4.3 Analisis dan Uji Hipotesis
4.3.1 Uji Normalitas
Uji F dan uji t pada analisis regresi mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Pengujian normalitas residual dilakukan
dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Jika nilai signifikansi uji kolmogorov smirnov
0,05 α=5, maka residual model regresi berdistribusi
normal. Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
Kolmogorov Smirnov Z 0,583
Nilai Signifikansi 0,886
Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai signifikan uji kolmogorov
smirnov lebih besar dari 0,05 yaitu 0,886, maka disimpulkan bahwa residual
model regresi berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas residual telah terpenuhi.
4.3.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model regresi yang terbaik. Asumsi klasik
yang harus dipenuhi adalah non autokorelasi, non multikolinieritas dan non heteroskedastisitas.
1. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode t-1 sebelumnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan Durbin Watson Test. Jika nilai Durbin
Watson yang dihasilkan analisis regresi terletak di antara -2 hingga +2, maka disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi Santoso,
2002:219. Berikut adalah nilai Durbin Watson yang dihasilkan dari model regresi:
Tabel 4.5 Hasil Nilai Durbin-Watson
Model Durbin-Watson
1 2,848
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson yang dihasilkan model regresi sebesar 2,848 terletak di atas nilai +2, dengan
demikian disimpulkan bahwa terjadi autokorelasi dalam model regresi. Menurut Santoso 2002:219, adanya gejala autokorelasi menyebabkan
model regresi yang seharusnya signifikan, menjadi tidak layak untuk dipakai. Oleh karena itu, adanya autokorelasi dalam model regresi perlu
diatasi. Salah satu cara untuk mengatasi adanya autokorelasi adalah dengan melakukan transformasi data. Dalam penelitian ini untuk mengatasi adanya
autokorelasi dilakukan transformasi logaritma pada data variabel penelitian.
Berikut adalah nilai Durbin Watson yang dihasilkan dari model regresi setelah dilakukan transformasi logaritma:
Tabel 4.6 Hasil Nilai Durbin-Watson Setelah Transformasi
Model Durbin-Watson
1 1,444
Sumber : Lampiran 4
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa setelah dilakukan transformasi data, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,444 yang terletak di antara -2
hingga +2, sehingga disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi, dengan demikian asumsi non autokorelasi telah terpenuhi.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas menunjukkan adanya korelasi linier sempurna antara variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak
menunjukkan adanya gejala multikolinieritas. Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai
VIF. Apabila nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, maka model regresi bebas dari multikolinieritas. Berikut adalah nilai tolerance dan nilai VIF
yang dihasilkan model regresi: Tabel 4.7
Hasil Nilai Tolerance dan Nilai VIF Variabel
Colinierity Statistics Tolerance
VIF Jumlah Anggota
0.220 4.554
Jumlah Simpanan 0.220
4.554
Sumber : Lampiran 4
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai tolerance kedua variabel bebas di atas angka 0,1, demikian pula nilai VIF keduanya di bawah angka 10,
sehingga dapat dikatakan model regresi bebas dari multikolinieritas, dengan demikian asumsi non multikolinieritas terpenuhi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan adanya ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik tidak menunjukkan adanya gejala heteroskedastisitas. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
korelasi rank spearman yaitu mengkorelasikan variabel bebas dengan nilai residual. Jika korelasi rank spearman menghasilkan nilai signifikansi 0,05
α=5, maka disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil korelasi rank spearman antara
variabel bebas dengan nilai residual : Tabel 4.8
Hasil Korelasi Rank Spearman Variabel
Nilai Korelasi
Sig. Jumlah Anggota
-0,018 0,957
Jumlah Simpanan 0,318
0,340
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai signifikan korelasi rank spearman
dari kedua variabel bebas lebih besar dari 0,05, maka disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas,
dengan demikian asumsi non heteroskedastisitas telah terpenuhi.
4.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh jumlah anggota dan jumlah simpanan terhadap
perolehan Sisa Hasil Usaha SHU pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende, serta menguji dan menganalisis variabel yang mempunyai
pengaruh lebih dominan antara jumlah anggota dan jumlah simpanan terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten
Ende. Berikut ini akan dijelaskan hasil regresi antara jumlah anggota dan
jumlah simpanan terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha SHU pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende :
Nilai estimasi koefisien regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.9
Hasil Estimasi Koefisien Regresi Variabel Bebas
Unstandardized Coefficients B
Konstanta 27,110
Jumlah Anggota 5,266
Jumlah Simpanan -4,603
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = 27,110 + 5,266 X
1
– 4,603 X
2
Penjelasan masing-masing koefisien regresi adalah sebagai berikut: b
= Konstanta = 27,110 Menunjukkan besarnya perolehan Sisa Hasil Usaha SHU pada
Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende. Artinya apabila jumlah anggota dan jumlah simpanan sama dengan nol atau konstan,
maka perolehan Sisa Hasil Usaha SHU pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende adalah sebesar 27,110 rupiah.
b
1
= Koefisien regresi untuk jumlah anggota X
1
= 5,266 Artinya apabila jumlah anggota naik 1 orang, maka perolehan Sisa
Hasil Usaha SHU pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende akan naik sebesar 5,266 rupiah, dengan asumsi pengaruh dari
jumlah simpanan adalah konstantidak berubah. b
2
= Koefisien regresi untuk jumlah simpanan X
2
= -4,603 Artinya apabila jumlah simpanan naik 1 rupiah, maka perolehan Sisa
Hasil Usaha SHU pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende akan turun sebesar 4,603 rupiah, dengan asumsi pengaruh dari
jumlah anggota adalah konstantidak berubah.
4.3.4 Uji F