Extreme Close-Up, menggambarkan secara details ekspresi Estabilishing shot, biasanya digunakan untuk membuka suatu Sound Effect, untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu Music, untuk mempertahanka kesan dari suatu fase untuk Level Realitas

lagi yaitu Extreme Long Shot LES, mulai dari sedikit ruang dibawah kaki hingga ruang tertentu di atas kepala. Long Shot ini menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton mengenai penampilan tokoh termasuk bahasa tubuh, mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki yang kemudian mengarah pada karakter serta situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada adegan itu.

2. Medium Shot MS, yaitu shot gambar yang jika objeknya

adalah manusia, maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang diatas kepala. Dari medium shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide Medium Shot WMS, gambar medium shot tapi agak melebar kesamping kanan kiri. Pengambilan gambar Medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih dekat dibandingkan long shot.

3. Close-Up CU, yaitu shot gambar yang jika objeknya adalah

manusia, maka diukur dari bahu hingga sedikit ruang di atas kepala. Pengambilan gambar close-up menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang penguatan ekspresi dan dialog penting untuk lebih diperhatikan penonton.

4. Extreme Close-Up, menggambarkan secara details ekspresi

pemain dari suatu peristiwa lebih detail pada ekspresi tubuh, seperti mata, bibir, tangan, dan sebaginya

5. Estabilishing shot, biasanya digunakan untuk membuka suatu

adegan b Teknik kamera : perpindahan kamera antara lain : 1 Zoom, yaitu gerakan kamera yang secara pelan dan cepat, baik sesungguhnya maupun buatan, menuju suatu objek. Juga diterapkan ketika menjauhi objek Efendy, 2002:156. Biasanya digunakan untuk memberi kejutan pada penonton, penekanan dialog dan atau tokoh, setting serta informasi tentang situasi dan kondisi. 2 Dollying trucking, yaitu pergerakan kamera pengambilan gambar dengan menggunakan kendaraan beroda yang mengakomodasikan kamera dan operator kamera Efendy, 2002:135. Kecepatan dollying ini mampu mempengaruhi perasaan penonton 3 Follow Shot, yaitu pengambilan gambar dengan kamera bergerak berputar untuk mengikuti pemeran dalam adegan Efendy, 2002:138. 4 Swish Pan, yaitu gerakan panning ketika kamera digerakkan secara cepat dari satu sisi ke sisi lain, menyebabkan gambar di film menjadi kabur untuk memunculkan kesan gerakan mata secara cepat dari satu sisi ke sisi lain Efendy, 2002:152. c Penggunaan suara. 1. Voicer-over narration, biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian tertentu dari suatu program, menambah informasi yang tidak ada dalam gambar untuk menginterpretasikan kesan pada penonton dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian sequences dari program secara bersamaan.

2. Sound Effect, untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu

kejadian.

3. Music, untuk mempertahanka kesan dari suatu fase untuk

mengiringi suatu adegan, warna emosional pada musik turut mendukung keadaan emosional suatu adegan.

3. Level ideology

Level ini diorganisasikan kedalam kesatuan coherence dan penerimaan social social acceptability seperti individualism, kelas patriarki, pluralism, umur, ras dan sebagainya. sumber : bahan skripsi pemaknaan iklan rokok Amild versi Go ahead, dhivracca cheyene,2009

2.2.2 Respon Psikologi Warna

Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam suatu hal. Warna juga lebih dianggap sebagai satu fenomena psikologi. Berikut adalah uraian tentang arti dan respon psikologinya menurut Max Luscher, seorang psikolog asal Swiss. Hitam, Warna hitam adalah lambang kematian. Kebanyakan bangsa- bangsa di dunia mengenakan pakaian warna hitam pada waktu upacara kematian. Hitam sendiri mempunyai tafsir yang sangat banyak karena warna ini merupakan kombinasi dari semua warna. Yang paling umum dari pemaknaan warna hitam adalah kesan misterius. Dalam film-film fiksi sosok hantu, penyihir, dan mahkluk jadi-jadian sering digambarkan dengan kostum dan atribut yang serba hitam. Respon Psikologi: Power, Seksualitas, Kecanggihan, Kematian, Misteri, Ketakutan, Kesedihan, Keanggunan. Jingga, Warna jingga cocok untuk meningkatkan komunikasi karena membawa keceriaan, kegembiraan kreativitas, ambisi dan rasa humor. Selain itu warna jingga juga memberikan rasa hangat dan menciptakan atmosfir yang akrab pada ruangan. Karena sifatnya tadi, warna jingga akan cocok jika digunakan diruang keluarga atau gang dalam rumah untuk memberikan rasa hangat dan akrab. Dapur dan ruang makan kita juga cocok jika diberi warna jingga karena bisa membangkitkan selera. Warna jingga di ruang kerja bisa meningkatkan kreativitas dan semangat kerja. Konsentrasi juga bisa ditingkatkan dengan warna jingga menjadi warna utama di ruang belajar. Warna jingga juga bermanfaat bagi ibu menyusui karena meningkatkan produksi air susu. Namun patut diperhatikan pemakaian warna jingga yang berlebihan justru bisa menyebabkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, rasa resah dan gelisah. Respon Psikologi: Energy, Keseimbangan, Kehangatan. Cokelat, Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Coklat juga memberikan rasa hangat dan nyaman. Karena sifatnya yang membumi, warna coklat sangat cocok digunakan di ruang keluarga. Namun agar tidak berkesan gelap, kita mesti mengkombinasikan warna coklat dengan perabotan yang berwarna terang. Daerah pintu masuk, juga sangat tepat jika diberi warna coklat karena memberi kesan menyambut. Warna coklat juga menimbulkan kesan kepercayaan dan komitmen. Ruang kerja juga cocok dengan warna coklat. Suasana hati bisa menjadi lebih tenang karena warna coklat memberikan efek aman dan kuat. Respon Psikologi: TanahBumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan. Ungu, Warna ungu mempunyai efek tenang dan menyejukkan. Seringkali dikaitkan dengan kesan yang berhubungan tentang wawasan yang luas, martabat, kehormatan, intuisi, dan sejahtera bahkan kesan anggun. Pengaruh warna ini dapat menginspirasikan pikiran dan membuat hati lebih tenang. Karena sifatnya yang tenang dan menyejukkan, ruang kerja dan ruang tidur sangat cocok jika diberi warna ungu. Sebaliknya warna ungu tidak tepat untuk ruang tempat beraktivitas. Yang unik, warna ungu sangat cocok untuk Anda yang sedang menjalani program diet karena mampu mengurangi rasa lapar. Warna ungu juga cocok untuk mengontrol rasa marah dan bisa meringankan suasana hati. Respon Psikologi: Spiritual, Misteri, Kebangsawanan, Transformasi, Kekasaran, Keangkuhan. Biru, Warna biru sering diasosiasikan sebagai warna yang melambangkan kejujuran, kesetiaan, harapan dan harmoni. Cinta, spiritualisme, perlindungan dan kecantikan juga diwakili oleh warna ini. Kesan yang bisa didapat dari penggunaan warna biru dirumah adalah ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Sehingga efeknya dapat memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah, menghapus stress, dan membuat kita dapat bernafas lebih dalam. Selain itu, warna ini juga memperluas imajinasi dan memperlancar komunikasi antar penghuni rumah. Karena sifatnya yang nyaman dan bisa melancarkan komunikasi, warna biru sesuai untuk diterapkan di ruang keluarga dan kamar tidur. Selain tidur akan terasa lebih nyenyak, perbincangan dengan pasanganpun akan terasa lebih lancar dan tenang. Namun bila penggunaan warna biru berlebihan kita malah bisa kesulitan bangun dipagi hari. Selain itu, terlalu banyak warna biru bisa menimbulkan rasa malas dan terisolasi. Meski demikian penggunaan warna biru yang tepat bisa menghapus stress dan menenangkan suasana hati, biru bisa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Respon Psikologi: Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tehknologi, Kebersihan, Keteraturan. Hijau, Warna hijau sering kali diartikan dengan kehidupan, kesuburan, alamiah dan perlindungan. Warna hijau diasosiasikan dengan obyek-obyek natural seperti tumbuhan. Hijau sendiri mampu memberikan efek sejuk pada mata seperti halnya warna biru dan putih. Hijau identik dengan warna modern dipopulerkan oleh film ”Matrix”, sangat mampu dalam menguatkan kesan futuristik dan kecanggihan teknologi. Respon Psikologi: Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan. Kuning, Yang paling dominan dari warna kuning adalah sifatnya yang ”mencolok”, oleh karena itu kuning sangat identik dengan makna-makna kemuliaan, kemasyuran, kepercayaan diri. Kuning diasosiasikan matahari sehingga sering juga diartikan sebagai keindahan, kehangatan, dan ilmu pengetahuan Respon Psikologi: Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidakjujuran, Pengecut untuk budaya Barat, pengkhianatan.

2.3 Kerangka Berpikir

Iklan televisi sebagai pencipta dunia imaji telah menjadi media ampuh bagi perusahaan dalam mempromosikan produk. Agar tampak di mata pemirsa televisi, maka sudah menjadi rahasia umum jika dibutuhkan talent atau endorser berikut segala macam bentuk atau imaji yang diciptakan sebagai penyampai pesan. Tanpa kehadirannya, mustahil sebuah iklan televisi akan memperoleh perhatian pemirsa. Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman field of experience dan pengetahuan frame of reference yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisa pemaknaan dalam iklan telekomunikasi provider AXIS versi ‘Budi handuk dalam Persidangan ngaku- ngaku murah’ yang ditayangkan di televisi. Dengan konsep iklan yang berbeda, unik dan ‘berani’ diantara iklan provider yang lain. Tokoh dalam Iklan AXIS ini adalah Budi Handuk artis yang bertindak sebagai hakim sedang memimpin sebuah persidangan yang dihadiri oleh tiga “terdakwa”. Terdakwa pertama sebagai sosok rapper dengan baju warna dominan kuning, terdakwa kedua adalah wanita dengan baju dominan berwarna biru dan terdakwa ketiga adalah laki-laki dengan baju ungu yang melambangkan dan menjelaskan bahwa AXIS merupakan GSM yang baik dan memberikan berbagai keuntungan dan kelebihan bagi penggunanya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemahaman terhadap tanda dan Icon yang dalam hal ini adalah iklan AXIS versi ‘Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah’. Tanda-tanda yang terdapat dalam setiap bentuk penggambaran iklan secara keseluruhan tersebut dikaji berdasarkan teori yang sesuai dengan peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan iklan AXIS tersebut. Adapun hasil yang akan dibahas dari kerangka diatas yaitu analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiologi Charles Sanders Peirce dan teori-teori yang digunakan peneliti guna mendukung penelitian ini, serta analisis pengambilan gambar yang terbagi dalam level realitas dan level representasi milik John Fiske dengan harapan dapat diperoleh suatu hasil interpretasi mendalam dan menyeluruh mengenai pemaknaan pada iklan AXIS versi ‘Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah’ di televisi. Iklan AXIS Analisis semiotika hasil pemaknaan Versi Roland S.Peirce : iklan AXIS “Budi handuk Pemaknaan Tanda : Versi Dalam persidangan ikon.indek dan simbol “Budi handuk Ngaku-ngaku murah” Dalam persidangan Ngaku-ngaku murah” Gambar 2.3 : Bagan kerangka berpikir peneliti tentang pemaknaan iklan Axis versi “budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” di televisi 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Dalam konteks ilmu sosial, kegiatan diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam terhadap munculnya fenomena tertentu Bungin, 2007 :66-67. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika, Analisis kualitatif berangkat dari pendekatan fenomenologisme yang sebenarnya lebih banyak alergi terhadap pendekatan positivisme yang dianggap terlalu kaku, hitam-putih, atau terlalu taat asas. Alasannya bahwa analisis fenomenologisme lebih tepat digunakan untuk mengurangi persoalan subjek manusia yang umumnya tidak taat asas, berubah-ubah dan sebagainya. Analisis kualitatif pada umumnya tidak digunakan untuk mencari data yang tampak di permukaan itu. Dengan demikian analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan fakta tersebut Bungin, 2007 :66-67. Dalam hal ini iklan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” dan untuk menginterpretasikan penggambaran atau pencitraan seorang hakim dan tiga terdakwa dalam iklan jaringan telepon seluler AXIS pada media elektronik televisi tersebut, maka digunakan pendekatan analisis semiotika untuk mengetahui dan mempelajari tentang tanda sign, fungsi tanda, dan produksi makna dalam iklan tersebut. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif ini berasal dari beberapa faktor pertimbangan, yaitu : - Pertama, metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitiannya ini kenyataannya ganda. - Kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti. - Ketiga, metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Moleong, 2002:5. Selain itu pada dasarnya pendekatan semiotik bersifat kualitatif- interpretatif, yaitu : suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut Christomy dan yuwono dalam budiman, 1997:46. Karena itulah, peneliti menggunakan pendekatan semiologi untuk menganalisa atau menafsirkan makna yang terdapat dalam iklan tersebut christomy dan yuwono 2004 :99

3.2 Kerangka Konseptual

3.2.1 Pemaknaan Iklan AXIS di Televisi

Perkembangan telekomunikasi di Indonesia akhir-akhir ini juga mempengaruhi perkembangan iklan-iklan telekomunikasi di televisi saat ini, peran iklan dalam bisnis modern saat ini menjadi barometer bonafiditas sebuah perusahaan. Belakangan ini pula, Banyak iklan dari provider telepon seluler yang hadir dengan konsep unik, berbeda dan ‘berani’. Pemaknaan terhadap unsur pesan di balik sebuah iklan perlu dilakuan guna mendapatkan pemahaman serta pengertian dari iklan yang disampaikan atau ditayangkan. Contoh iklan yang paling menonjol dapat dilihat pada iklan AXIS versi “persidangan ngaku-ngaku murah” di televisi. Digambarkan dalam iklan ini, Budi Handuk artis yang bertindak sebagai hakim sedang memimpin sebuah persidangan yang dihadiri oleh tiga “terdakwa”. Terdakwa pertama sebagai sosok rapper dengan baju warna dominan kuning, terdakwa kedua adalah wanita dengan baju dominan berwarna biru dan terdakwa ketiga adalah laki-laki dengan baju ungu yang melambangkan dan menjelaskan bahwa AXIS merupakan GSM yang baik dan memberikan berbagai keuntungan dan kelebihan bagi penggunanya. Untuk menginterpretasikan pencitraan pada suatu persidangan dan sosok hakim pemimpin jalannya persidangan dan pengambil keputusan dalam iklan AXIS ini, maka terlebih dahulu harus diketahui sistem tanda dan gambar yang terdapat pada iklan yang akan dijadikan korpus atau sample penelitian ini.

3.2.2 Corpus

Corpus merupakan kumpulan bahan yang terbatas dan dilakukan pada perkembangannya oleh analisa dengan kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsure-unsurnya akan memelihara sebuah system kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf subtansi maupun homogen pada taraf waktu sinkroni kurniawan, 2001 : 70. Tetapi sebagai analisis, corpus bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam yang memungkinkan untuk memahami khalayak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsure tertentu yang terpisah dan berdiri dari teks yang bersangkutan Arkoun dalam ide, 2003 : 40. Corpus adalah kata lain dari sample, bertujuan tetapi khusus untuk analisis semiologi dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Corpus dari penelitian ini adalah iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah”. Corpus-corpus dalam penelitian adalah potongan gambar dalam iklan atau “Scene” yang dipilih oleh peneliti untuk memaknai iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah”. Pada setiap scene yang terdapat dalam iklan tersebut terdapat level-level yang bisa dianalisis sebagai berikut : Scene 1 Nampak seorang reporter wanita Yang melaporkan berita di suatu persidangan. Scene 2 Seorang jaksa dalam sebuah persidangan yang membacakan berita acara Persidangan yang akan digelar yaitu“kasus Scene 3 Terlihat ekspresi wajah kaget dari Budi handuk artis yang bertindak sebagai hakim dalam persidangan ini. Scene 4 Terdakwa pertama dalam persidang- an ini, yang bergaya rapper dengan baju dominasi warna kuning. Scene 5 Gambar ini merupakan terdakwa kedua, seorang wanita berambut panjang dengan dominasi baju warna biru. Scene 6 Pada potongan gambar ini nampak ekspresi wajah budi handuk yang seolah tidak percaya atas apa yang dikatakan oleeh terdakwa wanita sebelumnya. Scene 7 Desta artis yang dalam iklan ini sebagai terdakwa ketiga mengenakan pakaian dominasi warna ungu dan putih. persidangan ngaku-ngaku murah”. Scene 8 Ekspresi wajah gembira Budi Handuk selaku hakim yang menunjukkan rasa setuju atas hal yang disampaikan terdakwa ketiga. Scene 9 Gambar ini menunjukkan tangan dari hakim tengah mengetok palu persidangan. Scene 10 Nampak terdakwa ketiga Desta, Reporter berita Donita tengah berada diantara sisi kanan-kiri hakim persidangan. Scene 11 Gambar ini merupakan logo AXIS yang juga menandakan bahwa iklan ini adalah milik dibuat oleh AXIS. Scene 12 Scene terakhir dari iklan ini bertuliskan moto dari AXIS.

3.2.3 Unit Analisis

Untuk menjawab pemaknaan perang tarif pada perkembangan telekomunikasi yang ada dan digambarkan dalam iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” di televisi dalam penelitian ini adalah memahami dan mencari keseluruhan bentuk tanda-tanda dalam iklan tersebut. Kemudian di interpretasikan dengan menggunakan teori semiotika dengan acuan kategori tanda yang merujuk pada teori Charles Sanders Pierce Noth, 1995:45, tanda-tanda dalam gambar dapat digolongkan ke dalam ikon, indeks, dan simbol. - Ikon Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat memiliki kemiripan Sobur, 2001:41. Dengan kata lain, suatu tanda memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Apabila dalam iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” ditunjukkan dengan : 1. Digambarkannya terdakwa pertama dengan bentuk atau sosok seorang rapper dengan menggunakan baju warna kuning terang. Kita tahu, bahwa warna kuning dan rapper merupakan ikon sebagai identitas dari provider lain yaitu, Indosat. Scene 4 2. Digambarkannya terdakwa kedua dengan seorang wanita cantik berambut panjang yang mengenakan baju dominan berwarna biru. Dapat kita pahami bersama bahwa penggambaran wanita tersebut merupakan sosok artis Luna Maya, yang menjadi ikon dari provider XL yang juga memilih warna biru sebagai identitas providernya. Scene 5 - Indeks Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat Sobur,2004:42, atau disebut juga tanda sebagai bukti. Pada iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” ini ditunjukkan dengan: 1. Bonus mutlak Rp. 1000 setiap hari. Scene 7 dan Scene 10 2. Dijamin murah telak. Scene 9 3. Makin hemat makin untung bersama AXIS. Scene 6 4. AXIS GSM YANG BAIK. Scene 11 dan Scene 12 - Simbol Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan petandanya, bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi perjanjian masyarakat Sobur, 2004:42. Pada iklan AXIS versi “Budi handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” ini ditunjukkan dengan : 1. Masyarakat percaya, bahwa perkataan serta keputusan yang terlontar dari sosok hakim merupakan bentuk sebuah keadilan dan kebenaran. Dalam hal ini, putusan hakim “Bonus Mutlak Rp 1000 Setiap Hari dari AXIS”. Scene 9 dan Scene 10 2. Logo brand AXIS. Scene 11 3. Background iklan didominasi warna putih dan ungu. Scene 11 dan Scene 12

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi dan mengamati potongan adegan per adegan atau scene pada iklan AXIS versi “Budi Handuk dalam persidangan ngaku-ngaku murah” di televisi secara langsung. Setelah visual gambar diperoleh, peneliti akan mencapture berdasarkan shot atau perpindahan pengambilan gambar pada iklan tersebut. Potongan gambar yang ada kemudian dipilih berdasarkan korelasinya. Gambar terpilih ini disebut data primer. Peneliti juga akan melakukan studi keperpustakaan untuk melengkapi data-data dan bahan yang dapat dijadikan referensi. Selanjutnya simbol-simbol yang terdapat pada potongan visualisasi iklan dan data-data yang diperoleh, akan dianalisa berdasarkan studi semiotika Charles Sanders Pierce dan John Fiske.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi jawaban terhadap objek yang diteliti. Analisis data dilakukan dalam penelitian berdasarkan model semiotic dari Charles S.Pierce, yaitu sistem tanda signs dengan acuan yang dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu Icon, Indeks,dan Symbol dalam iklan ini yang kemudian dijadikan Corpus sampel dalam penelitian ini. Sesuai dengan studi yang diambil dalam penelitian ini, maka untuk mengetahui hubungan antara tanda, penggunaan tanda serta berbagai unsur baik Shot jenis pengambilan gambar maupun setting ruang yang ada dalam iklan ini maka peneliti menggunakan teori milik John fiske yang digunakan sebagai indicator pengamatan dalam penelitian iklan televisi ini. Dengan acuan dua studi semiotik tersebut, maka peneliti akan menginterpretaikan semua unsur atau elemen yang ada dalam iklan tersebut dengan mengklasifikasikan atau mengidentifikasi tanda-tanda dalam setiap potongan-potongan gambar visual iklan AXIS versi “Budi Handuk Dalam Persidangan ngaku-ngaku murah” di media televisi. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui dan kemudian menyimpulkan berbagai makna dan arti dalam iklan tersebut. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Gambaran Perusahaan Obyek Penelitian

AXIS merupakan salah satu jaringan operator seluler yang hadir sebagai sebuah brand GSM Global System for Mobile Communication dan 3G Third Generation terbaru di Indonesia. PT Natrindo Telepon Seluler selaku pemegang brand AXIS merupakan operator penyedia layanan seluler GSM dan 3G di Indonesia yang menawarkan layanan komunikasi yang inovatif dan ekonomis. AXIS mulai beroperasi di Jawa dan Sumatera, dan saat ini sedang gencar mengembangkan jaringan 2G dan 3G–nya ke beberapa wilayah lain di Indonesia. AXIS didukung oleh dua operator terkemuka di Asia: Saudi Telecom Company STC, penyedia layanan telekomunikasi nasional terdepan di Kerajaan Arab Saudi. Didirikan pada tahun 1998, Saudi Telecom Company STC menyediakan layanan komunikasi lengkap seperti telepon tetap dan bergerak, internet, dan layanan data. Perusahaan ini memiliki beberapa perusahaan yang tersebar di Kuwait, Bahrain, India, Indonesia, Malaysia, Turkey, and South Africa; serta Maxis Communications Berhad Maxis, penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Malaysia yang memiliki investasi di industri telekomunikasi di India dan Indonesia. Maxis menyediakan layanan telepon seluler dan tetap, serta layanan gateway internasional. Kedua investor utama AXIS tersebut bertekad memberikan kontribusi penuh bagi pengembangan industri telekomunikasi di Indonesia. Tujuan utama AXIS adalah untuk menciptakan nilai lebih bagi para pemilik saham, pelanggan dan mitra pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kerja Keras AXIS untuk dapat menjadi kekuatan pendorong bagi penciptaan, menyederhanaan dan perkenalan komunikasi bergerak dan solusi- solusi kandungan seluler ke pasar. Dalam menjalankan sebuah bisnis, AXIS percaya bahwa bukan hanya Apa yang Kami Kerjakan penting, namun juga Bagaimana Kami mengerjakannya . Komitmen perusahaan untuk menjalankan seluruh aktifitas dengan penuh tanggung jawab dan tidak lupa untuk selalu memiliki semangat tinggi. Dimanapun AXIS berada, obligasi perusahaan untuk menjalankan bisnis dengan penuh integritas dan bertindak dalam Peraturan dan nilai-nilai korporasi. Brand AXIS, mengartikulasikan ambisi perusahaan, sedangkan Logo adalah simbol dari pergerakan dan perubahan. Evolusi tanpa henti AXIS guna lebih mendukung pelanggan untuk mendapatkan keuntungan penuh dari layanan komunikasi bergerak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. AXIS ingin agar para pelanggan dengan mudah mendapatkan apa yang konsumen inginkan, kapanpun mereka menginginkannya. AXIS akan menepati janji dan menghantarkan apa yang telah disebutkan. AXIS akan terus menerus memberikan inovasi dalam menyampaikan ide-ide segar. Keinginan AXIS adalah menjadi organisasi yang menarik dan dinamis. Perusahaan yang menyediakan lingkungan kerja yang unik, yang memungkinkan profesional muda di dalamnya untuk mengembangkan diri dalam lingkungan yang mengutamakan gairah, inspirasi, akuntabilitas, kecepatan dalam bekerja, dan motivasi. Saat ini, AXIS memiliki lebih dari 500 karyawan professional, baik karyawan lokal maupun internasional, yang tersebar di seluruh nusantara. AXIS bertekad untuk mengembangkan keahlian karyawan lokal dan mendukung adanya alih teknologi dan keterampilan dari para profesional asing kepada tim lokal kami. AXIS beranggapan, Sukses perusahaan tergantung pada kinerja pribadi setiap karyawannya. “Perusahaan harus dapat beradaptasi dan mengimplementasikan nilai standar tertinggi akan perilaku pribadi seperti yang telah tertanam dalam nilai-nilai perusahaan - istimewa, sederhana, mengedepankan manusia lebih dulu dan dapat dipertanggung jawabkan - yang Kami upayakan dalam kegiatan sehari-hari. Pada intinya Kode Perilaku Perusahaan mengatur bagaimana Kami dapat menjiwai perilaku dan nilai-nilai tersebut dalam lingkukan pekerjaan, Khususnya dalam bagaimana kita menggambarkan perusahaan dan berhubungan dengan rekan sesama”.

4.1.2 Penyajian Data

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan analisis terhadap tayangan iklan di media televisi milik jaringan operator seluler AXIS pada iklan versi “Budi Handuk dalam persidangan ngaku-ngak murah”. Langkah awal yang dilakukan adalah mengambil dan memotong-motong setiap perpindahan adegan Scene dalam iklan milik provider AXIS tersebut. Setelah hal tersebut dilakukan maka selanjutnya potongan gambar iklan tersebut akan diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotika dari Charles Sanders Peirce dan John Fiske. Berdasar teori semiotika milik Charles Sanders Peirce, untuk melihat pengungkapan peristiwa serta mengetahui makna yang terkandung dan pesan yang disampaikan dalam iklan ini dapat dianalisis menjadi tiga komponen dalam sistem tanda, yaitu ikon, indeks dan simbol. Sedangkan menurut John Fiske, Diasumsikan pembuatan iklan televisi sama dengan pembuatan pada sebuah film cerita. Menurut John Fiske, analisis pada iklan ini dapat dibagi kedalam :

1. Level Realitas

Pada level ini realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make-up yang digunakan oleh pemain, lingkungan perilaku, ucapan, gerak tubuh gesture, ekspresi, suara dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode- kode teknis.

2. Level Representasi