45
Menurut Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 03VPB2010 nomor 14 tahun 2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya pasal 1 menyebutkan bahwa guru bimbingan dan konseling atau
konselor adalah guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab, serta wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah pendidik. Pendapat lain menyatakan bahwa “konselor adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu S-1 program studi
Bimbingan dan Konseling dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Konselor P
PK” Departemen Pendidikan Nasional 2008: 235. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah tenaga pendidik profesional yang berkualifikasi strata satu S1 program studi
bimbingan dan konseling dan menyelesaikan program Pendidikan Profesi Konselor PPK dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan
tenaga kependidikan terakreditasi yang memiliki tugas dan tanggung jawab, serta wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan
dan konseling terhadap sejumlah pendidik.
2. Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Menurut Van Hoose Kottler, 1985: 3, “etik secara umum didefinisikan sebagai ilmu filsafat mengenai tingkah laku manusia dan
pengambilan keputusan moral Sarono, Kepala pusat pengembangan dan
46
pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan jasmani dan bimbingan dan konseling, hal 51.
Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap tenaga profesi dalam menjalankan tugas profesi dan dalam
kehidupannya di masyarakat Sarono, Kepala pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan jasmani dan
bimbingan dan konseling, hal 67. Dijelaskan pula oleh Mamat Supriatna 2010: 15, bahwa “kode etik profesi adalah regulasi dan norma perilaku
profesional yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di dalam masyarakat”.
Norma-norma itu berisi apa yang tidak boleh, apa yang seharusnya dilakukan, dan apa yang diharapkan dari tenaga profesi.
Berdasarkan kedua pengertian kode etik profesi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi konselor adalah norma perilaku
konselor yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di dalam masyarakat.
Kode etik profesi konseling meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki kewenangan dan kewajiban tenaga profesi serta
cara-cara pelaksanaan layanan yang dilakukan dalam kegiatan profesi. Penegakan dan penerapan kode etik profesi bertujuan untuk
menjunjung tinggi martabat profesi, melindungi masyarakat dari perbuatan malpraktik, meningkatkan mutu profesi, menjaga standar mutu dan status
47
profesi, dan menegakkan ikatan antara tenaga profesi dan profesi yang disandangnya Mamat Supriatna, 2010: 15.
Kode etik bagi seorang konselor adalah sebagai berikut menurut Sarono hal 67:
1 Memberikan pedoman etismoral berperilaku waktu mengambil keputusan bertindak menjalankan tugas profesi konseling;
2 Memberikan perlindungan kepada klien individu pengguna; 3 Mengatur tingkah laku pada waktu menjalankan tugas dan
mengatur hubungan konselor dengan klien, rekan sejawat dan tenaga-tenaga profesional yang lain, atasan, lembaga tempat
bekerja jika konselor adalah pegawainya, dan masyarakat;
4 Memberikan dasar untuk melakukan penilaian atas kegiatan profesional yang dilakukannya;
5 Menjaga nama baik profesi terhadap masyarakat public trust dengan mengusahakan standar mutu pelayanan dengan
kecakapan tinggi dan menghindari perilaku tidak layak atau tidak patutpantas;
6 Memberikan pedoman berbuat bagi konselor jika mengahadapi dilema etis;
7 Menunjukkan kepada
konselor standar
etika yang
mencerminkan pengharapan masyarakat. Berbeda dengan uraian dari Ikatan Konselor Indonesia IKI,
bahwa dasar kode etik profesi konseling di Indonesia adalah a Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha pelayanan terhadap
sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab, dan b tuntutan profesi, mengacu kepada kebutuhan
dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma yang berlaku. Dapat disimpulkan bahwa setiap profesi memiliki norma-norma
yang harus ditaati, termasuk konselor atau guru bimbingan dan konseling. Norma-norma yang harus ditaati oleh konselor yaitu berperilaku baik
waktu mengambil keputusan; melindungi klien peserta didik, menjalin
48
hubungan baik dengan peserta didik, rekan sejawat dan tenaga-tenaga profesional yang lain, memberikan dasar untuk melakukan penilaian atas
kegiatan profesional yang dilakukannya, menjaga nama baik, menjadi teladan yang baik, menunjukkan kepada konselor standar etika yang
mencerminkan pengharapan masyarakat, dimana hal-hal tersebut mengacu pada pancasila dan tuntutan profesi.
3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling