yaitu rute D kemudian dihitung beban pada rute D dengan menambahkan rata-rata permintaan D4 pada beban rute D:
kapasitas untuk rute D = rata-rata permintaan D4
Kapasitas rute D = 653 Kuintal layak dilakukan , karena sudah
smelebehi kapasitas maka D4 Ditetapkan pa rute D4.
4.7 Rute Distribusi Gula Berdasarkan Jarak Terpendek dari Peramalan
Pengurutan rute pengiriman menggunakan prosedur Nearest insert karena menurut Chopra 2001 prosedur ini paling sering digunakan, Setelah dilakukan
pengurutan rute pengiriman dengan menggunakan prosedur Nearest Insert, maka diperoleh rute :
1. Untuk Rute A { D3-D5}
I. P – D3 – P = 55,44 + 55,44 = 110,88 km II. P – D5 – P = 103.79 + 103.79 = 207.58 km
Dari jarak kedua distributor tersebut yang dipilih jarak terdekat dari pabrik adalah I P–D3 –P karena distributor 3 tersebut memberikan jarak tempuh yang terpendek
yaitu 110.88 km. Maka rute pengiriman distribusi gula dapat dimulai dari P–D3– D5–P .
2. Untuk Rute B { D1-D2 }
I. P – D1 – P = 38.94 + 38.94 = 77.88 km II. P – D2 – P = 30.36 + 30.36 = 60.72 km
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari jarak kedua distributor tersebut yang dipilih jarak terdekat dari pabrik adalah II P–D2 –P karena distributor 2 tersebut memberikan jarak tempuh yang terpendek
yaitu 60.72 km. Maka rute pengiriman distribusi gula dapat dimulai dari P – D2 – D1 – P .
3. Untuk Rute C { D6,D7
}
I. P – D6 – P = 29.37 + 29.37 = 58.74 km II. P – D7 – P = 15.18 + 15.18 = 30.36 km
Dari jarak kedua distributor tersebut yang dipilih jarak terdekat dari pabrik adalah II P – D7 – P karena distributor 7 tersebut memberikan jarak tempuh yang terpendek
yaitu 30.36 km. Maka rute pengiriman distribusi gula dapat dimulai dari P – D7 – D6 – P .
4. Untuk Rute D { D4
} I. P – D4 – P
= 106.54 + 1 06.54 = 213.08 km Sehingga rute D yaitu P – D4 – P
memberikan jarak tempuh yang terpendek yaitu 213.08 km. Pengurutan rute pengiriman menggunakan prosedur Nearest insert karena
menurut Chopra 2001 prosedur ini paling sering digunakan, Setelah dilakukan pengurutan rute pengiriman dengan menggunakan prosedur Nearest insert, maka
diperoleh rute :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.14 Rute baru Distribusi gula berdasarkan peramalan
No Rute Susulan Pengiriman
Truk ke Gudang Tenaga
Kerja Org
Jumlah Truk
Unit Jarak
Tempuh Km
A P - D
3
- D
5
- P 2
1 209.56
B P - D
2
– D
1
- P 2
1 85.47
C P - D
7
- D
6
– P 2
1 71.12
D P –D
4
– P 2
1 213.08
TOTAL ∑
8 4
579.23
Dari tabel di atas dapat di ketahui Jalur distribusi dari 7 rute awal Rute dari perusahaan berubah menjadi 4 rute baru, dimana 4 rute baru ini didapat setelah
penerapan metode savings matrix. Jalur distribusi awal dari perusahaan yang memiliki 7 rute distribusi menjadi 4 rute distribusi disebabkan karena sebagian besar pada rute awal
yang dimiliki perusahaan, pengiriman gula kuintal adalah satu kali pengiriman untuk satu wilayah satu Distributor. Sedangkan setelah penerapan metode savings matrix
pengiriman gulakuintal dapat dilakukan penggabungan rute perjalanan dengan jarak terpendek yaitu dengan melakukan pengiriman satu kali pengiriman atau perjalanan dapat
dilakukan untuk beberapa Distributor dimana pemilihan Distributor untuk tiap rute dengan mempertimbangkan banyaknya permintaan tiap Distributor, kapasitas alat angkut
dan lokasi Distributor.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.7. Biaya Transportasi Berdasarkan Peramalan Permintaan.