besar dibandingkan dengan berat badan rata-rata baik pada pria maupun wanita, kenaikan mortalitas di antara penderita obesitas adalah akibat dari penyakit-
penyakit yang mengancam seperti DM tipe dua Indriati, 2010. Menurut WHO, dari statistik kematian di dunia 57 juta jiwa kematian terjadi setiap tahunnya yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular dan diperkirakan bahwa sekitar 3,2 juta jiwa per tahun penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, proporsi kematian akibat penyakit diabetes mellitus sebesar 5,7. Proporsi penyebab kematian pada umur 45-54
tahun pada perempuan yang tertinggi adalah diabetes mellitus sebesar 16,3, sedangkan pada laki-laki sebesar 6 setelah stroke, penyakit jantung iskemik, dan
hipertensi. Saat ini morbiditas dan mortalitas penyakit ini menjadi masalah utama di kesehatan masyarakat. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang
mahal, biaya pertahun yang dikeluarkan sehubungan dengan penyakit ini di Amerika Serikat sebesar 174 miliar. Pengeluaran langsung untuk diabetes,
komplikasi, dan biaya perawatan medis sebesar 116 miliar. Pengeluaran tidak langsung dari kesakitan, disability, dan premature mortality sebesar 58 miliar
Mexitalia, 2009. Sekarang ini sedang terjadi peningkatan obesitas di setiap negara, pada setiap jenis kelamin, pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat
pendidikan Iswara, 2015.
2.1.5 Etiologi Obesitas
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi sehingga menimbulkan kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh konsumsi
makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi yang rendah diakibatkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktifitas fisik, dan termogenesis makanan.
Permasalahan hemostasis disebabkan oleh faktor idiopatik yang dikenal sebagai obesitas primer atau nutrisional merupakan tipe obesitas yang paling banyak
terjadi. Pada obesitas sekunder atau non-nutrisional yang disebabkan oleh faktor endogen seperti sindrom atau defek genetik sangat sedikit kejadiannya mencapai
kurang dari 10 kasus Mexitalia, 2009.
2.1.6 Faktor Risiko Obesitas
Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya obesitas secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu faktor genetik, faktor orang host,
dan faktor lingkungan. Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi dalam tubuh. Penyebab ketidakseimbangan yang terjadi
antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk mencegah obesitas.
Faktor genetik merupakan faktor utama terjadinya obesitas, obesitas diduga cenderung diturunkan karena mempunyai penyebab genetik. Faktor genetik yang
memiliki peranan kuat yaitu parental fatness, anak yang mengalami obesitas biasanya berasal dari keluarga obesitas. Apabila salah satu orang tua obesitas,
risiko kejadiannya menjadi 40 dan apabila kedua orang tua tidak mengalami obesitas maka prevalensi turun menjadi 14. Peningkatan risiko obesitas tersebut
kemungkinan disebabkan karena pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga. Faktor orang host yang memiliki peranan dalam terjadinya obesitas
yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Faktor
lingkungan yang berperan terhadap terjadinya obesitas ada lima faktor yaitu nutrisional asupan kalori seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
serta alkohol, prilakupola gaya hidup aktifitas fisik, penyakit penyerta neurologis dan psikologis, medikamentosa steroid dan sosial ekonomi. Faktor
genetik dan faktor gaya hidup sangat sukar untuk dipisahkan. Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya tetapi dapat mengubah pola makan dan
aktifitasnya. Makanan dengan kandungan lemak tinggi merupakan salah satu faktor penyebab obesitas. Sekarang ini banyak tersedia makanan cepat saji atau
fast food , makanan seperti ini mengandung lemak dan gula yang tinggi yang
menyebabkan obesitas. Orang sibuk sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang praktis dihidangkan meskipun kandungan gizinya buruk. Makanan cepat saji
tidak memiliki kandungan gizi yang baik sehingga makanan cepat saji disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah.
Faktor psikologis juga berperanan penting dalam terjadinya obesitas. Beberapa sumber mengatakan bahwa pola makan sangat dipengaruhi oleh emosi
seseorang. Persepsi diri yang negatif merupakan salah satu dari contoh bentuk gangguan emosi yang dapat meningkatkan pola makan individu. Gangguan ini
sebagai penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat terutama pada negara berkembang. Aktifitas fisik dapat meningkatkan
penggunaan kalori yang berlebihan didalam tubuh namun pada orang yang tidak aktif memerlukan kalori yang lebih sedikit. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan kurang melakukan aktifitas fisik yang seimbang dapat mengalami obesitas.
Faktor lingkungan memegang peranan yang cukup berarti dalam proses terjadinya obesitas. Lingkungan sangat mempengaruhi bagaimana gaya hidup dan
pola makan seseorang termasuk salah satunya konsumsi alkohol serta minuman dengan kadar gula dan kalori yang tinggi Aflah Indriasari, 2014. Sebuah
penelitian mengemukakan faktor risiko obesitas sentral yang sama seperti konsumsi makanan, alkohol, riwayat merokok, aktifitas fisik, kemajuan teknologi,
status faktor ekonomi dan sedantary life style Istiqamah, 2013. Faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat dihindari sebagai
penyebab obesitas. Selain faktor tersebut faktor-faktor yang lain sebenarnya dapat dihindari untuk mencegah kejadian obesitas di kalangan masyarakat, tetapi tingkat
kesedaran masyarakat terhadap bahaya obesitas masih kurang. Masyarakat tidak terlalu khawatir terhadap masalah obesitas selama belum mengalami keluhan,
mereka pergi ke pelayanan kesehatan apabila masalah ini telah menimbulkan penyakit yang lain.
2.1.7 Dampak Obesitas