Landasan Teori PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN ”VETERAN” JAWA TIMUR.

berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam mata kuliah Akutansi Keuangan Menengah Studi empiris pada mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur  Lingkungan Belajar X 3  Prestasi Belajar Y 5 Setiawan 2012 Pengaruh minat belajar,lingkungan belajar dan berpikir kritis terhadap pemahaman akuntansi pada mahasiswa akuntansi di UPN “Veteran” Jatim  Minat belajar X 1  Lingkungan belajar X 2  Berpikir kritis X 3  Pemahaman akuntansi Y Regresi Linier Berganda Sumber : Penulis

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Akuntansi

2.2.1.1 Pengertian Akuntansi

Ziegel dan Marconi 1989dalam Akuntansi Keprilakuan Ikhsan dan Ishak, 2005 : 4 mendefinisikan sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Perspektif yang lebih luas ditawarkan oleh American Accounting Association AAA mendefinisiskan akutansi sebagai suatu prosses pengidentifikasian, pengukuran, pengkomunikasian informasi eknomi yang memungkinkan pembuatan pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh pemakai informasi dan yang terkini Ikhsan dan Ishak, 2005 : 5. Acounting Principle Board APB Statemen No. 4 mendefinisikan akutansi sebagai suaatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomisebagai dasar memilih diantara berbagai alternatif Harahap 2007 : 5 Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa akutansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian infomasi ekonomiyang fungsinya memberikan informasi kuantitati, umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2.2.1.2 Bidang-bidang Akutansi

Seperti halnya bidang-bidang kegiatan yang lain, akuntansi juga memiliki bidang-bidang khusus sebagai akibat dari perkembangan zaman. Perkembangan ini kemudian menjadi dasar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pemikiran dalam perkembangan kurikulum pendididkan akutansi. Menurut Soemarso 2002:7 materi-materi khusus yang dipelajari dalam bidang studi akutansi adalah : a. Akutansi Keuangan Financial Accounting Bidang ini berkaitan dengan akuntansi untuk suatu unit ekonomi seccara keseluruhan. Ia berhubungn dengan pelaporan keuangan untuk pihak-pihak diluar perusahaan. b. Pemeriksaan akuntansi Auditing Bidang ini berhubungan dengan audit secara bebas terhadap laporan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Walaupun tujuan utma audit adalah agar informasi akuntansi yang disajikan dapat lebih dipercaya, namun ada tujua-tujuan lain yang dapat dicakup. Misalnya, memastikan ketaatan terhadap kebijakan, prosedur, atau peraturan serta menilai efisiensi dan efektivas suatu kegiatan. c. Akuntansi Menejemen Management Accounting Titik sentral dalam akuntansi manajemen perusahaan. Beberapa kegunaan dari akuntansi manajemen adalah mengendalikan kegiatan perusahaan, memonitor arus kas, dan menilai alternatif dalam pengambilan keputusan. d. Akuntansi Biaya Cost Accounting Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Bidang ini menekan pada penetapan dan kontrol atas biaya. Ia terutama berhubungan dengan biaya produksi suatu barang. Fungsi utama akuntansi biaya adalah mengumpulkan dan menganalisis data mengenai biaya, baik biaya yang telah maupun yang akan terjadi. e. Akuntansi Perpajakan Tax Accounting Laporan akuntansi yang digunakan untuk tujuan perpajakan berbeda dengan laporan untuk tujuan lain. Hal ini disebabkan oleh berbedanya konsep tentang transaksi dan terjadinya keuangan, metode pengukuran dan cara pelaporan. Untuk tujuan pajak, konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan serta bagaimana mengukar dan melaporkannya ditetapkan oleh peraturan perpajakan. f. Akuntansi Pemerintahan Government Accounting Bidang ini mengkhususkan diri dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintahan. Iamenyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan Business Aspect dari administrasi keuangan Negara. g. Sistem Akuntansi Accounting System Bidang ini menyediakan informasi keuangan maupun non keuangan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan organisasi secara efektif. Melalui sistem ini diproses informasi yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diperlkan untuk menyusun laporan kepada pemegang saham, kreditur, badan-badan pemerintahan, pimpinan perusahaan, pegawai, dan pihak-pihak lain. h. Akuntansi Keprilakuan Behavioural Accounting Bidang ini menggunakan metodologi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka Ikhsan dan Iskhak, 2005 : 4 2.2.2 Akuntansi Keperilakuan 2.2.2.1 Pengertian Akuntansi Keprilakuan Akuntansi merupakan suatu sistem yang menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan para pemakainya, sedangkan ilmu keperilakuan adalah merupakan bagian dari ilmu social yang membahas tentang perilaku manusia. Jadi akuntansi keprilakuan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menghubungkan manusia denga system akuntansi Ikhsan dan Ishak,2005 : 1

2.2.2.2. Tujuan Akuntansi Keprilakuan

Tujuan dari akuntansi keprilakuan adalah untuk melakukan pengukuran dan efaluasi tindakan yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan dan pengambilan keputusan, baik bersifat internal maupun eksternal Ikhsan dan Ishak,2005 :4 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2.2.3. Pemahaman Akuntansi 2.2.3.1. Pengertian Pemahaman Akuntasi Agar seorang dosen dan mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik diperlukanlah suatu pemahaman. Pemahaman seorang mahasiswa akuntansi pada dasarnya merupakan pemahaman keseluruhan kepribadiannya dengan segala latar belakang dan interaksinya dengan lingkungannya. Paham dalam kamus bahaasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Hal ini berarti orang yang memiliki pemahaman akuntansi di ukur dengan menggunakan nilai mata kuliah akuntasi yaitu pengantar akuntasi, akuntansi keuangan menengah, akuntansi keuangan lanjutan, auditing, dan teori akuntansi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang menggambarkan unsur-unsur akuntansi secara umum.Melandy dan Azizah, 2006 Jadi, mahasiswa dapat dikatakan menguasai atau memahami apabila ilmu akuntansi yang diperolehnya selama ini dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat atau dengan kata lain dapat dipraktekkan didunia kerja, dan seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa yang telah dipelajari dalam hal ini mengacu pada mata kuliah akuntansi pokok. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3.2. Tujuan Pemahaman Akuntansi

Tujuan pemahaman akuntansi menurut Suwardjono 1999 dalam Praptiningsih 2009 adalah : 1. Memahamkan pengetahuan tanpa menimbulkan kekeliruan tentang arti akuntansi, artinya jangan sampai mahasiswa mempunyai wawasan yang sempit mengenai ruang lingkup akuntansi baik sebagai pengetahuan maupun sebagai bidang pekerjaan. 2. Menanamkan sikap positif terhadap pengetahuan alluntansi yang cukup luas lingkupnya, khususnya untuk mereka yang tidak mengambil jurusanakuntansi. 3. Memotivasi agar pengetahuan akuntansi dimanfaatkan dalam praktik bisnis atau organisasi lainnya yang keberhasilannya sebenarnya ditentukan oleh informasi keuangan. 2.2.4.Minat Belajar 2.2.4.1 Pengertian Minat Hurlock 1986 dalam Bintoro 2010:42 mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik kepada sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menurut Hansen 1984dalam Bintoro 2010 : 42 minat didefinisikan sebagai kesukaan atau ketidaksukaan terhadap sesuatu hal. Dengan kata lain, minat tersebut dapat dilihat berdasarkan adanya perbedaan rasa suka terhadap sesuatu hal, pekerjaan, tugas atau kegiatan. Menurut Bhatia 1977 dalam Bintoro 2010 : 42 menunjukkan bahwa minat merupakan keterlibatan perasaan seseorang terhadap suatu objek atau perasaan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dengan objek atau aktivitas, karena adanya kaitan antara individu dengan aktivitasyang disukai tersebut.

2.2.4.2 Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan Muhibin, 2009 : 63 Menurut Morgan dalam buku introduction to Psychology 1978 dalam Purwanto, 2000 : 84, mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Hillgrad dan Bower dalam buku Introduction To Psychology1978 dalam Purwanto, 2000:84, mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Witherington, dalam buku Educational Psychology dalam Purwanto, 2000:84 mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

2.2.4.3. Teori –Teori Belajar

Teori – teori yang membahas tentang belajar adalah sebagai berikut : 1. Teori Belajar Gesalt Menurut teori ini, belajar dapat diterangkan sebagai berikut. Pertama, dalam belajar pemahaman atau pengertian Insight merupakan faktor yang penting untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar pribadi atau organism memegang peranan yang sangat sentral, belajar itu tidak hanya dilakukan secara reaktif saja tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan Purwanto, 2000:101. 2. Teori Belajar Pavlon Dan Watson Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat – syarat yang kemudian menimbulkan reaksi. Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memberikan syarat – syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan – latihan yang kontinyu,yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis. Kelemahan dalam teori ini adalah reori ini menganggap bahwa belajar hanya terjadi secara otomatis,keakutan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukan. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal – hal belajar tertentu saja Purwanto, 2000:91

2.2.4.4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Purwanto 2000:102 faktor – faktor yang mempengaruhii belajar digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang ada pada diri individu itu sendiri atau dissebut faktor individual. Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu atau disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor intern yaitu faktor kematangan pertumbuhan,kecerdasan,latihan,motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga keadaan rumah uru dan cara mengajarnya, alat – alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi belajar. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.5 Lingkungan Belajar

2.2.5.1 Pengertian Lingkungan Belajar

Manusia disepanjang hidupnya tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan. Lingkungan dalam kehidupan manusia selalu mengitarinya dan terdapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Lingkungan disatu sisi dapat mempengaruhi manusia, akan tetapi di sisi yang lain manusia juga dapat mempengaruhi lingkungan. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Menurut Rohani 2004:19 dalam Johari 2006:40 perkembangan seseorang dalam hidupnya tidak pernah lepas dari adanya faktor pembawaan dan daktor lingkungan. Diantara keduanya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dalam menjadikan manusia yang berkualitas dan bercirikan keunggulan serta mempunyai karakter dan kepribadian yang baik. Berdasarkan hasil penelitian para pakar psikologi dikatakan bahwa faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik, dan reaksi inderawi. Sementara itu “Faktor lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, sikap dan nilai”. Lingkungan belajar menurut Saroni dalam Purwanti, 2009:45 adalah “segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan social, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga mahasiswa merasa kerasan di universitas dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.” Sidjabat 2009 dalam Rosyidah 2011 : menuliskan bahwa : Penelitian mengungkapkan bahawa efektivitas belajar terjadi jauh lebih besar dalam kelas kecil, dari pada dalam kelas besar lebih dari 20 peserta. Mc Keachie, dalam Teaching Tips, menyatakan bahwa dalam kelas kecil banyak keuntungan yang diperoleh. Dua diantaranya dijelaskan berikut ini : a. Kelas ukuran kecil Kelas ukuran kecil sangat baik dalam meningkatkan gairah dan kemampuan belajar mereka yang memilki motifasi rendah sebab dosen dapat menyapa masing-masing peserta secara pribadi. Dalam kelas ukuran kecil dosen meniliki kesempatan yang relatif besar untuk berinteraksi dengan peserta didiknya. Intensifnya interaksi menunjukan bahwa dosen menaruh perhatian terhadap keberadaan dan kebutuhan mereka. Rasa dihargai akan muncul dalam diri peserta didik. Sudah tentu hal demikian sangat bermanfaat bagi diri perserta didik. Sudah tentu hal demikian sangat bermanfaat bagi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tujuan yang menekankan segi-segi penerapan, analisis, sintensis, serta pemikiran krisis. Pembahasan suatu pokok bahasan secara kritis selalu dapat dilakukan secara bersama-sama. b. Kelas ukuran besar Dalam kelas ukuran besar sebaliknya dosen memiliki kesempatan yang relatif kecil untuk lebih mengenal peserta didiknya. Sering peserta didik merasa kurang terlibat atau tidak perlu terlibat dalam kegiatan diskusi. Mereka hadir kelulusan. Kelas ukuran besar juga cenderung memusatkan kegiatan mengajarnya kepada dosen. Untuk memukau perhatian peserta didik selama pengajaran berlangsung, dosen harus mengadakan persiapan yang sangat matang sehingga dapat mengemukakan ide-ide secar jelas, sistematis, di sertai contoh- contoh yang konkret. Lingkungan belajar di kampus merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi belajar individu. Menurut Hamalik dalam Sudarmanto, 2006:2 menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada dialam sekitar yang memilki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan universitas akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan mahasiswa dalam belajar, sehingga mahasiswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal. Menurut Slameto dalam Sudarmanto, 2006:2 menyatakan lingkungan yang baik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau mahasiswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Menurut Ahmad dan Uhbiyanti dalam Sudarmanto, 2006:2 lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berbeda disekitar mahasiswa dalam proses baik di rumah maupun di kelas dan universitas. Meliputi lingkungan fisik dan non fisik. Keberhasilan seorang mahasiswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar mahaiswa yang bersangkutan, didalam pendidikan mahasiswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi belajar yang tinggi, baik mahasiswa, dosen, kampus, orang tua hingga masyarakat, namun antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar, ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga mahasiswa yang rendah prestasi belajarnya. Adanya perubahan prestasi belajar mahasiswa banyak diketahui oleh berbagai faktor, prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bersumber dari dalam individu seperti kecedasan, perhatian, minat, bakat, motifasi, kematangan dan kesiapan. Faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan. Lingkungan ini terdiri dari tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan kampus, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan kampus meliputi metode belajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasisawa, relaksi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin kampus, alat pelajaran, waktu kampus dan lain-lain. Sedangakan lingkungan masyarakat meliputi keadaan mahasiswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan berbentuk kehidupan masyarakat Wahyuni, 2007:20-21 Gainen dan Locatelli dalam Farida, 2003:79 menyebutkan nilai pendidikan sebagai salah satu sistem collection, interprestasi dan penggunaan informasi mengenai karakteristik mahasiswa, lingkungan pendidikan, hasil pembelajaran dan keputusan klien terhadap kinerja mahasiswa yang meningkat serta adanya keberhasilan secara professional, dengan demikian, input yang diperoleh mahasiswa dapat menghasilkan output secar optimal sebagai salah satu indikasi kualitas skill serta adanya unsure profesinalisme DeMong, Lendgren, Jr abd Perry “Design and Assesement Program For Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Accounting”mengemukakan bahwa ada dua keahlian intelektual yang penting untuk suatu keberhasilan profesi yaitu kemampuan dalam berpikir kritis dan kreatif sehingga wajar jika seseorang yang professional akn berupaya mengetahui timbulnya permasalahan dan berupaya mencari jawabandari suatu faktor penyebab permasalahan tersebut.

2.2.6 Berpikir Kritis

2.2.6.1 Pengertian Berpikir Kritis

Harsanto 2005, dalam Harnandita, 2008 menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah salah satu cara menjadi orang kritis, dimana diperlukan pikiran yang terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya. Ia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa keputusan itu diambil. Hal ini tidak jauh berbeda dengan defisini berpikir kritis yang dikemukakan oleh Santrock 2003 yaitu berpikir kritis adalah penggalian makna atas suatu masalah secara lebih mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda, dan menetapkan untuk diri sendiri hal-hal yang akan di yakini atau dilakukan. Tahun 1909 John Dewey mengemukakan istilah reflective thinking yang pada saat ini dikenal dengan sebutan kritis. Menurutnya pada dasarnya berpikir kritis adalah active process harus dipikirkan, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dipertanyakan dan dicari informasinya secara mandiri, persistan and careful tidak langsung loncat kesimpulan tetapi dipikirkan terlebih dahulu, dan ground which support dipikirkan alasan mempercayai sesuatu serta implikasikan dengan demikian keterampilan menalar adalah elemen kunci berpikir kritis Nurfitri, 2008 Berdasarkan berbagai definisi yang telah disebutkan, makna maka dapat disimpulkan bahwa definisi berpikir kritis adalah kecenderungan dan kemampuan seorang untuk membuat dan menilai kesimpulan berdasarkan bukti yang ada dari sebuah informasi, yang dijadikan dasar untuk memutuskan tindakan atau hal-hal yang diyakini.

2.2.6.2 Kharateristik Pemikir Kritis

Berikut ini adalah indikator berpikir kritis yang disebutkan oleh Wage 1995 adalah : 1. Kegiatan merumuskan pertanyakan 2. Menguji data-data 3. Membatasi permasalahan 4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias 5. Menghindari pertimbangn yang sangat emosional 6. Menghindari penyederhanaan berlebihan 7. Memperimbangkan berbagai interprestasi 8. Mentoleransi ambiguitas Achmad, 2007 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.6.3 Cara Berpikir Kritis

Berpikir kritis bukan hanya berpikir logis dan analistis, tetapi juga rasional dan obyektif. Agar menjadi seorang yang berpikir kritis, ada lima langkah yang harus dilalui, yaitu : 1. Mempunyai sikap berpikir kritis 2. Mengenali dan menghindari hambatan berpikir kritis 3. Mengidentifikasi argument 4. Mengevaluasi sumber informasi 5. Mengevaluasi argument Nurfitri, 2008:29

2.2.6.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

Dalam Harnandita 2008, faktor-faktor yang mempengaruhi berpikr kritis antara lain : 1. Keluarga Keluarga mempunyai pengaru yang sangat kuat terhadap perkenbangan anak terutama pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar dan berpikir kritis. Keluarga sebagai kelompok social terkecil dari masyarakat berfungsi sebagai tempat pendidikan yang paling utama. Dengan adanya perhatian dari orang tua, suasana rumah yang damai, aman, dan sejahtera akan mendukung minat belajar dan hasil belajar serta menunjang anak untuk berpikir kritis. Sebaliknya apabila suasana rumah kacau akan mengakibatkan minat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. belajar dan hasil belajar yang buruk serta berpikiran kritis yang tidak berkembang dan cenderung pasif. 2. Lingkungan sekolah Sekolah ikut membantu dalam membimbing anak agar berhasil dalam kehidupannya. Sekolah dalam hal inibukan hanya tergantung dari faktor guru, anak dan gedung tetapi semua faktor yang ada dalma menunjang berhasilnya pendidikan anak, pembagian jam pekajaran dan disiplin sekolah. 3. Lingkungan budaya Lingkungan budaya mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan mengembangkan pikiran kritis dan aktif dapat menjadi faktor pendukung pengajaran dalam konteks ini termasuk system nilai norma dan adat kebiasaan. 4. Lingkungan individu Lingkungan individu meliputi individu-individubsebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu lainnya. Lingkunganini juga dapat mempengaruhi proses belajar dan perkembangan pikiran aktif untuk berpikir kritis.

2.2.6.5 Manfaat Berpikir Kritis

Elder Paul 1996 menyebutkan bahwa berpikir kritis dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa, baik dalam hal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pemahaman materi maupun pemanfaatannya dalam kehidupan sehari- hari. Manfaatnya adalah : 1. Mempelajari suatu materi seccara mendalam dan lebih bertahan lama 2. Mampu menjelaskan dam mengaplikasikan apa yang telah dipelajari 3. Dapat menghubungkan materi yang dipelajari antara mata kuliah 4. Peningkatan kuantitas dan kualitas pertanyaan di ruang kuliah 5. Memahami suatu materi dengan lebih baik 6. Mengikuti arahan dosen dengan lebih baik 7. Pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang disampaikan dosen 8. Meningatkan kemampuan menulis siswa 9. Mampu mengaplikasikan hal-hal yang telah dipelajari dikampus dalam kehidupan sehari-hari 10. Meningkatkan motifasi belajar mahasiswa 11. Mampu berkembang secara progresif saat proses pembelajaraan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.6.6 Berpikir Kritis Pada Remaja

Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan sehari-hari seorang remaja, baik di dalam maupun di ruang kuliah. Berikut ini adalah berpikir kritis yang diperlukan oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari: 1. Mencari dimaana keberadaan bukti terbaik bagi subyek yang didiskusikan 2. Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argumentan- argumen yang berbeda 3. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan 4. Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengaran kesimpulan yang telah ditetapkan berdasarkan bukti-bukti yang mendukungnya 5. Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan makna dari argument yang disampaikan 6. Menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argument tersebut Sembel, 2008 2.2.7. Pengaruh Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 2.2.7.1. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer 2001, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka terhadap objek, subjek atau aktifitas tersebut maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu menolak menerima. Jika ia menerima berarti ia berminat dan jika menolak berarati ia tidak CVF VCberminat. Besar kecilnya minat seseorang terhadap tugas tadi, karena motivasi, efisiensi, gerak dan kepuasan kerja, akan didapat apabila pekerjaan tersebut sesuai dengan lapanga yang diminatinya. Minat yang berbentuk perhatian yang intens tadi merupakan suatu reaksi organism, baik yang tampak nyata maupun yang imajiner, yang disebabkan karena rasa suka terhadap suatu objek tertentu. Minat ini mempunyai kecenderungan mempengaruhi perilaku individu dalam aktivitas retentu Guilford,1956. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa minat belajar dalam diri individu mahasiswa sangat penting bagi kesuksesan yang akan di capai juga dalam pemahaman akuntansi. Mahasiswa yang mempunyai minat belajar terhadap suatu objek atau akuntansi khususnya akuntansi keuangan berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai.

2.2.7.2. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Pemahaman Akuntansi

Lingkungan mempengaruhi pemahaman akuntansi dalam berkonsentrasi untuk belajar. Pelajar akan memaksimalkan kemapuan dan konsentrasinya dan dapat memaksimalkan konsentrasi, mereka mampu menggunakan kemampuan pada saat suasana yang tepat. Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif, dimana sebuah lingkungan sesuai dengan kebutuhan para pelajar. Semakin mahasiswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mahasiswa tersebut mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin mudah mahasiswa mempelajari informasi baru DePorter Hernacki, 2001:81. Dengan demikian ada pengaruh positif antara kebiasaan belajar dengan pemahaman akuntasi.

2.2.7.3. Pengaruh Berpikir Kritis Terhadap Pemahaman Akuntansi

Berpikir kritis memerlukan pikiran terbuka, jelas dan berdasarkan fakta seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan atas pilihan putusan yang diambilnya. Pengembangan berpikir kritis merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara menyeluruh, tidak hanya membantu mahasiswa memperoleh pengetahuan, tetapi yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. terpenting adalah menjamin mahasiswa dapat berfikir efektif Nurfitri, 2008.Menurut freud, dalam diri seseorang terdapat tiga hal penting yang saling berhubungan dan berlawanan konflik. Ego yang berfungsi sebagai penengah merupakan gambaran dari seseorang mengenao suatu keyakinan fisik dan sosial. Sehingga ia beperan dalam memilih tindakan yang memberi keputusan tanpa menimbulkan akibat yang tidak sesuai dengan hati. Menurut Santrock dalam Wardani, 2003 berpikir kritis memerlukan pikiran yang terbuka jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberikan alasan atas pilihan putusan yang diambilnya. Mahasiswa seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Dengan penerapan cara berpikir kritis, diharapkan mahasiswa mampu memahami materi terlebih dahulu dan berpikir aktif terhadap materi-materi yang diberikan oleh pengajarsehingga dapat menambah peningkatan pemahaman akuntansinya. Dengan demikian terdapat pengaruh positif antara berpikir kritis dengan pemahaman akuntansi pada mahasiswa.

2.2.7.4. Pengaruh Minat Belajar, Lingkungan Belajar, Berpikir Kritis Terhadap Pemahaman Akuntansi.

Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer 2001, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka terhadap objek, subjek atau aktifitas tersebut maka ia akan menolaknya. Lingkungan mempengaruhi pemahaman akuntansi dalam berkonsentrasi untuk belajar. Pelajar akan memaksimalkan kemapuan dan konsentrasinya dan dapat memaksimalkan konsentrasi, mereka mampu menggunakan kemampuan pada saat suasana yang tepat. Menurut Santrock dalam Wardani, 2003 berpikir kritis memerlukan pikiran yang terbuka jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberikan alasan atas pilihan putusan yang diambilnya. Mahasiswa seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Dengan penerapan cara berpikir kritis, diharapkan mahasiswa mampu memahami materi terlebih dahulu dan berpikir aktif terhadap materi-materi yang diberikan oleh pengajar sehingga dapat menambah peningkatan pemahaman akuntansinya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Minat Belajar, Lingkungan Belajar, Berpikir Kritis berpengaruh Terhadap Pemahaman Akuntansi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3. Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

PENGARUH MOTIVASI, KEBIASAAN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

1 5 100

PENGARUH MEDIA PENDIDIKAN, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

1 3 107

PENGARUH MOTIVASI, KETERAMPILAN SOSIAL, MINAT BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

1 1 92

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN MINAT BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA AKUNTANSI AKTIVIS ORGANISASI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

0 1 125

PENGARUH PENGENDALIAN DIRI, MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

6 11 111

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS, DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur).

0 0 112

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

0 3 135

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS, DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur) SKRIPSI

0 0 25

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR SKRIPSI

0 0 24

PENGARUH MEDIA PENDIDIKAN, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur) SKRIPSI

0 0 25