berpengaruh terhadap prestasi
belajar dalam mata kuliah
Akutansi Keuangan
Menengah Studi empiris pada
mahasiswa UPN “Veteran” Jawa
Timur
Lingkungan Belajar X
3
Prestasi Belajar
Y
5 Setiawan 2012
Pengaruh minat belajar,lingkungan
belajar dan berpikir kritis
terhadap pemahaman
akuntansi pada mahasiswa
akuntansi di UPN “Veteran” Jatim
Minat belajar
X
1
Lingkungan
belajar X
2
Berpikir kritis
X
3
Pemahaman
akuntansi Y Regresi
Linier Berganda
Sumber : Penulis
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Akuntansi
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi
Ziegel dan Marconi 1989dalam Akuntansi Keprilakuan Ikhsan dan Ishak, 2005 : 4 mendefinisikan sebagai suatu disiplin
jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk
membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perspektif yang lebih luas ditawarkan oleh American Accounting Association AAA mendefinisiskan akutansi sebagai
suatu prosses pengidentifikasian, pengukuran, pengkomunikasian informasi eknomi yang memungkinkan pembuatan pertimbangan
dan keputusan berinformasi oleh pemakai informasi dan yang terkini Ikhsan dan Ishak, 2005 : 5.
Acounting Principle Board APB Statemen No. 4 mendefinisikan akutansi sebagai suaatu kegiatan jasa. Fungsinya
adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomisebagai dasar memilih diantara berbagai alternatif Harahap 2007 : 5
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa akutansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan
pengkomunikasian infomasi ekonomiyang fungsinya memberikan informasi kuantitati, umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu
badan ekonomi untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.1.2 Bidang-bidang Akutansi
Seperti halnya bidang-bidang kegiatan yang lain, akuntansi juga memiliki bidang-bidang khusus sebagai akibat dari
perkembangan zaman. Perkembangan ini kemudian menjadi dasar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemikiran dalam perkembangan kurikulum pendididkan akutansi. Menurut Soemarso 2002:7 materi-materi khusus yang dipelajari
dalam bidang studi akutansi adalah : a.
Akutansi Keuangan Financial Accounting Bidang ini berkaitan dengan akuntansi untuk suatu unit
ekonomi seccara keseluruhan. Ia berhubungn dengan pelaporan keuangan untuk pihak-pihak diluar perusahaan.
b. Pemeriksaan akuntansi Auditing
Bidang ini berhubungan dengan audit secara bebas terhadap laporan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Walaupun
tujuan utma audit adalah agar informasi akuntansi yang disajikan dapat lebih dipercaya, namun ada tujua-tujuan lain yang dapat
dicakup. Misalnya, memastikan ketaatan terhadap kebijakan, prosedur, atau peraturan serta menilai efisiensi dan efektivas suatu
kegiatan. c.
Akuntansi Menejemen Management Accounting Titik sentral dalam akuntansi manajemen perusahaan.
Beberapa kegunaan dari akuntansi manajemen adalah mengendalikan kegiatan perusahaan, memonitor arus kas, dan
menilai alternatif dalam pengambilan keputusan. d.
Akuntansi Biaya Cost Accounting
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bidang ini menekan pada penetapan dan kontrol atas biaya. Ia terutama berhubungan dengan biaya produksi suatu barang.
Fungsi utama akuntansi biaya adalah mengumpulkan dan menganalisis data mengenai biaya, baik biaya yang telah maupun
yang akan terjadi. e.
Akuntansi Perpajakan Tax Accounting Laporan akuntansi yang digunakan untuk tujuan perpajakan
berbeda dengan laporan untuk tujuan lain. Hal ini disebabkan oleh berbedanya konsep tentang transaksi dan terjadinya keuangan,
metode pengukuran dan cara pelaporan. Untuk tujuan pajak, konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan serta bagaimana
mengukar dan melaporkannya ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
f. Akuntansi Pemerintahan Government Accounting
Bidang ini mengkhususkan diri dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintahan.
Iamenyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan Business Aspect dari administrasi keuangan Negara.
g. Sistem Akuntansi Accounting System
Bidang ini menyediakan informasi keuangan maupun non keuangan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan organisasi
secara efektif. Melalui sistem ini diproses informasi yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diperlkan untuk menyusun laporan kepada pemegang saham, kreditur, badan-badan pemerintahan, pimpinan perusahaan,
pegawai, dan pihak-pihak lain. h.
Akuntansi Keprilakuan Behavioural Accounting Bidang ini menggunakan metodologi ilmu pengetahuan
perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan
bisnis dan hasil mereka Ikhsan dan Iskhak, 2005 : 4
2.2.2 Akuntansi Keperilakuan 2.2.2.1 Pengertian Akuntansi Keprilakuan
Akuntansi merupakan suatu sistem yang menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan para
pemakainya, sedangkan ilmu keperilakuan adalah merupakan bagian dari ilmu social yang membahas tentang perilaku manusia.
Jadi akuntansi keprilakuan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menghubungkan manusia denga system akuntansi Ikhsan dan
Ishak,2005 : 1
2.2.2.2. Tujuan Akuntansi Keprilakuan
Tujuan dari akuntansi keprilakuan adalah untuk melakukan pengukuran dan efaluasi tindakan yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan dan pengambilan keputusan, baik bersifat internal maupun eksternal Ikhsan dan Ishak,2005 :4
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3. Pemahaman Akuntansi 2.2.3.1. Pengertian Pemahaman Akuntasi
Agar seorang dosen dan mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik diperlukanlah suatu pemahaman. Pemahaman seorang
mahasiswa akuntansi pada dasarnya merupakan pemahaman keseluruhan kepribadiannya dengan segala latar belakang dan
interaksinya dengan lingkungannya. Paham dalam kamus bahaasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar, sedangkan
pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Hal ini berarti orang yang memiliki pemahaman
akuntansi di ukur dengan menggunakan nilai mata kuliah akuntasi yaitu pengantar akuntasi, akuntansi keuangan menengah, akuntansi
keuangan lanjutan, auditing, dan teori akuntansi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang menggambarkan unsur-unsur
akuntansi secara umum.Melandy dan Azizah, 2006 Jadi, mahasiswa dapat dikatakan menguasai atau memahami
apabila ilmu akuntansi yang diperolehnya selama ini dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat atau dengan kata lain
dapat dipraktekkan didunia kerja, dan seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang telah dipelajari dalam hal ini
mengacu pada mata kuliah akuntansi pokok.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3.2. Tujuan Pemahaman Akuntansi
Tujuan pemahaman akuntansi menurut Suwardjono 1999 dalam Praptiningsih 2009 adalah :
1. Memahamkan pengetahuan tanpa menimbulkan kekeliruan
tentang arti akuntansi, artinya jangan sampai mahasiswa mempunyai wawasan yang sempit mengenai ruang lingkup
akuntansi baik sebagai pengetahuan maupun sebagai bidang pekerjaan.
2. Menanamkan sikap positif terhadap pengetahuan alluntansi
yang cukup luas lingkupnya, khususnya untuk mereka yang tidak mengambil jurusanakuntansi.
3. Memotivasi agar pengetahuan akuntansi dimanfaatkan dalam
praktik bisnis atau organisasi lainnya yang keberhasilannya sebenarnya ditentukan oleh informasi keuangan.
2.2.4.Minat Belajar 2.2.4.1 Pengertian
Minat
Hurlock 1986 dalam Bintoro 2010:42 mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa
yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka
mereka akan tertarik kepada sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menurut Hansen 1984dalam Bintoro 2010 : 42 minat didefinisikan sebagai kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sesuatu hal.
Dengan kata lain, minat tersebut dapat dilihat berdasarkan adanya perbedaan rasa suka terhadap sesuatu hal, pekerjaan, tugas atau
kegiatan. Menurut Bhatia 1977 dalam Bintoro 2010 : 42 menunjukkan
bahwa minat merupakan keterlibatan perasaan seseorang terhadap suatu objek atau perasaan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dengan objek
atau aktivitas, karena adanya kaitan antara individu dengan aktivitasyang disukai tersebut.
2.2.4.2 Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan Muhibin, 2009 : 63 Menurut Morgan dalam buku introduction to Psychology 1978
dalam Purwanto, 2000 : 84, mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Hillgrad dan Bower dalam buku Introduction To
Psychology1978 dalam Purwanto, 2000:84, mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Witherington, dalam buku Educational Psychology dalam
Purwanto, 2000:84 mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
2.2.4.3. Teori –Teori Belajar
Teori – teori yang membahas tentang belajar adalah sebagai berikut : 1.
Teori Belajar Gesalt Menurut teori ini, belajar dapat diterangkan sebagai berikut.
Pertama, dalam belajar pemahaman atau pengertian Insight merupakan faktor yang penting untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
pengalaman. Kedua, dalam belajar pribadi atau organism memegang peranan yang sangat sentral, belajar itu tidak hanya dilakukan secara
reaktif saja tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan Purwanto, 2000:101.
2. Teori Belajar Pavlon Dan Watson
Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat – syarat yang kemudian menimbulkan
reaksi. Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memberikan syarat – syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan – latihan yang kontinyu,yang
diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.
Kelemahan dalam teori ini adalah reori ini menganggap bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis,keakutan dan penentuan pribadi
dalam tidak dihiraukan. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal – hal belajar tertentu saja Purwanto, 2000:91
2.2.4.4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Purwanto 2000:102 faktor – faktor yang mempengaruhii belajar digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang ada pada diri individu itu sendiri atau dissebut faktor individual. Sedangkan
faktor ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu atau disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor intern yaitu faktor kematangan
pertumbuhan,kecerdasan,latihan,motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga keadaan rumah uru
dan cara mengajarnya, alat – alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi
belajar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5 Lingkungan Belajar
2.2.5.1 Pengertian Lingkungan Belajar
Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan. Lingkungan dalam kehidupan manusia
selalu mengitarinya dan terdapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Lingkungan disatu sisi dapat mempengaruhi manusia, akan
tetapi di sisi yang lain manusia juga dapat mempengaruhi lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan
sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya.
Menurut Rohani 2004:19 dalam Johari 2006:40 perkembangan seseorang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari adanya faktor
pembawaan dan daktor lingkungan. Diantara keduanya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dalam menjadikan manusia yang
berkualitas dan bercirikan keunggulan serta mempunyai karakter dan kepribadian yang baik. Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikologi
dikatakan bahwa faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik, dan reaksi inderawi. Sementara itu “Faktor lingkungan
lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, sikap dan nilai”.
Lingkungan belajar menurut Saroni dalam Purwanti, 2009:45 adalah “segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan social, kedua aspek lingkungan
tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga mahasiswa merasa kerasan di universitas dan mau mengikuti
proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.”
Sidjabat 2009 dalam Rosyidah 2011 : menuliskan bahwa : Penelitian mengungkapkan bahawa efektivitas belajar terjadi jauh lebih
besar dalam kelas kecil, dari pada dalam kelas besar lebih dari 20 peserta. Mc Keachie, dalam Teaching Tips, menyatakan bahwa dalam
kelas kecil banyak keuntungan yang diperoleh. Dua diantaranya dijelaskan berikut ini :
a. Kelas ukuran kecil
Kelas ukuran kecil sangat baik dalam meningkatkan gairah dan kemampuan belajar mereka yang memilki motifasi rendah sebab
dosen dapat menyapa masing-masing peserta secara pribadi. Dalam kelas ukuran kecil dosen meniliki kesempatan yang relatif besar
untuk berinteraksi dengan peserta didiknya. Intensifnya interaksi menunjukan bahwa dosen menaruh perhatian terhadap keberadaan
dan kebutuhan mereka. Rasa dihargai akan muncul dalam diri peserta didik. Sudah tentu hal demikian sangat bermanfaat bagi diri
perserta didik. Sudah tentu hal demikian sangat bermanfaat bagi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tujuan yang menekankan segi-segi penerapan, analisis, sintensis, serta pemikiran krisis. Pembahasan suatu pokok bahasan secara
kritis selalu dapat dilakukan secara bersama-sama. b.
Kelas ukuran besar Dalam kelas ukuran besar sebaliknya dosen memiliki kesempatan
yang relatif kecil untuk lebih mengenal peserta didiknya. Sering peserta didik merasa kurang terlibat atau tidak perlu terlibat dalam
kegiatan diskusi. Mereka hadir kelulusan. Kelas ukuran besar juga cenderung memusatkan kegiatan mengajarnya kepada dosen. Untuk
memukau perhatian peserta didik selama pengajaran berlangsung, dosen harus mengadakan persiapan yang sangat matang sehingga
dapat mengemukakan ide-ide secar jelas, sistematis, di sertai contoh- contoh yang konkret.
Lingkungan belajar di kampus merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi belajar individu. Menurut Hamalik dalam Sudarmanto,
2006:2 menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada dialam sekitar yang memilki makna atau pengaruh tertentu kepada individu.
Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan universitas akan menciptakan ketenangan dan
kenyamanan mahasiswa dalam belajar, sehingga mahasiswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal. Menurut
Slameto dalam Sudarmanto, 2006:2 menyatakan lingkungan yang baik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau mahasiswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Menurut Ahmad dan Uhbiyanti dalam Sudarmanto, 2006:2 lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar
adalah segala sesuatu yang berbeda disekitar mahasiswa dalam proses baik di rumah maupun di kelas dan universitas. Meliputi lingkungan
fisik dan non fisik. Keberhasilan seorang mahasiswa dalam belajar dapat dilihat dari
prestasi belajar mahaiswa yang bersangkutan, didalam pendidikan mahasiswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil
yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi belajar yang tinggi, baik mahasiswa, dosen,
kampus, orang tua hingga masyarakat, namun antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi
belajar, ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga mahasiswa yang rendah prestasi belajarnya.
Adanya perubahan prestasi belajar mahasiswa banyak diketahui oleh berbagai faktor, prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bersumber dari dalam individu seperti kecedasan, perhatian, minat, bakat, motifasi, kematangan dan kesiapan.
Faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan. Lingkungan ini terdiri dari tiga yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan kampus, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan kampus meliputi
metode belajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasisawa, relaksi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin kampus, alat pelajaran, waktu
kampus dan lain-lain. Sedangakan lingkungan masyarakat meliputi keadaan mahasiswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan
berbentuk kehidupan masyarakat Wahyuni, 2007:20-21 Gainen dan Locatelli dalam Farida, 2003:79 menyebutkan nilai
pendidikan sebagai salah satu sistem collection, interprestasi dan penggunaan informasi mengenai karakteristik mahasiswa, lingkungan
pendidikan, hasil pembelajaran dan keputusan klien terhadap kinerja mahasiswa yang meningkat serta adanya keberhasilan secara
professional, dengan demikian, input yang diperoleh mahasiswa dapat menghasilkan output secar optimal sebagai salah satu indikasi kualitas
skill serta adanya unsure profesinalisme DeMong, Lendgren, Jr abd Perry
“Design and Assesement Program For
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Accounting”mengemukakan bahwa ada dua keahlian intelektual yang penting untuk suatu keberhasilan profesi yaitu kemampuan dalam
berpikir kritis dan kreatif sehingga wajar jika seseorang yang professional akn berupaya mengetahui timbulnya permasalahan dan
berupaya mencari jawabandari suatu faktor penyebab permasalahan tersebut.
2.2.6 Berpikir Kritis
2.2.6.1 Pengertian Berpikir Kritis
Harsanto 2005, dalam Harnandita, 2008 menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah salah satu cara menjadi orang kritis, dimana
diperlukan pikiran yang terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang
diambilnya. Ia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa keputusan itu diambil. Hal ini tidak jauh berbeda dengan defisini berpikir kritis yang
dikemukakan oleh Santrock 2003 yaitu berpikir kritis adalah penggalian makna atas suatu masalah secara lebih mendalam, berpikiran
terbuka terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda, dan menetapkan untuk diri sendiri hal-hal yang akan di yakini atau
dilakukan. Tahun 1909 John Dewey mengemukakan istilah reflective
thinking yang pada saat ini dikenal dengan sebutan kritis. Menurutnya pada dasarnya berpikir kritis adalah active process harus dipikirkan,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dipertanyakan dan dicari informasinya secara mandiri, persistan and careful tidak langsung loncat kesimpulan tetapi dipikirkan terlebih
dahulu, dan ground which support dipikirkan alasan mempercayai sesuatu serta implikasikan dengan demikian keterampilan menalar
adalah elemen kunci berpikir kritis Nurfitri, 2008 Berdasarkan berbagai definisi yang telah disebutkan, makna maka
dapat disimpulkan bahwa definisi berpikir kritis adalah kecenderungan dan kemampuan seorang untuk membuat dan menilai kesimpulan
berdasarkan bukti yang ada dari sebuah informasi, yang dijadikan dasar untuk memutuskan tindakan atau hal-hal yang diyakini.
2.2.6.2 Kharateristik Pemikir Kritis
Berikut ini adalah indikator berpikir kritis yang disebutkan oleh Wage 1995 adalah :
1. Kegiatan merumuskan pertanyakan
2. Menguji data-data
3. Membatasi permasalahan
4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias
5. Menghindari pertimbangn yang sangat emosional
6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
7. Memperimbangkan berbagai interprestasi
8. Mentoleransi ambiguitas Achmad, 2007
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.6.3 Cara Berpikir Kritis
Berpikir kritis bukan hanya berpikir logis dan analistis, tetapi juga rasional dan obyektif. Agar menjadi seorang yang berpikir kritis, ada
lima langkah yang harus dilalui, yaitu : 1.
Mempunyai sikap berpikir kritis 2.
Mengenali dan menghindari hambatan berpikir kritis 3.
Mengidentifikasi argument 4.
Mengevaluasi sumber informasi 5.
Mengevaluasi argument Nurfitri, 2008:29
2.2.6.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis
Dalam Harnandita 2008, faktor-faktor yang mempengaruhi berpikr kritis antara lain :
1. Keluarga
Keluarga mempunyai pengaru yang sangat kuat terhadap perkenbangan anak terutama pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar dan berpikir kritis. Keluarga sebagai kelompok social terkecil dari masyarakat berfungsi sebagai tempat pendidikan
yang paling utama. Dengan adanya perhatian dari orang tua, suasana rumah yang damai, aman, dan sejahtera akan mendukung minat
belajar dan hasil belajar serta menunjang anak untuk berpikir kritis. Sebaliknya apabila suasana rumah kacau akan mengakibatkan minat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
belajar dan hasil belajar yang buruk serta berpikiran kritis yang tidak berkembang dan cenderung pasif.
2. Lingkungan sekolah
Sekolah ikut membantu dalam membimbing anak agar berhasil dalam kehidupannya. Sekolah dalam hal inibukan hanya tergantung
dari faktor guru, anak dan gedung tetapi semua faktor yang ada dalma menunjang berhasilnya pendidikan anak, pembagian jam
pekajaran dan disiplin sekolah. 3.
Lingkungan budaya Lingkungan budaya mencakup hasil budaya dan teknologi yang
dapat dijadikan sumber belajar dan mengembangkan pikiran kritis dan aktif dapat menjadi faktor pendukung pengajaran dalam konteks
ini termasuk system nilai norma dan adat kebiasaan. 4.
Lingkungan individu Lingkungan individu meliputi individu-individubsebagai suatu
pribadi berpengaruh terhadap individu lainnya. Lingkunganini juga dapat mempengaruhi proses belajar dan perkembangan pikiran aktif
untuk berpikir kritis.
2.2.6.5 Manfaat Berpikir Kritis
Elder Paul 1996 menyebutkan bahwa berpikir kritis dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa, baik dalam hal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemahaman materi maupun pemanfaatannya dalam kehidupan sehari- hari. Manfaatnya adalah :
1. Mempelajari suatu materi seccara mendalam dan lebih
bertahan lama 2.
Mampu menjelaskan dam mengaplikasikan apa yang telah dipelajari
3. Dapat menghubungkan materi yang dipelajari antara mata
kuliah 4.
Peningkatan kuantitas dan kualitas pertanyaan di ruang kuliah 5.
Memahami suatu materi dengan lebih baik 6.
Mengikuti arahan dosen dengan lebih baik 7.
Pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang disampaikan dosen
8. Meningatkan kemampuan menulis siswa
9. Mampu mengaplikasikan hal-hal yang telah dipelajari
dikampus dalam kehidupan sehari-hari 10.
Meningkatkan motifasi belajar mahasiswa 11.
Mampu berkembang secara progresif saat proses pembelajaraan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.6.6 Berpikir Kritis Pada Remaja
Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan sehari-hari seorang remaja, baik di dalam maupun di ruang kuliah. Berikut ini adalah
berpikir kritis yang diperlukan oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari: 1.
Mencari dimaana keberadaan bukti terbaik bagi subyek yang
didiskusikan
2. Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argumentan-
argumen yang berbeda
3. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan
4. Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengaran
kesimpulan yang telah ditetapkan berdasarkan bukti-bukti
yang mendukungnya
5. Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan
makna dari argument yang disampaikan
6. Menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argument
tersebut Sembel, 2008
2.2.7. Pengaruh Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 2.2.7.1. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi
Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer 2001, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi
suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, subjek atau aktivitas
tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka terhadap objek, subjek atau aktifitas tersebut maka ia akan
menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu menolak menerima. Jika ia menerima berarti ia berminat dan jika
menolak berarati ia tidak CVF VCberminat. Besar kecilnya minat seseorang terhadap tugas tadi, karena motivasi, efisiensi, gerak dan
kepuasan kerja, akan didapat apabila pekerjaan tersebut sesuai dengan lapanga yang diminatinya. Minat yang berbentuk perhatian yang
intens tadi merupakan suatu reaksi organism, baik yang tampak nyata maupun yang imajiner, yang disebabkan karena rasa suka terhadap
suatu objek tertentu. Minat ini mempunyai kecenderungan mempengaruhi perilaku individu dalam aktivitas retentu
Guilford,1956. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa minat belajar dalam diri
individu mahasiswa sangat penting bagi kesuksesan yang akan di capai juga dalam pemahaman akuntansi. Mahasiswa yang mempunyai minat
belajar terhadap suatu objek atau akuntansi khususnya akuntansi keuangan berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya
sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai.
2.2.7.2. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi
Lingkungan mempengaruhi pemahaman akuntansi dalam berkonsentrasi untuk belajar. Pelajar akan memaksimalkan kemapuan
dan konsentrasinya dan dapat memaksimalkan konsentrasi, mereka mampu menggunakan kemampuan pada saat suasana yang tepat.
Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif, dimana sebuah lingkungan sesuai dengan kebutuhan para
pelajar. Semakin mahasiswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mahasiswa tersebut mengatasi situasi-situasi yang menantang dan
semakin mudah mahasiswa mempelajari informasi baru DePorter Hernacki, 2001:81. Dengan demikian ada pengaruh positif antara
kebiasaan belajar dengan pemahaman akuntasi.
2.2.7.3. Pengaruh Berpikir Kritis Terhadap Pemahaman Akuntansi
Berpikir kritis memerlukan pikiran terbuka, jelas dan berdasarkan fakta seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan atas pilihan
putusan yang diambilnya. Pengembangan berpikir kritis merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara menyeluruh,
tidak hanya membantu mahasiswa memperoleh pengetahuan, tetapi yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terpenting adalah menjamin mahasiswa dapat berfikir efektif Nurfitri, 2008.Menurut freud, dalam diri seseorang terdapat tiga hal penting yang
saling berhubungan dan berlawanan konflik. Ego yang berfungsi sebagai penengah merupakan gambaran dari seseorang mengenao suatu
keyakinan fisik dan sosial. Sehingga ia beperan dalam memilih tindakan yang memberi keputusan tanpa menimbulkan akibat yang tidak sesuai
dengan hati. Menurut Santrock dalam Wardani, 2003 berpikir kritis
memerlukan pikiran yang terbuka jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberikan alasan atas pilihan putusan yang
diambilnya. Mahasiswa seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Dengan penerapan cara berpikir
kritis, diharapkan mahasiswa mampu memahami materi terlebih dahulu dan berpikir aktif terhadap materi-materi yang diberikan oleh
pengajarsehingga dapat menambah peningkatan pemahaman akuntansinya. Dengan demikian terdapat pengaruh positif antara berpikir
kritis dengan pemahaman akuntansi pada mahasiswa.
2.2.7.4. Pengaruh Minat Belajar, Lingkungan Belajar, Berpikir Kritis Terhadap Pemahaman Akuntansi.
Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer 2001, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan
tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka individu akan
menerimanya. Jika individu tidak suka terhadap objek, subjek atau aktifitas tersebut maka ia akan menolaknya.
Lingkungan mempengaruhi pemahaman akuntansi dalam berkonsentrasi untuk belajar. Pelajar akan memaksimalkan kemapuan dan
konsentrasinya dan dapat memaksimalkan konsentrasi, mereka mampu menggunakan kemampuan pada saat suasana yang tepat.
Menurut Santrock dalam Wardani, 2003 berpikir kritis memerlukan pikiran yang terbuka jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang
pemikir kritis harus mampu memberikan alasan atas pilihan putusan yang diambilnya. Mahasiswa seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan
kualitas pemahaman yang lebih baik. Dengan penerapan cara berpikir kritis, diharapkan mahasiswa mampu memahami materi terlebih dahulu
dan berpikir aktif terhadap materi-materi yang diberikan oleh pengajar sehingga dapat menambah peningkatan pemahaman akuntansinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Minat Belajar, Lingkungan Belajar, Berpikir Kritis berpengaruh Terhadap Pemahaman
Akuntansi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3. Kerangka Pikir