Makna Tuak Bagi Masyarakat Bali Kebiasaan Konsumsi Tuak

dicampurkan sabut kelapa yang mengandung tanin yang dapat larut dalam tuak sehingga menimbulkan rasa yang sedikit sepat. Selain kandungan tanin yang membedakan tuak wayah dan tuak manis, pada dasarnya kandungan tuak secara umum sama yaitu alkohol 5 per 100 cc, gula 10,93 gram per 100 cc, protein 0,35 gram per 100 cc, gula reduksi 0,96 gram per 100 cc, nitrogen 0,056 per 100 cc, mineral 0,54 per 100 cc, fosfor 0,14 per 100 cc, besi 0,4 per 100 cc dan vitamin C 13,25 per 100 cc Sholikhah, 2010. Proses pembuatan tuak dilakukan dengan cara tradisional sehingga sulit untuk mengetahui dan mengkontrol kadar alkohol yang ada dalam minuman tersebut, tetapi secara umum tuak hasil fermentasi nira aren yang diperdangangkan dan dikonsumsi masyarakat rata-rata mengandung alkohol empat sampai enam persen Sholikah, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan No. 151ASKV81 menyatakan bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras mengandung alkohol diatas satu persen, dengan demikian tuak merupakan minuman beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan minuman keras lainnya. Konsentrasi alkohol yang terkandung dalam tuak cukup tinggi, karena itu masyarakat yang mengkonsumsi secara terus menerus dapat mengalami gangguan kesehatan.

2.2.7 Makna Tuak Bagi Masyarakat Bali

Tuak adalah minuman yang cukup memiliki arti penting untuk masyarakat di kawasan Karangasem. Minuman tuak dikonsumsi pada waktu santai, pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah, dan juga sebagai obat. Masyarakat yang baru pulang bekerja biasanya akan berkumpul dengan teman- temannya di salah satu rumah secara bergiliran untuk bersantai dan berbincang- bincang sambil minum tuak. Dalam sebuah pesta-pesta adat dan keagamaan hampir selalu disediakan tuak, menurut mereka seandainya mereka minum tuak semakin lancar dalam berbicara dan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Bali khususnya daerah Karangasem karena dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terimakasih, dan minuman persahabatan.

2.2.8 Kebiasaan Konsumsi Tuak

Sampai saat ini belum ada ketentuan atau standar yang menegaskan tentang tingkat keamanan peminum alkohol, namun menurut Woteki dan Thomas dalam Aritonang 2013 mengelompokkan peminm alkohol secara sederhana dalam tiga kelompok: 1. Pertama peminum ringan linght drinker, adalah mereka yang mengkonsumsi antara 0,28 sampai dengan 5,9 gram atau setara dengan minum satu botol bir 2. Kedua peminum menengah moderate drinker, kelompok ini mengkonsumsi antara 6,2 sampai dengan 27,7 gram alkohol atau setara dengan satu sampai dengan empat botol bir 3. Ketiga peminum berat heavy drinker, kelompok ini mengkonsumsi lebih dari 28 gram alkohol atau lebih dari empat botol bir perhari. Berdasarkan observasi pada penduduk di Desa Tegallinggah, laki-laki yang mengkonsumsi tuak bisa menghabiskan satu sampai empat botol bir dalam sekali minum. Acara minum tuak ini dilakukan di rumah warga secara bergiliran minimal lima hari sekali disertai dengan acara bermain kartu, bermain catur, dan bermain musik. Riskesdas 2007 menggolongkan penduduk yang mengkonsumsi alkohol minimal tiga kali dalam sebulan termasuk kedalam frekuensi tinggi dan mengkonsumsi alkohol kurang dari tiga kali sebulan termasuk kedalam frekuensi rendah. Penduduk yang mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir dan masih tetap mengkonsumsi dalam satu bulan terakhir digolongkan dalam durasi konsumsi alkohol yang lama, sedangkan yang mengkonsumsi alkohol kurang dari 12 bulan terakhir dan masih tetap mengkonsumsi dalam satu bulan terakhir digolongkan dalam durasi konsumsi alkohol yang baru.

2.2.9 Kaitan Kebiasaan Konsumsi Tuak dengan Status Gizi