Menikmati tuak bersama disamping untuk menambah keakraban juga diyakini sebagai tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Bali.
2.2.6 Komposisi Tuak
Tuak merupakan minuman tradisional yang dijumpai pada beberapa daerah di Bali dengan Kabupaten Karangasem adalah sebagai penghasil utama . Bahan
baku utama yang biasa dipakai membuat tuak adalah cairan yang diambil dari tanaman seperti nira dari pohon kelapa, aren, dan pohon siwalan atau lontar. Tuak
adalah minuman khas yang disadap dari pohon aren kemudian disimpan selama enam sampai tujuh jam sehingga mengalami proses fermentasi dan berubah
menjadi minuman yang memiliki kadar alkohol empat sampai enam persen Sholikah, 2010. Tuak yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Tegallinggah
adalah tuak yang terbuat dari batang aren Arenga Pinnata yang di Indonesia hasil sadapannya disebut dengan nira dengan kadar alkohol yang berbeda-beda
tergantung daerah pembuatnya. Tuak sebagai minuman tradisional telah menjadi turun-temurun, dimana konsumsi tuak dalam sehari bisa mencapai satu sampai
dua liter. Kebiasaan konsumsi tuak sangat sulit dihilangkan dari kebiasaan masyarakat, sampai sekarang tuak masih menjadi kegemaran pada daerah Bali
yang dipakai sebagai minuman untuk penghangat tubuh pada waktu pesta-pesta di malam hari. Selain di Bali, daerah lain sebagai penghasil dan pengkonsumsi tuak
yang cukup tenar adalah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Utara Sitompul, 2012.
Komposisi tuak wayah berbeda dengan tuak manis karena berbeda dalam proses pembuatannya. Dalam membuat tuak wayah, ke dalam penampangnya
dicampurkan sabut kelapa yang mengandung tanin yang dapat larut dalam tuak sehingga menimbulkan rasa yang sedikit sepat. Selain kandungan tanin yang
membedakan tuak wayah dan tuak manis, pada dasarnya kandungan tuak secara umum sama yaitu alkohol 5 per 100 cc, gula 10,93 gram per 100 cc, protein
0,35 gram per 100 cc, gula reduksi 0,96 gram per 100 cc, nitrogen 0,056 per 100 cc, mineral 0,54 per 100 cc, fosfor 0,14 per 100 cc, besi 0,4 per 100 cc dan
vitamin C 13,25 per 100 cc Sholikhah, 2010. Proses pembuatan tuak dilakukan dengan cara tradisional sehingga sulit
untuk mengetahui dan mengkontrol kadar alkohol yang ada dalam minuman tersebut, tetapi secara umum tuak hasil fermentasi nira aren yang
diperdangangkan dan dikonsumsi masyarakat rata-rata mengandung alkohol empat sampai enam persen Sholikah, 2010. Keputusan Menteri Kesehatan No.
151ASKV81 menyatakan bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras mengandung alkohol diatas satu persen, dengan demikian
tuak merupakan minuman beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan minuman keras lainnya. Konsentrasi alkohol yang terkandung dalam tuak cukup tinggi,
karena itu masyarakat yang mengkonsumsi secara terus menerus dapat mengalami gangguan kesehatan.
2.2.7 Makna Tuak Bagi Masyarakat Bali