Hubungan Orangtua dan Anak

2.4.3 Hubungan Orangtua dan Anak

Beberapa studi berkaitan dengan orangtua dan anak pada mulanya diasumsikan bahwa proses pengaruh tidak bersifat langsung dalam keluarga. Asumsi tersebut memandang anak sebagai pasangan atau partner pasif dalam bersosialisasi, yaitu menunggu pembentukan proses yang dilakukan oleh orangtua Hartup, 1978 . Dengan menyadari bahwa anak memberikan kontribusi pada keterkaitan hubungan perkawinan orangtua dalam keluarga, maka muncullah teori yang mengedepankan atau berpusat pada pentingnya anak dalam keluarga atau child centered theory Bell, 1968 . Selanjutnya Peterson dan Rollins 1987 menyebut pandangan seperti ini sebagai orientasi pembalikan cermin kaca mirror reverse , yaitu suatu teori yang menyatakan bahwa perilaku anak bisa mengubah atau mempengaruhi orangtuanya. Proses ini tidak hanya terjadi pada masa anak – anak, usia remaja dan dewasa saja tetapi juga sejak anak masih bayi bahkan ketika masih dalam kandungan dan berpengaruh pada proses kelangsungan keluarga Lerner dan Spanier, 1987 . Perilaku anak bisa menstimulasi, mendorong, memotivasi dan bahkan memberikan reward pada tindakan orangtua. Akhir – akhir ini, baik masa pembentukan suasana sosial social mode maupun masa orientasi pencerminan balikan perilaku mirror reverse telah dipadukan dengan pandangan lain yaitu suatu pandangan yang menyatakan bahwa orangtua dan anak secara simultan dan bersama – sama mereka saling pengaruh mempengaruhi. Pendekatan berdasarkan saling berpengaruh mutual influence menyatakan bahwa setiap anggota keluarga berperan serta dalam stimuli perilaku anggota lainnya Capella, 1978 . Sebagian besar penelitian pada antar individu terjadi pada kerangka proses sosialisasi social mould framework , meskipun ada juga beberapa penelitian perkembangan teori pembalikan perilaku mirror reserve dan saling mempengaruhi mutual influenc, khususnya dalam penelitian tentang hubungan antar pribadi. Adapun perilaku yang dirancang untuk mendapatkan apa yang diharapkan oleh orangtua dinamakan pesan pengontrol control messages . Pesan – pesan ini meliputi perilaku paksaan coercion , induksi dan tidak memberikan kasih sayang love withdrawal . Paksaan corceive berfokus pada alasan – alasan eksternal misalnya anak harus menurut orangtua. Contoh pesan seperti ini adalah hukuman fisik penerapan langsung terhadap pemaksaan, dan tidak memberikan materi – materi yang dibutuhkan atau dalam bentuk ancaman. Strategi pengontrol tersebut sering berpengaruh pada harga diri, kinerja akademik sekolah , dan kreatifitas anak – anak mereka Peterson dan Rollins, 1987 . Pesan pendorong atau pembangkit semangat induction messages berfokus pada alasan – alasan internal bahwa anak harus sesuai dengan orangtua. Pesan ini meliputi penjelasan dan alasan mengapa harus mengikuti orangtua. Orangtua bisa saja, misalnya, memberikan contoh akibat perilaku anak terhadap orang lain. Penelitian yang mengamati pesan pendorong yang dipakai orangtua pada anaknya adalah penelitian yang berdasarkan aliran kontruktifis Applegate, Burlerson, dan Adelia, 1992 . Teori ini khususnya berkaitan dengan komunikasi yang menonjolkan refleksi atau pesan yang mendorong anak memahami bagaimana tindakan berkembang dan akibatnya secara psikologis. Yang membedakan individu dengan jenis pesan orangtua berhubungan dengan perkembangan kemampuan berkomunikasi anak. Tanpa pemberian kasih sayang love withdrawal menggunakan dua kombinasi dari dua teori tersebut yaitu tekanan eksternal dan internal untuk penyesuaian pada orangtua, menunjukkan adanya ketidaksetujuan perilaku anak pada orangtua dan implikasinya adalah bahwa kasih sayang tidak akan diberikan apabila anak tidak menurut orangtua. Love withdrawal tercermin pada tidak adanya kasih sayang, mengisolasi anak, pernyataan terus terang penolakan, perilaku non verbal yang menunjukkan perasaan dingin dan kekecewaan Rollins dan Thomas, 1979 . Stafford dan Bayer 1993 menulis secara komprehensif review dari pengaruh pesan – pesan orangtua yang bersifat mengontrol controlling dan mendukung supportive terhadap harga diri anak, pengendalian anak, dan kemampuan berkomunikasi anak. Prosedur yang bertujuan menyesuaikan compliance – gaining procedures bisa berjalan baik dalam usaha mensosialisasikan anak pada harapan orangtua tetapi menghasilkan berbagai macam dampak pada solidaritas keluarga. Seperti yang diteliti oleh Stafford dan Bayer 1993 bahwa gaya pesan hanya bisa berpengaruh secara efektif pada jangka pendek untuk mendapatkan penyesuaian.

2.4.4 Pola Komunikasi

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEMAIN GAME ONLINE DotA DI SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pemain Game Online DotA di Surabaya ).

0 1 122

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya).

4 9 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14