mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Tarwaka 2004 mengatakan bahwa kelelahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak
sesuai dengan antropometri pemakaiannya, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat yang
keseluruhan ini biasa terjadi pada akhir jam kerja. Grandjean dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L 2004 menjelaskan
bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan
diluar tekanan. Adapun faktor-faktor penyebab kelelahan tersebut, yaitu: a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
b. Lingkungan c.
Circadian rhythm d. Problem fisik
e. Kenyerian dan kondisi kesehatan, dan f. Nutrisi
Kondisi kerja yang berulang-ulang repetitive dapat menimbulkan suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan itu
sendiri dikategorikan sebagai kelelahan. Pembebanan otot secara statis dalam
Universitas Sumatera Utara
waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI Repetition Strain Injuries yaitu nyeri otot, tulang, dan tendon yang diakibatkan karena jenis pekerjaan yang
bersifat berulang atau repetitive. Suasana kerja dengan otot statis dapat menyebabkan aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan
merngakibatkan kelelahan otot lokal Eko Nurmianto, 2004. Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan
kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah Suma’mur P.K., 1996. Sebabnya ialah adanya tanggung
jawab, kecemasan dan konflik. Anoraga 2009 mengemukakan bahwa kelelahan pada umumnya ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik,
monoton dan berulang-ulang repetitif. Green 1992 menambahkan bahwa kelelahan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik-konflik
mental, monotomi pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk.
1.3. Gejala Kelelahan