4.2. Analis Data
4.2.1. Pola Komunikasi
A. Pola Komunikasi Permissive Membebaskan
Pola komunikasi permissive atau yang membebaskan anak untuk berpendapat, berbicara serta mengambil keputusan. Dala
hal ini sikap penerimaan orangtua tinggi namun kontrolnya rendah. Memberikan kebebasan kepada anak untuk
menyatakan dorongan atau keinginanya. Sedangkan anak bersikap impulsife serta agresif, kurang memiliki rasa percaya
diri, prestasinya rendah. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang membebaskan anak dijumpai pada
keluarga yang mempunyai anak remaja. Berikut ini penyataan responden atau informan dalam pola
komunikasi orangtua terhadap anak remaja tentang internet sehat secara membebaskan :
INFORMAN 2 Wawancara dengan Ibu Diyah Wijayanti
“ Saya tidak pernah memberikan, mengawasi, ngeliatin dia saat gitu internatan , saya nongkrongi itu memang tidak.
Saya cuma berpesan “ coba gunakan dengan baik karena teknologi itu bisa melukai, bisa juga bermanfaat ”, dan saya
juga minta “ supaya kamu mendapatkan manfaat sebaik –
baiknya dari teknologi yang ada di rumah ini ”, sebelum pasang internet saya sudah pesan seperti itu ke anak – anak. Saya tidak
pernah melotot terus di depan dia karena gak nyaman ”.
Kroscek kepada Delia
“ Kalau di rumah di pasang internet itu sudah di kasih tahu pakeknya yang bener, kalau lagi ngenet gitu kadang juga ngitip
– ngintip di kamar “ ngapain? ”. Kalau yang di luar itu, kalau ngenet sebentar itu gak perlu ijin karena sudah tahu ngennetnya
itu untuk apa. Kalau misalnya lama ya tetep ijin orangtua ”. Interview : minggu, 13 maret 2011
INFORMAN 1 Wawancara dengan Ibu Ellyta
“ Selama di dalam rumah karena tempat kerja dekat dengan tempat dia main komputernya saya tengok, balik lagi kerja.
Kalau di luar, dia ijin mau ke warnet, kalau saya ada waktu saya datang kesana saya lihat ”.
Kroscek kepada Salsabilla “ Waktu berinternet sama mama di lihat terus di tinggal,
kadang – kadang kalau lewat di lihat ”.
Interview : jum’at, 25 maret 2011
INFORMAN 3 Wawancara dengan Ibu Sri Lestari dan Febrina
“ Ya mengetahui, tahu saya cuma saya tidak bisa memantau secara setiap hari. Saya tidak bisa memantau karena saya juga
punya pekerjaan, jadi paling di sore hari atau malam saya baru bisa memantau. Tapi saya selalu berpesan kepada anak saya
untuk berinternetan sesuai dengan usianya ”. Kroscek kepada Febrina
“ Kadang di lihat terus di nasehati juga ”. Interview : senin, 4 april 2011
Pada keluarga ini sangat membebaskan anak dalam melakukan hal apapun termasuk dalam memperoleh informasi khususnya
melalui media internet. Kesibukan bekerja orangtua untuk menghidupi ekonomi keluarga sehingga jarang memberikan
asuhan yang tepat untuk saling berkomunikasi antara orangtua dan anak tentang berinternet. Dari pengamatan yang dilakukan
peneliti, melihat anak – anak khususnya anak remaja sangat membutuhkan perhatian orangtua, orangtua mereka tidak
mengetahui keinginan anak – anaknya dengan kesibukan bekerja tidak ada waktu untuk bersama anak – anaknya.
Seharusnya disini peran orangtua sangat penting dalam
brokomunikasi dengan anaknya, karena informasi apapun yang berhubungan dengan perkembangan pola pikir anak harus
pertama kali disampaikan oleh orangtua itu sendiri, serta kasih sayang yang paling tulus itu hanya berasal dari orangtua. Anak
harus dibekali pendidikan, bimbingan dan arah yang baik agar anaknya berhati – hati dalam pergaulan dalam mengakses
internet dengan kelompok teman sebayanya, karena mereka mempunyai rasa keingintahuan yang besar untuk mencoba
segala hal yang belum diketahui, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya
melalui pengalaman mereka sendiri. B.
Pola Komunikasi Authoritarian Otoriter
Pola asuh otoriter ini menekankan segala aturan orangtua harus ditaati oleh anak. Orangtua bertindak semena – mena,
tanpa dapat dikontrol anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang yang diperintahkan
orangtua. Dalam hal ini, anak seolah – olah menjadi “ robot ”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri,
rendah diri, pencemas, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa memberoktak, nakal, atau melarikan diri dari
kenyataan.
Berikut ini penyataan responden atau informan dalam pola komunikasi orangtua terhadap anak remaja tentang internet
sehat secara otoriter :
INFORMAN 4 Wawancara dengan Ibu Umi Hanifah
“ Ya mengetahui dek, itu sepanjang kalau di rumah ya saya awasi dan internet itu kan tidak hanya di rumah, kadang –
kadang juga di warnet. Kalau di warnet bisaanya terkait dengan tugas – tugas di sekolah. Memang saya upayakan
untuk main internet ada di rumah karena soalnya apa…. pengawasan biar mudah gitu aja dek ”.
Kroscek kepada Imam Safi’i
“ Tahu, karena kalau saya mau internetan saya berbicara dulu dengan orangtua ”.
Interview : sabtu, 9 april 2011
Disini terlihat orangtua memaksakan kehendaknya pada anak – anaknya meskipun secara tidak langsung. Anak harus
melaporkan setiap kegiatan apa yang dilakukannya. Anak harus patuh terhadap aturan yang telah dibuat orangtua.
Pola asuh otoriter muncul karena orangtua tidak siap menerima sikap kritis anak remajanya. Orangtua tipe otoriter
beranggapan bahwa sikap kritis anak remaja merupakan bentuk perlawanan atau pembangkangan yang harus ditumpas. Prinsip
dasarnya, orangtua merupakan pemegang monopoli kebenaran, tidak boleh disalahkan, dan tidak boleh dikalahkan.
C. Pola Komunikasi Authoritative Demokratis