2. Koperasi lainnyadan atau anggotanya Pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya yang didasari dengan
perjanjian kerja sama antara koperasi. 3. Bank dan lembaga keuangannya
Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya Dana yang diperoleh oleh penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 5. Sumber lain yang sah
Pinjaman yang diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan tanpa dilakukan tanpa melalui penawaran secara umum.
Selain itu koperasi juga dapat melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
2.2.8 Sisa Hasil Usaha
2.2.8.1 Pengertian sisa hasil usaha Usaha peningkatan kesejahteraan anggota secara khusus dan masyarakat
pada umumnya tentunya memerlukan dukungan dalam meningkatkan keuntungan atau Sisa Hasil Usaha SHU, oleh karena itu koperasi diharapkan dapat
mengoptimalkan seluruh kegiatan usahanya yang ada dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.
Untuk lebih memperjelas tentang pemahaman sisa hasil usaha, maka akan dikemukakan beberapa pengertian sisa hasil usaha, antara lain menurut :
1. Menurut UU koperasi No. 25 tahun 1992 Bab IX pasal 45, sisa hasil usaha mempunyai arti sebagai berikut :
a. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan
dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
b. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-
masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai
dengan rapat anggota. c. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.
Berdasarkan uraian pengertian sisa hasil usaha tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sisa hasil usaha adalah pendapatan bersih yang diterima
koperasi pada akhir tahun anggaran, setelah dikurangi dengan biaya-biaya operasional termasuk pajak serta dialokasikan untuk dana cadangan, jasa anggota,
pengurus, karyawan, pengelola, sosial, pendidikan. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi dapat dijadikan sebagai alat ukur
koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggota serta dalam upaya mengembangkan dan memperluas kegiatan usahanya.
2.2.8.2 Tujuan pembentukan sisa hasil usaha Menurut Baswir 1997 dalam menjalankan kegiatan usahanya, koperasi
tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan yang ingin dicapai tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat
daerah kerja pada umumnya, akan tetapi Ninik Widiyanti 1995 mengemukakan tujuan Sisa Hasil Usaha SHU berdasarkan pengalokasian dan
pendistribusiannya, antara lain : 1. Penetapan cadangan koperasi bertujuan untuk memperkuat permodalan
koperasi sehingga dapat bertahan serta dapat menjalankan usahanya. 2. Pembagian sisa hasil usaha pada anggota mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta masyarakat pada umumnya. 3. Untuk meningkatkan sumber daya manusianya, maka diperlukan pelatihan
dan pendidikan bagi para pengurusnya sehingga akan diperoleh sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Untuk dana sosial, hal ini dimaksudkan untuk membantu bagi kemajuan didaerah koperasi, misalnya dengan melakukan kegiatan bakti sosial dengan
membantu para penduduk yang mempunyai penghasilan rendah dengan cara menjual bahan kebutuhan pokok serendah mungkin atau bidang lain seperti
melakukan khitanan missal, perbaikan jalan. 5. Melakukan pengembangan daerah kerja sehingga usaha koperasi lebih
berkembang. Diharapkan dari permukaan Sisa Hasil Usaha SHU tersebut dapat lebih
meningkatkan kegiatan usaha koperasi.
2.2.8.3 Perhitungan Sisa Hasil Usaha Perhitungan sisa hasil usaha SHU dapat dilakukan dengan cara
: a. Perhitungan sisa hasil usaha secara keseluruhan, antara lain :
SHU = pendapatan – biaya termasuk penyusutan dan pajak. Untuk perhitungan sisa hasil usaha tersebut biasanya telah terdapat dalam laporan
keuangan tepatnya dalam laporan rugi laba. Umumnya pendapatan yang diterima oleh koperasi berasal dari hasil kegiatan usaha koperasi selama
kurun waktu satu tahun, seperti : pendapatan dari pendapatan barang, pendapatan jasa simpan pinjam, sedangkan untuk biaya umumnya terdiri
dari biaya operasional yang dikeluarkan oleh koperasi dalam rangka melakukan kegiatan usahanya, seperti biaya gaji karyawan dan pengurus,
biaya penyusutan, biaya penyisihan piutang. b. Perhitungan sisa hasil usaha SHU dengan melakukan pembagian, antara
lain : Perhitungan Sisa Hasil Usaha ini digunakan untuk mengetahui berapa
besar masing-masing bagian, sebagai perbandingan dalam UU No. 12 tahun 1967 pasal 34 ayat 2 dan 3 menerangkan pembagian Sisa Hasil Usaha
SHU lebih diperinci dengan memperhatikan sumber Sisa Hasil Usaha SHU yang diperoleh antara lain :
1. Pembagian Sisa Hasil Usaha SHU yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagi untuk :
a. Cadangan koperasi
b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikan pada anggota c. Dana pegawai atau karyawan
d. Dana pendidikan kopersai e. Dana sosial
f. Dana pembangunan daerah kerja. 2. Pembagian Sisa Hasil Usaha SHU yang berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk bukan anggota, dibagi untuk : a. Cadangan koperasi
b. Dana pengurus c. Dana pegawai atau karyawan
d. Dana pegawai koperasi e. Dana sosial
f. Dana pembangunan daerah kerja Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha bukan anggota, sebgai berikut :
apabila sisa hasil usaha yang berasal dari usaha untuk anggota, maka dalam pembagian anggota sebanding dengan jasa yang diberikan pada koperasi,
sebaliknya apabila sisa hasil usaha berasal dari usaha bukan untuk anggota, maka pembagian untuk anggota berdasarkan jasa tidak diberikan, tetapi pengurus
memperoleh pembagian tersebut yaitu sebagi dana pengurus. 2.2.8.4 Pembagian Sisa Hasil Usaha
Berdasarkan pengertian Sisa Hasil Usaha dapat diambil suatu kesimpulan bahwa SHU yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan pembagian kepada anggota koperasi serta untuk seluruh kegiatan yang
menjadi tujuan koperasi, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khhususnya maupun masyarakat pada umumnya, seperti dijelaskan dalam UU No.
25 tahun 1992 pasal 45 ayat 2, bahwa sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan
oleh masing-masing anggota koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan
keputusan rapat anggota [Baswir, 1997]. Sisa hasil usaha berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota
dan juga bukan anggota. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk :
1. Cadangan koperasi 2. Anggota sesuai jasa usaha
3. Anggota sesuai jasa simpanan 4. Dana pendidikan
5. Insentif pengurus dan pengawas 6. Dana sosial
7. Insentif pengelola Sedangkan sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan
untuk bukan anggota : 1. Cadangan koperasi
2. Dana pengurus 3. Dana pegawai karyawan
4. Dana pendidikan koperasi
5. Dana sosial 6. Dana pembangunan daerah kerja
Sisa hasil usaha yang berasal dari bukan anggota tidak dibagi-bagikan kepada anggota. Besar kecilnya prosentase sisa hasil usaha yang diperoleh dari
usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota telah ditetapkan anggota sesuia dengan Anggaran Dasar AD. [Munifah, 2005].
Jadi disini jelas bahwa jumlah anggota berkaitan dengan menentukan besar kecilnya jumlah SHU, misalnya dalam usaha simpan pinjam akan lebih
banyak kegiatan bila anggota semakin banyak. Oleh sebab itu, maka anggota juga akan menetukan sebagian besar kecilnya sisa hasil usaha [Munifah, 2005].
2.2.8.5 Anggota Koperasi Jumlah anggota koperasi sesui dengan ketentuan yang terdapat dalam
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, salah satu syarat pendirian koperasi adalah tersedianya 20 dua puluh orang anggota. Artinya jumlah anggota pada saat
pendirian koperasi sekurang-kurangnya adalah 20 orang anggota saja [Baswir, 1997].
Keanggotaan koperasi bersifat bebas, sukarela dan terbuka. Yang dimaksud dengan sukarela adalah bahwa setiap anggota koperasi berdasar atas
kemauannya sendiri, dan dapat mengajukan pengunduran diri jika misalnya ia merasa kurang memperoleh manfaat koperasi itu. Sedangkan yang dimaksud
dengan terbuka adalah bahwa setiap orang mampu memenuhi syarat-syarat keanggotaan suatu koperasi dapat diterima menjadi anggota koperasi itu [Baswir,
1997].
Selain itu azas persamaan diantara anggota tetap dipertahankan didalam koperasi tanpa mengadakan perbedaan diantara anggota yang berlainan suku,
paham, politik, dan agama. Secara umum mereka dibenarkan menjadi anggota koperasi adalah setiap waraga Negara Indonesia yang memiliki persyaratan
sebagai berikut [Anaroga dan Sudantoko, 2002: 74] : 1. Dewasa dan mampu melakukan tindakan hokum
2. Menyetujui landasan, asas, dan prinsip koperasi 3. Sanggup dan bersedia memenuhi hak dan kewajiban sebagai anggota.
Sedangkan menurut Undang-Undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 pasal 18 mengatut tentang keanggotaan koperasi yaitu :
1. Yang dapat menjadi anggota koperasi adalah setiap warga Negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hokum atau koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagai mana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. 2. Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak dan
kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam anggaran dasar. 2.2.8.6 Simpanan Koperasi
Menurut PSAK No. 27 [2007: 27.9] jumlah simpanan adalah sejumlah tertentu dalam nilai uang yang disebkan oleh anggota koperasi atas kehendak
sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai dengan perjanjian.
Jenis simpanan yang diserahkan oleh anggota kepada koperasi terdiri dari [PSAK No. 27 Tahun. 2007] :
1. Simpanan Pokok Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada
anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama semua anggota.
2. Simpanan Wajib Simpanan wajib adalah sejimlah simpanan tertentu yang diwajibkan
kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu, dimana jumlahnya tidak harus sama untuk masing-
masing anggota. 3. Simpanan Sukarela
Simpanan sukarela adalah jumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai
simpanan. 2.2.8.7 Teori Yang Melandasi Pengaruh Jumlah Anggota Terhadap Perolehan Sisa
Hasil Usaha Teori keanggotaan menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Yang dapat menjadi anggota koperasi adalah setiap warga Negara Indonesia yang
mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran dasar.
Jumlah anggota koperasi berpengaruh secara langsung terhadap perolehan sisa hasil usaha. Artinya bahwa dengan banyaknya anggota pada suatu koperasi,
diharapkan tingkat partisipasi anggota pada kegiatan usaha koperasi juga akan
meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan koperasi dan selanjutnya harapannya SHU juga meningkat.
Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota. Kelebihan
kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi. Koperasi menjalankan kegiatan usaha
dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari
dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan dan koperasi lain dari atau anggota.
Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam
oleh koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemerintah. Usaha simpan pinjam, anggota memiliki peranan secara langsung. Dalam usaha tersebut anggota
dapat memberikan kontribusi berupa bunga sebagai jasa yang diperoleh koperasi dalam memberikan pinjaman, sedangkan anggota pun dapat memperoleh
pinjaman dengan bunga yang rendah dibandingkan dengan meminjam di luar koperasi.
Jasa yang dperoleh dari pinjaman anggota menjadi satu komponen penting dalam memperoleh sisa hasil usaha. Apabila banyak anggota yang meminjam atau
berbelanaja pada koperasi maka jasa yang diperoleh koperasi pun akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mafluchatim M yang melakukan penelitian pada tahun 2005 dengan obyek penelitian KPN Warpeka di
Kabupaten Gresik menyimpulkan bahwa jumlah anggota koperasi, jumlah pinjaman, dan jumlah simpanan berpengaruh secara simultan terhadap perolehan
sisa hasil usaha. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota
berpengaruh terhadap perolehan sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang dibagikan kepada anggota koperasi ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
koperasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut berperan dalam membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
2.2.8.8 Teori Yang Melandasi Pengaruh Jumlah Simpanan Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha
Koperasi beranggotakan orang-orang yang menjadi pelanggan usahanya. Maka bergabung dengan menyertakan sumbangan modal dalam bentuk
sumbangan pokok. Sumbangan ini adalah bagian modal koperasi secara keseluruhan yang akan digunakan dalam membiayai usahanya. Jumlah simpanan
yang harus dibayar masing-masing anggota besarnya sama dan tidak mempengaruhi kedudukan relatife seorang anggota terhadap anggota lainnya
[Baswir, 1997]. Asas dari koperasi adalah kekeluargaan dan gotong royong yang telah
memberi ciri watak sosial pada koperasi. Berdasarkan asas tersebut bias
disimpulakan bahwa ada unsur gotong-royang diantara sesama anggota dalam mengumpulkan modal dari simpanan yang kemudian dibagikan kembali pada
anggota dalam bentuk pinjaman atau modal usaha lain. Berdasarkan kegiatan tersebut harapannya adalah jumlah simpanan yang telah dibagikan kepada
anggota dalam bentuk pinjaman dapat memberikan kontribusi kepada koperasi dalam bentuk jasa bunga atau keuntungan yang lain yang selanjutnya dapat
meningkatkan perolehan hasil usaha. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardianto pada tahun
2007 dengan obyek penelitian Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya menyimpulkan bahwa jumlah simpanan terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap perolehan sisa hasil usaha.
2.3 Kerangka Pikir