Semiotika dan Metodologi Charles Sanders Peirce

pencahayaan, grafik, dan kecepatan. Semua komponen iklan tersebut harus lengkap guna memperoleh hasil yang optimal, karena dengan kurangnya salah satu komponen akan membuat iklan tersebut terasa kurang menarik.

2.2 Semiotika dan Metodologi Charles Sanders Peirce

Semiotika berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti ‘tanda’ Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii atau seme, yang berarti ‘penafsir tanda’ Cobley dan Jansz, 1999:4. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika Kurniawan, 2001:49. Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama serta mengandung pengertian yang persis sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di eropa, sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan amerika. Dengan kata lain, istilah semiologi menunjukkan pengaruh kubu Saussure, sedangkan semiotika lebih tertuju kepada kubu peirce van Zoest, 1996:2. Namun belakangan, ada kecenderungan istilah semiotika lebih populer daripada istilah semiologi sehingga penganut Saussure pun sering menggunakannya Tommy Christomy, 2001:7. Istilah Semiotika atau semiotik muncul pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik amerika, Charles Sanders peirce yang merujuk pada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda : tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda- tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia- seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Menurut pandangan Roy J. Howard 2000:154, Peirce sangat berjasa karena telah mengidentifikasi dari logika ilmu ke dalam kepentingan intelektual, yaitu tindakan komunikatif dan telah menunjukkan bagaimana ia menggaris bawahi kepentingan teknis ilmu. Peirce terkenal karena teori tandanya, bagi peirce Pateda, 2001:44 baginya tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, peirce Pateda 2001:44 mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign, Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda. Berdasarkan klasifikasi tersebut, Peirce pateda, 2001:45-47 membagi tanda menjadi sepuluh jenis :

1. Qualisign, yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Misalnya,

suaranya keras menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan. 2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh, to, diagram, peta dan tanda baca.

3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman

langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh : pantai yang sering