terikat dengan masing-masing
t
hitung untuk X1 = 0,597, untuk X2 = 2,841, untuk X3 = 2,441 >t
tabel = 2,201, yang berarti secara parsial Pendapatan Perkapita (X1)(26)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Konsumsi Secara Mikro
Didalam ilmu ekonomi diartikan sebagai pengguna barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi (the use of goods services in the satisfaction of human wants). Konsumsi haruslah dianggap sebagai maksud serta tujuan yang essensisl daripada produksi. Atau perkataan lain, produksi adalah alat bagi konsumsi (Rosyidi, 2004 : 147).
Apabila dipergunakan tanpa kualitas apapun, maka istilah
“konsumsi ” itu didalam ilmu ekonomi akan secara umum diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi harap dingat bahwa beberapa macam barang, seperti mesin-mesin maupun bahan mentah, dipergunakan untuk menghasilkan barang lain. Hal ini dapat kita sebut sebagai konsumsi produktif (Production Consumption), sedangkan konsumsi yang langsung dapat memuaskan kebutuhan disebut konsumsi akhir (Final Consumption). (Rosyidi,2004:147-148).
Pada hakekatnya konsumsi timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, dan ini mendorong terjadinya kegiatan ekonomi, kegiatan ini dibagi menjadi tiga macam :
1. Produksi
Produksi adalah segala kegiatan yang menjunjung tinggi faedah barang, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi secara langsung yaitu produksi yang
(27)
menggunakan factor produksi alam dan tenaga kerja, sedangkan produksi tidak langsung menggunakan factor produksi temuan yaitu modal dan keahlian.
2. Distribusi
Distribusi adalah penyalur barang-barang produksi dari produsen sehingga dapat diterima oleh para konsumen akhir. System distribusi mencakup :
a) Sistem Liberal (bebas), barang dan jasa didistribusikan oleh perusahaan swasta.
b). Sistem Terpimpin, barang dan jasa didistribusikan oleh perusahaan Negara atau koperasi.
c). Sistem Campur Tangan, barang dan jasa didistribusikan oleh perusahaan Negara dan swasta. Biasanya yang didistribusikan oleh perusahaan Negara adalah keperluan vital, seperti air dan listrik.
Setiap Negara akan berbeda dalam system pendistribusian barang dan jasa untuk sampai pada konsumen. Hal ini tergantung kepada system perekonomian yang dianut. System distribusi di Indonesia berbeda dengan sistem distribusi ekonomi liberal. System distribusi di Indonesia harus berjalan lancar dan adil, usaha untuk mempersingkat jalan distribusi yang panjang dari perusahaan ke konsumen mendorong pemerintah menekan harga untuk lebih mudah dan pendistribusian akan adil dan merata.
(28)
3. Konsumsi
Dalam pengertian sehari-hari istilah konsumsi biasanya dengan memakan makanan atau meminum minuman, tetapi dalam ilmu ekonomi berarti penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia. Konsumsi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan kegunaan barang dan jasa, baik secara langsung maupun secara berangsur-angsur, atau cara pemakaian barang konsumsi ini masing-masing orang berlainan tergantung dari sikap lingkungan hidupnya dan cara hidupnya. Selain itu besar kecilnya penghasilan seseorang berpengaruh pada tingkat konsumsi mereka (Rosyidi, 2004 : 56).
Akan tetapi karena kebutuhan-kebutuhan yang terbatas sedangkan penghasilan itu sendiri adalah terbatas, maka setiap orang merasa bahwa dirinya belum mencapai suatu kemakmuran. Dengan demikian jika seseorang ingin menambah konsumsi maka ia harus menambah penghasilan (Bintari dan Suprihatin, 1997 : 49)
Ciri-ciri melakukan konsumsi (konsumen) adalah :
1. Kualitas produksi, karena konsumen senantiasa menginginkan
barang yang baik sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut.
2. Adil dan jujur didalam transaksi perdagangan.
3. Data barang, karena konsumen senantiasa menginginkan data
barang yang akan dibeli, misalnya tanggal kadarluarsa, cara pemakaian barang, dan lain-lain.
(29)
2.2.1.1 Teori Perilaku Konsumen Dan Permintaan
Perekonomian terdiri dari tiga kelompok subyek ekonomi, yaitu konsumen dan produsen pemilih factor produksi. Setiap konsumen harus menentukan bagaimana cara mengalokasikan uang miliknya terhadap barang dan jasa yang ada di pasar. Penjumlahan dari seluruh barang dan jasa yang diminta oleh masyarakat menunjukkan permintaan pasar. Permintaan diartikan sebagai keinginan yang didukung oleh kekuatan daya beli atau keinginan apa saja disebut sebagai permintaan potensial, maka jumlah yang diminta (quantity demanded) adalah jumlah total suatu komoditi yang diinginkan semua rumah tangga untuk membeli. Tiap barang dan factor produksi mempunyai harga. Yang dimaksud dengan harga adalah tingkat kemampuan suatu barang untuk dengan barang lain.
Suatu barang mempunyai harga karena harga barang itu berguna (mempunyai kegunaan) dan langka, artinya jumlah yang tersedia kurang dibandingkan dengan jumlah diperlukan. Jika orang mengatakan permintaan, maka yang dimaksud adalah permintaan yang disertai daya beli (money demand) terhadap suatu benda (Kadariah, 1994 : 1).
Yang mengartikan permintaan suatu jenis barang adalah sejumlah barang yang dibeli (atau pembeli) bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu tertentu. Definisi permintaan adalah bahwa permintaan merupakan sederetan angka menunjukkan banyaknya satuan barang yang diminta pada berbagai tingkat harga dan juga barang yang diselidiki dalam suatu pembicaraan
(30)
mengenai masalah permintaan adalah satu jenis barang saja dan bahwa permintaan itu terjadi dipasar serta waktu yang juga tertentu.
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Setiap orang boleh saja ingin kepada apapun yang diinginkannya, tetapi jika keinginannya itu tidak ditunjang dengan kesediaan membeli serta kemampuan untuk membeli, maka keinginannya itupun hanya akan tinggal keinginan saja. Disini jelaslah bahwa keinginan memang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap harga, sedangkan permintaan berpengaruh (Rosyidi, 2004 : 239).
Dari hypotesa diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang
lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila harga barang tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.
2. Kenaikkan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang,
sehingga memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik harganya.
Pengaruh Faktor Bunga Terhadap Permintaan :
a). Harga Barang Lain.
Hubungan suatu barang dengan barang lain dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan :
(31)
1. Barang Pengganti / Barang Subsidi, yaitu apabila suatu barang dapat menggantikan fungsi barang lain. Harga barang subsidi dapat mempengaruhi permintaan terhadap yang digantikannya. Contoh : Minyak tanah dan Gas.
2. Barang Pelengkap / Complementer, yaitu apabila suatu
barang selalu digunakan secara bersama. Contoh : Gula dan Kopi.
3. Barang yang tidak saling berhubungan. Contoh : Kapal terbang dan Sandal jepit.
b). Pendapatan Konsumen
Berhubungan pendapatan konsumen akan menimbulkan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis jenis barang.
Jenis barang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu :
1. Barang Normal, yaitu barang yang permintaannya akan
meningkat apabila pendapatan konsumen naik. Barang mewah / barang lux, barang kebutuhan sehari-hari. 2. Barang inferior / barang bermutu rendah, yaitu barang
yang diminta konsumen berpenghasilan rendah, apabila pendapatan konsumen tersebut naik maka permintaan terhadap barang inferior akan menurun.
(32)
c). Corak Distribusi Pendapatan.
Jika pemerintah menaikkan pajak pada orang kaya, untuk menaikkan pendapatan yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan barang berubah.
d). Cita Rasa Masyarakat / Selera.
Perubahan cita rasa mayarakat akan merubah permintaan terhadap suatu barang.
e). Jumlah Penduduk.
Pertambahan penduduk akan diakui oleh adanya kesempatan kerja. Dengan demikian akan merubah daya beli masyarakat, selanjutnya akan menambah permintaan berbagai barang.
f). Prediksi Masa Yang Akan Datang
jika konsumen memprediksi akan adanya kenaikkan harga suatu barang dimana yang akan datang, maka permintaan terhadap barang tersebut meningkat.
2.2.1.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Perubahan pendapatan konsumen artinya apabila konsumen memiliki jumlah pendapatan yang lebih maka konsumen mampu untuk membeli barang-barang yang digunakan sehingga akan mempengaruhi jumlah permintaan.
Perubahan harga barang yang berkaitan artinya apabila permintaan peningkatan harga barang pertama akan menyebabkan kenaikkan
(33)
permintaan harga barang kedua dan sebaliknya penurunan harga barang pertama akan menyebabkan penurunan harga barang kedua.
Perubahan jumlah atau komposisi konsumen artinya ekspektasi mempengaruhi permintaan contohnya konsumen yang menduga akan mengalami kenaikkan pendapatan bisa meningkatkan permintaan sebelum pendapatan belum meningkat.
Perubahan selera konsumen artinya permintaan justru barang dipengaruhi oleh selera konsumen. Konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan apabila barang tersebut memiliki kegunaan bagi konsumen dengan harga yang terjangkau.
Gambar 1 : Kurva Akibat Pergesaran Permintaan terhadap Keseimbangan.
Sumber : Raharjo, 2000, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal : 46.
D1
D0
Q0 Q1
0 P1
P0 E0
E1
S
(34)
Keterangan :
Pada kurva diatas ditunjukkan bahwa kurva permintaan bergeser ke kanan kerena perubahan pendapatan. Titik keseimbangan bergeser dari E0 ke E1. Perpindahan ini menunjukkan bahwa kenaikkan permintaan menyebabkan harga naik dari 0o ke P1 dan kuantitas barang bertambah dan Q0 ke Q1. Akibat dari pergesaran ini menyebabkan harga turun dan kuantitas barang akan berkurang.
2.2.1.3 Teori Perilaku Produsen Dan Penawaran.
Aktivitas dalam suatu perekonomian banyak ditentukan oleh dua subyek ekonomi sebagai pelaku transaksi didalam pasar kedua factor tersebut adalah : konsumen yaitu mereka yang mengkonsumsi atau menggunakan sejumlah barang dan jasa sehingga terbentuklah permintaan, factor lainnya adalah : produsen yaitu mereka menyediakan atau menjual sejumlah barang dan jasa sehingga terbentuklah penawaran
Wujud permintaan terhadap suatu barang dan jasa belum merupakan syarat cukup untuk mewujudkan transaksi didalam pasar. Permintaan hanya dapat dipenuhi apabila penjual (produsen) akan menyediakan sejumlah barang yang diperlukan tersebut. Perilaku penjual dalam menyediakan dan memasarkan suatu jenis barang kepada konsumen dipasar tersebut dengan penawaran (supply).
Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara spesifik, penawaran menunjukkan seberapa banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode pada
(35)
berbagai kemungkinan tingkat harga, hal ini diasumsikan konstan, hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya secara langsung berhubungan dengan harganya. Jadi, semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin sedikit ; semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga jumlah yang ditawarkan. (William, A. 2000: 47).
Gambar 2 : Kurva Akibat Pegesran Penawaran Terhadap Keseimbangan.
Sumber : Raharjo, 2000, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal : 46.
Keterangan :
Pada kurva diatas ditunjukkan bahwa kurva penawaran bergeser ke kanan karena perubahan teknologi berarti penawaran telah bertambah kenaikkan penawaran dari titik keseimbangan bergeser dari E0 ke E1 dan berarti harga turun dari P0 ke P1 dan kuantitas barang bertambah dan Q0 ke Q1. Akibat dari pergesaran ini menyebabkan harga turun dan kuantitas barang akan berkurang.
S1 S0
Q0 Q1
0 P0 P0
E0
E1
D
(36)
2.2.1.4 Pengertian Elastisitas Secara Mikro
Teori Elastisitas adalah mengukur kepekaan satu variable dengan variabel lainnya secara spesifik. Elastisitas adalah sautu bilangan yang menunjukan persentase perubahan yang terjadi pada satu variable sebagai reaksi atas setiap satu persen kenaikkan pada variable lain. Ekonom biasa mengukur kecepatan tanggapan (responsiveness) dengan menggunakan konsep elastisitas. Elastisitas adalah konsep umum yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi tanggapan satu variable ketika variable lain berubah.
2.2.1.5 Teori Elastisitas Permintaan Dan Penawaran
Jika dikaitkan dengan teori elastisitas permintaan ataun elastisitas penawaran maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai pasar monopoli tidak berpengaruh karena perubahan variable atau kondisi lain
yang mengganggu, karena berapapun tarif atau harga air per m3 yang
diberlakukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), permintaan sambungan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah tetap karena air merupakan sarana penunjang kehidupan yang penting, sebaliknya dengan permintaan besar atau kecil sekalipun pemenuhan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) akan tetap diperhatikan pengadaannya guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.2.1.6 Elastisitas Permintaan
Menurut Sugiarto (2002 : 102), Elastisitas permintaan adalah suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga
(37)
atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum penaksiran elastisitas permintaan berguna bagi perusahaan maupun bagi pemerintah. Adapun manfaat dari penaksiran elastisitas permintaan :
1. Bagi perusahaan (produsen), elastisitas permintaan dapat menjadi
landasan dalam menyusun kebijakan penjualannya. Bila diketahui sifat responsive permintaan atas komoditas yang dihasilkan perusahaan, pihak perusahaan dapat menentukan perlu tidaknya untuk menaikkan harga jual komoditas yang dihasilkan.
2. Bagi pemerintah dapat digunakan untuk meramalkan kesuksesan dari
kebijakan tertentu yang akan dilakasanakan secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi :
a). Elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of
demand).
b). Elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand).
c). Elastisitas permintaan silang harga (cross price elasticity of demand).
2.2.1.7 Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran adalah suatu ukuran kuantitatif yang menujukkan besarnya pengaruh perubahan harga maupun factor-faktor lainnya terhadap perubahan penawaran komoditas tersebut. Untuk mencari elastisitas penawaran terhadap harga dengan cara biasa dipergunakan.
(38)
Rumus :
ηЅ = Persentase perubahan jumlah komoditas X yang ditawarkan
Persentase perubahan harga
( Sugiarto, 2002 : 129) Keterangan:
ηЅ = Elastisitas penawaran terhadap harga (price elasticity of supply).
Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran adalah :
1. Sifat Perubahan Biaya Produksi.
Penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang tidak elastis bila kenaikkan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya tambahan yang sangat tinggi.
a). Kapasitas produksi telah mencapai tingkat yang tinggi sehingga untuk menambah produksi harus dilakukan investasi baru.
b). Faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk meningkatkan produksi sangat sulit untuk diperoleh.
2. Jangka Waktu Analisis.
Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran biasanya dibedakan tiga jenis jangka waktu :
a). Masa Amat Singkat
para penjual tidak dapat menambah penawarannya sehingga dengan demikian penawarannya bersifat tiadk elastis sempurna.
b). Jangka Pendek
Dalam kapasiatas alat-alat produksi yang ada tidak ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi
(39)
menggunakan kapasitas yang tersedia dengan cara menggunakan faktor-faktor produksi termasuk modal secara lebih insentif.
c). Jangka Panjang.
Dalam produksi dan jumlah komoditas yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah, oleh karenanya penawarannya bersifat elastis (Sugiarto, 2002 : 135-136).
2.2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
Jumlah barang yang ditawarkan produsen kepada konsumen sangat dipengaruhi oleh : harga, barang itu sendiri, ongkos produksi, tujuan perusahaan tersebut dan tingkat teknologi yang telah digunakan. Pengeluaran mempunyai peranan sangat besar dalam menentukan besarnya ongkos produksi, tanpa adanya kenaikkan produktivitas dan efisiensi kenaikkan harga factor produksi akan menaikkan ongkos produksi. Tujuan perusahaan dalam teori ekonomi melalui dimisalkan perusahaan berusaha untuk memaksimumkan keuntungan tingkat teknologi memegang peranan yang sangat penting didalam menentukan banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan, kemajuan teknologi ini telah dapat mengurangi ongkos produksi, mempertinggi mutu suatu barang dan dapat menciptakan barang-barang baru.
Dengan demikian penawaran akan suatu barang akan berbeda sifatnya akan terjadi dalam tujuan yang ingin dicapai masing-masing perusahaan, tingkat teknologi memegang peranan yang sangat penting didalam menentukan banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan,
(40)
kemajuan teknologi ini telah dapat mengurangi ongkos produksi, mempertinggi mutu suatu barang dan dapat menciptakan barang-barang baru. Dalam hubungan dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi dapat memberikan dua manfaat yaitu :
a). Produksi dapat ditambah dengan lebih cepat dan ongkos produksi yang lebih murah, sehingga dengan demikian dapat dicapai keuntungan yang lebih tinggi.
b). Manfaat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi cenderung untuk menimbulkan kenaikkan penawaran.
2.2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Dalam ilmu ekonomi makro dikenal adanya hubungan antara tingkat pendapatan nasional dengan tingkat konsumsi masyarakat yang bersifat positif.
Hal ini dimaksudkan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka tingkat konsumsi juga meningkat. Menurut Rahardja Prathama, (2004 : 38), bahwa konsumsi tergantung pada besarnya tingkat pendapatan dan keinginan untuk mengkonsumsi.
Jadi kecenderungan untuk mengkonsumsi marginal MPC (Marginal Propensity To Consume). MPC ini didapat dengan
menggunakan rumus : MPC =
Y C
atau MPC adalah konsep yang
memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposibel bertambah satu unit atau pertambahan pendapatan
(41)
0 P A B R
M
K E
D
C
C G H I
Linier
Pendapatan (Y)
K
ons
um
si
( C )
yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi, demikian pula sebaliknya semakin kecil MPC, semakin kecil pula pendapatan yang dikonsumsi sedangkan (c) adalah tingkat konsumsi dan (y) adalah pendapatan penduduk.
Gambar 3 : Fungsi Konsumsi Linier
Keterangan :
1. Tingkat pendapatan sebesar 0P maka konsumsi sebesar 0G segitiga sama
kaki adalah segitiga OPR. Oleh karena itu terdapat di saving (tabungan negatif) sebesar RM arti dari di saving, kebutuhan konsumsi dapat ditutup dengan pendapatan yang dimiliki.
2. Tingkat pendapatan sebesar 0A maka konsumsi sebesar 0H segitiga sama
kaki adalah segitiga 0AK. Titik K adalah BEP (Break Even Point). Garis
0A adalah BEI (Break Even Income) dan garis 0H adalah BEC (Break
Even Consumption). Oleh karena itu konsumsi sama dengan pendapatan
pada waktu BEP (Break Even Point), dikatakan bahwa konsumsi dapat
(42)
3. Tingkat pendapatan 0B maka konsumsi sebesar 0I segitiga sama kaki adalah segitiga OBE. Oleh karena itu ada sisa pendapatan sebesar DE setelah digunakan untuk keperluan konsumsi.
Gambar 4 : Fungsi Konsumsi Non Linier
Keterangan :
Bahwa MPC maupun MPS tidak selalu konstan. MPC selalu semakin menjadi kecil dengan meningkatnya pendapatan MPS semakin besar seiring dengan meningkatnya pendapatan MPC menunjukkan segitiga-segitiga CAB, BDE, dan EFG yakni ditunjukkan oleh sisi miring segitiga siku-siku.
Hubungan pendapatan disposibel dan konsumsi Keynes
menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat
dipengaruhi oleh oleh pendapatan disposibel saat ini (current consumption income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan, artinya tingkat konsumsi tersebut harus
Linear
0 A D F
C B E G
Pendapatan ( Y )
K
ons
um
si
( C )
(43)
dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Jika pendapatan disposibel meningkat maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposibel.
2.2.2 Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan factor penting bagi setiap orang dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh seseorang maka akan semakin banyak pula kebutuhan yang dapat dipenuhi. Oleh karena itu setiap Negara akan berusaha untuk meningkatkan taraf hidup berkaitan dengan pendapatan perkapita yang diperoleh. Semakin tinggi pendapatan yang diperolehnya maka akan terdapat dana yang disisihkan sebagai modal untuk menjalankan usahanya. Beberapa pengertian tentang pendapatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain :
“Menurut Sukirno, (2003 : 391), dalam kegiatan perusahaan keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan penghapusan. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut diperolehlah keuntungan”.
Pendapatan seseorang individu dapat didefinisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkannya
(44)
pada waktu tertentu atau yang diperoleh dari harta kekayaannya (Boediono, 2000 : 170).
Pendapatan adalah menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja. Pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga, serta pembayaran transfer atau asuransi si penganggur (Samuelson, 1993 : 258).
Pendapatan adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam sautu perekonomian. Didalam konsep pendapatan adalah bentuk-bentuk pendapatan yang tidak diterima oleh perseorangan, melainkan diterima
oleh pemerintah maupun business. Kedua bentuk pendapatan yang tidak
diterima oleh perseorangan itu masing-masing adalah pajak laba perusahaan (diterima oleh pemerintah), dan laba tidak dibagi diterima (business). Untuk mendapatkan pendapatan perseorangan, maka kedua bentuk pendapatan ini harus dihilangkan (Mankiw, 2003 : 10).
Sehingga dapat disimpulakan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam jangka waktu tertentu. Penghasilan yang dimaksudkan adalah jumlah total pendapatan yang dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga per m3 penjualannya.
2.2.2.1 Pengertian Pendapatan Perkapita
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup penduduk Negara yang bersangkutan, yang bisa diukur dengan
(45)
kenaikkan penghasilan riil perkapita. Pendapatan perkapita adalah sama dengan pendapatan nasional riil atau output secara keseluruhan yang dihasilkan selama satu tahun dibagi dengan jumlah seluruhnya (Suparmoko, 2000 : 28).
Salah satu kegunaan pendapatan regional adalah dapat digunakan untuk melihat perkembangan atau penurunan suatu daerah dari tahun ke tahun dengan mendukung pembangunan yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kemakmuran.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan domestic regional bruto didaerah yang bersangkutan dibagi jumlah penduduk didaerah tersebut (Sukirno, 2002 : 417).
Dengan rumus sebagai berikut :
Pendapatn perkapita =
uduk jumlahpend
PDRB
Jadi dapat disimpulkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk disuatu daerah yang bersangkutan.
“Menurut Sukirno, (2001 : 417), ada beberapa factor yang menimbulkan adanya perbedaan ditingkat pendapatan yaitu :
1). Pendapatan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan.
2). Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan.
3). Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan.
(46)
Pendapatan perkapita merupakan factor penting dalam meningkatkan permintaan sambungan air bersih. Apabila pendapatan perkapita masyarakat meningkat maka akan mengakibatkan permintaan air bersih meningkat. Perhitungan pendapatan perkapita dalam penelitian ini berdasarkan atas perhitungan menurut harga tetap, perhitungan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk suatu Negara dalam membeli barang-barang.”
Semakin tinggi pendapatan yang diperolehnya, maka akan terdapat dana yang dapat disisihkan sebagai modal untuk menjalankan kegiatan selanjutnya, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan nasional.
Pendapatan nasional saat ini masih tetap dianggap sebagai pilar utama penyangga politik ekonomi, artinya kearah pendapatan nasional itulah hampir semua kebijakan dibidang perekonomian difokuskan. Tak ada satu Negara pun didunia yang tidak memandang penting masalah pendapatan nasional. Untuk mengetahui arus terbentuknya pendapatan nasional, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 5 : Gross National Product
Pendapatan
(47)
Sumber : Rosyidi. Suherman, 2004, Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Penerbit Duta Jasa, Surabaya, Halaman : 103.
Untuk membaca gambar tersebut diatas dapat dimulai dari sebelah manapun juga, sebab semuanya akan memberikan pengertian yang sama.
Produksi menciptakan pembuatan barang dan jasa business tentu
memerlukan jasa-jasa produktif dari semua factor produksi dan dari situ munculnya pendapatan, yakni berupa balas jasa untuk semua factor produksi. Selanjutnya, pendapatan akan menciptakan pengeluaran, sebab semua orang yang berpendapatan itu akan mengeluarkan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa, dan pada akhirnya pengeluaran akan menciptakan produk, sebab pengeluaran itu tentu bertujuan untuk ditukarkan dengan alat-alat pemuas kebutuhan hidup, yaitu barang dan jasa. Oleh karena itulah business harus memenuhi pengeluaran masyarakat dengan jalan produksi barang dan jasa (Rosyidi, 2004 : 103).
Sedangkan definisi dari pendapatan nasional menurut :
a). Mankiw (2003 : 10), prestasi ekonomi suatu bangsa atau Negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah dengan istilah pendapatan nasional.
b). Sukirno (2005 : 28), pendapatan nasional adalah jumlah dari pendapatan factor-faktor produksi yang digunakan dengan produksi barang dan jasa dalam satu tahun tertentu. Dalam suatu
(48)
perhitungan pendapatan nasional, jumlah pendapatan itu disamakan produk nasional netto harga-harga factor.
c). Suparmoko (2000 : 11), pendapatan nasional adalah keseluruhan dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dari suatu Negara dalam periode tertentu.
d). Rosyidi (2004 : 102), pendapatan nasional adalah semua barang dan jasa yang tiap tahun dihasilkan oleh bangsa yang bersangkutan, diukur menurut harga pasar.
Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu perekonomian Negara dalam satu tahun. Ada tiga metode perhitungan pendapatan nasional :
1. Metode Produksi
Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sector produksi dalam suatu Negara dalam waktu satu tahun. Sector produksi dibagi dalam dua sector yaitu pertanian, industri pengolahan, pertambangan dan galian, listrik, air dan gas, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pertahanan, dan jasa-jasa lainnya, jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan sector-sector tersebut selama satu tahun disebut Gross Domestic Product / Gross National Product.
(49)
2. Metode Pendapatan
Menurut metode ini, pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan factor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Faktor-faktor produksi terdiri dari modal, tanah, tenaga kerja, dan ketrampilan atau skill yang digunakan tersebut diberi balas jasa yang masing-masing bernama bunga, sewa, upah, gaji, dan laba. Karena factor-faktor produksi tersebut dimiliki oleh seseorang atau sekelompok dalam masyarakat, maka balas jasa kembali kepada masyarakat sebagai pendapatan masyarakat.
3. Metode Pengeluaran
Perhitungan pendapatan nasional dengan cara ini yaitu dengan menunjukkan seluruh pengeluaran dan lapisan masyarakat. Pendapatan yang diterima oleh semua lapisan masyarakat akan dibelanjakan pada berbagai barang dan jasa atau ditabung (Sukirno, 2002 : 36).
Pendapatan nasional dalam hal ini dapat ditinjau dari :
a). Pendapatan nasional harga berlaku dan harga tetap. Harga berlaku yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara pada tahun tertentu dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku tahun tersebut. Harga tetap yaitu nilai dalam suatu tertentu dan akan digunakan untuk menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun lalu.
(50)
b). Pendapatan nasional harga pasar dan harga factor. Harga pasar yaitu perhitungan nilai barang berdasarkan harga yang dibayar oleh pembeli. Sedangkan harga factor adalah nilai yang disumbangkan oleh factor-faktor produksi (Sukirno,2002 : 35).
2.2.3 Pengertian Rumah Tangga
Menurut Lipsey, dkk (1993 : 47) sebuah rumah tangga didefinisikan sebagai semua orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan yang membuat keputusan keuangan bersama atau yang menyebabkab pihak lain mengambil keputusan keuangan bagi mereka. Anggota rumah tangga sering kali disebut konsumen. Teori ekonomi menempatkan sejumlah atribut bagi rumah tangga ini.
Rumah tangga juga bisa didefinisikan sebagai seseorang atau kelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama menjadi satu (Regrestrasi penduduk akhir tahun, 2001 : x).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian rumah tangga adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan yang membuat keputusan keuangan bersama atau yang menyebabkan pihak lain mengambil keputusan yang konsisten serta berusaha memperoleh kepuasan maksimum atau kesejahteraan rumah tangga.
(51)
2.2.4 Pengertian inflasi
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Adapun pengertian dari itu sendiri adalah suatu keadaan yang mengindentifikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2000: 5).
Menurut Boediono (1996: 161) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menarik secara umum dan terus-menerus.
Pengertian inflasi menurut Gunawan (91991: 3) mencakup tiga aspek yaitu:
1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkatkan,
yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik bidang dengan sebelumnya, tapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
2. Peningkatan tersebut berlangsung terus-menerus, yang
berarti bukan terjadi pada suatu wilayah saja, yakni akibatnya adalah kenaikkan harga bahan bakar minyak pada awal tahun.
3. Mencakup pengertian tingkat harga umum, yang berarti
tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada suatu komoditi atau beberapa komoditi saja.
Jadi inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus-menerus dalam jangka
(52)
waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tujuan pula sebanding dengan kenaikan harga tersebut.
2.2.4.1 Macam – macam inflasi
Inflasi dibedakan menjadi berbagai jenis berdasarkan keadaan yang terjadi saat inflasi tersebut berlangsung, yaitu:
1. Berdasarkan bobot inflasi:
a. Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada posisi satu digit atau dibawah 10% pertahun.
b. Inflasi sedang
Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di antara 10 – 30 % per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengecam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
c. Inflasi berat
Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30 – 100% per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh negara.
(53)
Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun. (Khalwaty, 2000 : 34-35).
2. Berdasarkan sebabnya:
a. Demand Pull Inflation
Demand pull inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan agresif selain dapat menaikkan harga-harga juga dapat meningkatkan produksi. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong output (produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga saja.
b. Cosh Push Inflation
Pada kondisi cosh push inflation tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena adanya perbandingan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena adanya kenaikan harga faktor produksi, sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran total terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama, maka terjadilah inflasi.
3. Berdasarkan Asalnya:
(54)
Defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan semakin mahal.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)
Inflasi yang timbul karena adanya kenaikan harga-harga diluar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita. (Boediono, 1996: 164).
2.2.4.2 Dampak Inflasi
Dampak dari inflasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Equity Efect
Equity Effect adalah inflasi terhadap pendapatan. Dampak inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian terutama mereka yang berpenghasilan tetap dan ada pula kelompok yang mengalami keuntungan dengan adanya inflasi.
2. Efficiency Effect
Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan rumah tangga perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi, perubahan tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagi macam barang yang selanjutnya mendorong perubahan pola alokasi
(55)
faktor-faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien. (Khalwaty, 2000: 53 – 54).
2.2.4.3 Cara Mencegah Inflasi
Cara mencegah inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan, antara lain:
1. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Uang giral sebagai salah satu komponen jumlah uang diatur oleh Bank Sentral melalui cadangan minimum yang dinaikkan agar jumlah uang yang menjadi lebih kecil, sehingga dapat menekan laju inflasi.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output
Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk, sehingga impor barang cenderung meningkat, dengan demikian kenaikan output ini dapat memperkecil laju inflasi.
(56)
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan demikian, gaji atau upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji atau upah juga naik. (Nipirin, 2003: 34 – 35). 2.2.5 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sebagai Satu-satunya
Penyelenggara Jasa Pemenuhan Air Bersih (Monopoli).
Pemerintah memberikan hak monopoli kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk menyelenggarakan jasa yang melayani kebutuhan sambungan air bersih dengan sebaik-baiknya.
Monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Suatu perusahaan monopoli bisa timbul karena beberapa sebab antara lain : a). Penguasaan Bahan Mentah Strategis
Kalau (X) adalah input utama produk (Y), maka penguasaan sumber-sumber (X) akan menimbulkan perusahaan monopoli untuk barang-barang (Y) dengan jalan menolak penjualan (X) perusahaan lain.
b). Hak Patent
Merupakan suatu sumber terjadinya monopoli untuk satu macam barang atau produksi tertentu.
c). Terbatasnya Pasar
Karena pasaran untuk suatu barang adalah terbatas mungkin hanya memberikan “ruang lingkup” untuk satu perusahaan saja. Akibatnya kalau
(57)
ada perusahaan yang berminat masuk kedalam pasar, maka akan mengalami kesulitan menjual barangnya.
d). Pemberian Hak Monopoli oleh pemerintah (Boediono, 2000 : 125).
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pasar monopoli, ada 3 faktor
yaitu :
1). Memiliki sumber daya yang unik (tidak memiliki perusahaan lain)
Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah kepemilikan suatu sumber daya yang sangat unik.
2). Terdapat skala ekonomi.
Didalam abad ini perkembangan teknologi sangat pesat sekali. Di berbagai kegiatan ekonomi tingkat teknologi adalah sedemikian modernnya sehingga produksi yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar sekali dan meliputi seluruh produksi yang diperlukan didalam pasar. Keadaan seperti ini berarti sesuatu perusahaan baru menikmati skala ekonomis yang paling maksimum apabila tingkat produksinya adalah sangat besar jumlahnya.
3). Kekuasaan monopoli yang yang diperoleh melalui peraturan pemerintah dalam undang-undang pemerintah yang mengatur kegiatan perusahaan-perusahaan, terdapat beberapa peraturan yang akan mewujudkan kekuasaan monopoli. Peraturan-peraturan yang seperti ini adalah peraturan paten dan cipta, hak usaha eksklusif yang diberikan kepada perusahaan jasa umum (Sukirno, 2001 : 263).
(58)
Banyak kalangan berpandapat dengan adanya Hak Monopoli tidak merangsang peningkatan kualitas pelayanan yang lebih baik, akan menemui hambatan. “Mereka berpendapat bahwa dengan tidak adanya persaingan menimbulkan keengganan pada monopoli untuk melakukan perubahan, sebab tanpa adanya persaingan monopoli tidak perlu gelisah akan kehilangan pasar”. Pasar monopoli seorang monopolis memang tidak perlu bukan karena tidak mampu bersaing melainkan tidak mempunyai pesaing sama sekali (Rosyidi, 2004 : 362).
Mengingat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) termasuk
dalam “cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasi hajat hidup orang banyak”, maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mempunyai misi peningkatan kesejahteraan rakyat secara maksimal. Namun perlu diingat bahwa dengan pemberian Hak Monopoli oleh pemerintah maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi, sehingga dapat mencapai skala ekonomis yang maksimal atas pemasaran jasa sambungan air bersih dalam jumlah yang sangat besar. Kondisi tersebut membawa keuntungan berupa tingkat pendapatan tinggi dan penghematan biaya sedemikian akhirnya kepentingan masyarakat akan mendapat perhatian yang maksimal. Dan dengan Hak Monopoli Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mempunyai keharusan dalam pengembangan teknologi dan motivasi guna mendorong kemajuan usahanya.
(59)
2.2.6 Landasan Hukum
2.2.6.1 Landasan Hukum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 diberikan perusahaan tentang pola perekonomian yaitu bahwa untuk mencapai kemakmuran masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan diberikan landasan sebagai berkut :
a). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b). Cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Bumi dan Air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan diperlukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran (Anonim, 1999 : 9).
Dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tersebut diatas, sebenarnya masih ada suatu kesempatan yang diberikan kepada dunia usaha yang memperbolehkan hal pemilikan cabang-cabang produksi swasta. Dengan catatan bahwa kegiatan itu tidak menghasilkan barang atau jasa yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Misalnya : cabang-cabang produksi yang menghasilkan barang atau jasa, misalnya : Perusahaan Listrik Negara (PLN), Air Minum, Gas, Pos dan Telekomunikasi, Kereta Api, dan lain-lain.
Dengan demikian pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tersebut merupakan batas ruang dan gerak kegiatan usaha yang dimiliki
(60)
oleh swasta yaitu cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan memenuhi kebutuhan orang banyak dikuasai oleh Negara.
2.3 Kerangka Konseptual
Dilihat dari meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat akan air minum, ini berarti kebutuhan akan air minum itu sendiri merupakan factor utama sebagai sarana untuk melakukan suatu aktivitas untuk mendapatkan kepuasan dan menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Air minum misalnya, air minum banyak digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk hubungan antara variable bebas terhadap variable terikat dapat dijelaskan dalam uraian dibawah ini :
1. Antara konsumsi dan pendapatan terdapat hubungan positif. Artinya apabila pendapatan naik, maka konsumsi akan meningkat pula, sebaliknya apabila pendapatan turun, maka konsumsi pun akan merosot pula. Hubungan yang erat antara konsumsi dengan pendapatan seperti ini disebut diberi nama propensity to consume (hasrat untuk mengkonsumsi) (Rosyidi, 2003 : 148).
Masyarakat khususnya rumah tangga yang meningkat pendapatannya cenderung akan merubah gaya hidupnya dengan cara lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan, salah satunya yaitu pemanfaatan air bersih yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Oleh karena itu, masyarakat akan selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan air bersih maka meningkat pula
(61)
konsumsi air bersih yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, sehingga permintaan sambungan air bersih kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) akan meningkat. Peningkatan permintaan inilah yang dapat berpengaruh positif terhadap perolehan pendapatan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), karena semakin banyak air yang terjual khususnya konsumen rumah tangga.
2. Pada dasarnya aliran pendapatan yang ada dalam
perekonomian menunjukkan interaksi diantara dua sector perusahaan dengan sector-sektor yang menjadi pembeli barang-barang yang diproduksikan sector perusahaan, diantaranya aliran pembelanjaan keatas barang dan jasa yang dihasilkan sector perusahaan oleh rumah tangga, pemerintah dan penduduk luar negeri (Sukirno, 2005 : 28).
Dari sisi konsumen dalam hal ini adalah rumah tangga yang memiliki rumah tinggal tetap meningkat jumlahnya, maka dapat diprediksikan bahwa kebutuhan air bersih pun akan mengalami peningkatan. Hal tersebut akan mempengaruhi penambahan pelanggan air bersih untuk rumah tangga. Dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan air bersih, maka semakin besar pula konsumsi terhadap air bersih. Sehingga berpengaruh terhadap banyaknya permintaan sambungan air PDAM. Banyaknya permintaan tersebut akan dapat menambah keuntungan bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yaitu perolehan peningkatan pendapatan.
(62)
3. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum dalam satu periode dan cenderung berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat akan mengalami kenaikkan terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya.
Gambar 6 : Kerangka Konseptual Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM Di Kota Surabaya.
Sumber : Peneliti Pendapatan Perkapita (Rp)
(X1)
Tingkat Inflasi (%)
(X3)
Jumlah Pelanggan Rumah Tangga
(Unit) (X2)
Daya Beli Masyarakat
Permintaan Air Minum
Daya Beli Masyarakat
Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya
(63)
2.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Diduga Faktor Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Pelanggan Rumah
pelanggan (X2) dan Tingkat Inflasi (X3) berpengaruh terhadap Peningkatan
Konsumsi Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Surabaya”.
(1)
konsumsi akan meningkat pula, sebaliknya apabila pendapatan turun, maka konsumsi pun merosot pula. Hubungan yang erat antara konsumsi dengan pendapatan seperti ini disebut atau diberi nama propensity to consume (hasrat untuk mengkonsumsi).
Dimana kebutuhan masyarakat dan pendapatan berbanding sama dan itu terlihat dari semakin besar pendapatan penduduk kota Surabaya maka semakin banyak kebutuhan yang diinginkan seperti halnya air bersih.
Jumlah Pelanggan Rumah Tangga berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya. Dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan air bersih maka semakin meningkat pula konsumsi air bersih yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga permintaan sambungan air bersih kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) akan meningkat. Permintaan inilah yang dapat berpengaruh positif terhadap perolehan pendapatan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) karena semakin banyak air yang terjual khususnya untuk konsumen rumah tangga.
Untuk variable Tingkat Inflasi secara parsial berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya. Karena apabila terjadi penurunan inflasi maka produksi juga akan meningkat, dan dengan produksi yang meningkat diperlukan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi proses Tingkat Konsumsi Air Minum
(2)
97 beli masyarakat akan menurun sehingga akan mempengaruhi permintaan produksi sehingga barang dan jasa yang dihasilkan sedikit. Hal ini dikarenakan kenaikan tingkat inflasi terjadi dari kenaikkan harga barang-barang yang tidak dapat dikendalikan pemerintah, misalnya adanya kenaikkan harga BBM.
Fungsi Air Minum Bagi Kebutuhan Pokok Penduduk
Surabaya sebagai kota yang padat Penduduknya, yang juga merupakan padat kegiatan ekonomi, social budaya, dan politik sangat penting peran air minum karena menunjang kegiatan industri, perhotelan, pelabuhan serta meningkatkan taraf hidup dari penduduk itu sendiri. Karena itu tersedianya air bersih yang mudah didapat, dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang mudah dijangkau oleh penduduk yang berpendapatan rendah, sangat penting artinya bagi perkembangan kesehatan lingkungan di pemukiman kota.
Penyediaan air bersih, khususnya didaerah perkotaan dan pusat-pusat pemukiman lain, perlu diusahakan guna menjamin kelangsungan hidup masyarakat.
Sehubungan dengan itu Soemitro (1977 : 22) menyatakan masalah penyediaan air merupakan sesuatu yang paling peka berhubungan dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari pengujian didapat Fhitung 190.88467 > Ftabel 3,59 maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti variable bebas yaitu Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Pelanggan Rumah Tangga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) berpengaruh nyata terhadap variable terikat Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya (Y).
2. a). Hasil pengujian secara parsial diperoleh
thitung
4,904>t
tabel 2,201. Sehingga secara parsial Pendapatan Perkapita (X1) berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya (Y). Hal ini erat kaitannya dengan pendapatan masyarakat yang berasal dari perolehan pendapatan perkapita suatu daerah dan jumlah penduduk. Sehingga semakin meningkatnya pendapatan masyarakat yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk menyebabkan tingkat konsumsi / permintaan akan kebutuhan air bersih akan ikut meningkat.b). Hasil pengujian secara parsial
thitung
7,131>t
tabel 2,201. Sehingga secara parsial Jumlah Pelanggan Rumah Tangga (X2) berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota(4)
99 sambungan permintaan pemakaian air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) khususnya bagi pelanggan dari golongan rumah tangga yang merupakan pelanggan terbesar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
c). Hasil pengujian secara parsial
thitung
-1,174 >t
tabel 2,201 . Sehingga secara parsial Tingkat Inflasi (X3) berpengaruh nyata terhadap Tingkat Konsumsi Air Minum PDAM di Kota Surabaya (Y). Hal ini berarti dengan meningkatnya inflasi akan berpengaruh nyata pada tingkat konsumsi yang semakin menurun sehingga barang dan jasa yang dihasilkan akan sedikit. Naiknya inflasi tidak terlepas karena keadaan perekonomian yang kurang stabil.5.2. Saran
Setelah dikemukakan beberapa kesimpulan, maka akan diberiakan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
1. Perlunya perhatian daerah khususnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang berkaitan pemenuhan kebutuhan air minum.
2. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hendaknya melakukan kontroling terhadap meteran secara periodic untuk mencegah atau mengetahui kerusakan meteran dan pencurian air.
3. meningkatkan system pelayanan agar memperlancar kebutuhan fasilitas air minum, dengan demikian akan meningkatkan minat pelanggan terhadap permintaan air minum.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Soni. 1993, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rumah Tangga
Dalam Mengkonsumsi Air PDAM Di Kotamadya Surabaya”, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Arsyad. Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Boediono, 1983, Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta. Dajan. Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik, Jilid II, Penerbit PT Pustaka LP3ES
Indonesia, Jakarta.
Dumairy. M, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta Gujarat. Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hartono, Dadang. Dwi, 2000, “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Rumah Tangga Terhadap Air Minum Di Surabaya”, FE UPN “Veteran” Jatim,
Surabaya.
Kadariah, 1994, Teori Ekonomi Mikro, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta.
Kuncoro. Mudrajat, 1997, Ekonomi Pembangunan, Penerbit Gadjamada, Yogyakarta. Leylana, 1994, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Air Bersih
Untuk Rumah Tangga Di Kelurahan Kali Rungkut Kecamatan Kali Rungkut
Kotamadya Surabaya RW IV Dan RW VIII”, Universitas Surabaya, Surabaya.
Pujowati. Juliani, 1995, “Penetapan Kebijaksanaan Harga Air Minum Sebagai Usaha
Pemerataan Pemenuhan Kebutuhan Pelanggan Di Kota Surabaya”, FE UPN
“Veteran” Jatim, Surabaya.
Rosyidi. Suherman, 2004, Pengantar Teori Ekonomi, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
---, 2005, Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori Mikro Dan Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rahardja. Prathama, 2000, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
(6)
Sudarsono, 1999, Pengantar Ekonomi Mikro, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjamada, Yogyakarta.
Sukirno. Sadono,1994, Pengantar Teori Mikro, Edisi kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
---, 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit PT Grafindo Persada, Jakarta.
Sumitro, 1977, Ekonomi Sumber Daya Alam, Penerbit Galia, Indonesia.
Simanjutak, 1990, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta.
Sumarsono, 2005, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenagakerjaan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sugiarto, 2002, Ekonomi Mikro, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Steiner dan Lipsey, Dkk, 1992, Pengantar Mikro Ekonomi, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tedjakusuma. Ritawati, Dkk, 2001, (Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol.2 No:3), “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam
Pembelian Air Minum Mineral Di Kotamadya Surabaya”, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Wijarnako, 2004, “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum Untuk Rumah Tangga Di Kabupaten Purbalingga”, FE UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.