28
Asesmen memiliki kedudukan sebagai dasar penetapan program layanan bimbingan dan konseling Departemen Pendidikan Nasional,
2008. Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen maupun kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek
yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program. Berdasarkan hal tersebut, Gantina Komalasari, dkk. 2011, 19-20 memaparkan asesmen
berfungsi sebagai dasar penetapan program layanan bimbingan dan konseling untuk : 1 membantu melengkapi dan mendalami pemahaman
tentang peserta didik, 2 merupakan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan koseling terlaksana lebih
cermat dan berdasarkan data empirik lapangan, dan 3 sebagai salah satu sarana yang digunakan dalam membuat diagnosis yang kologis.
4. Etika Penggunaan Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
Seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling bila akan menggunakan asesmen perlu memperhatikan serta mentaati kode etik yang
telah ditetapkan. Saat konselor atau guru bimbingan dan konseling memutuskan untuk memilih dan menggunakan asesmen dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu 1 keefektifan alat asesmen andal dan tepat guna, 2 tanggung jawab
pengguna memilih,
menggunakan, skoring,
interpretasi, dan
menggunakan hasil, dan 3 menegakkan kerahasiaan data Gantina Komalasari, dkk, 2011: 21.
29
Menurut Mamat Supriatna 2011: 231 ada sejumlah ataran atau ketentuan terkait dengan pengembangan, penggunaan, penafsiran dari
setiap asesmen yang dikembangkan. Aturan tersebut adalah 1 siapa yang berkah menggunakan instrumen asesmen, 2 pelaksanaan pemberian
asesmen harus memperhatikan kondisi konseli, 3 kapan instrumen diberikan, 4 cara mengkomunikasikan hasil, 5 kerahasiaan hasil, dan
6 sikap dalam memperlakukan hasil. Etika penggunaan asesmen dalam bimbingan dan konseling, ABKIN
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia telah merumuskan kode etik testing, yaitu suatu jenis tes yang hanya boleh diberikan oleh konselor
yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Adapun wewenang yang dimaksud yaitu sebagai berikut :
a. Testing dilakukan apabila dibutuhkan data yang lebih luas tentang sifat atau ciri kepribadian peserta didik untuk kepentingan pelayanan
b. Konselor atau guru bimbingan dan konseling wajib memberikan orientasi yang tepat kepada peserta didik dan orang tua mengenai
alasan digunakannya tes disamping arti luas dan kegunaannya c. Penggunaan jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman dan
petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut d. Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang
telah diperoleh dari peserta didik sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib diperlakukan setara dengan data dan
informasi lain tentang konseli
30
e. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada peserta didik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti setuju dengan pendapat Mamat Supriatna 2011: 231 bahwa aturan maupun ketentuan dalam
pengembangan, penggunaan, penafsiran dari setiap asesmen yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Siapa yang berhak menggunakan instrumen asesmen Instrumen asesmen yang telah dikembangkan biasanya memiliki
kekhususan, termasuk siapa yang dapat menggunakan instrumen tersebut. Orang yang dapat menggunakan dan mengoperasikan suatu
program adalah orang terlatih atau orang yang memiliki kualifikasi tertentu.
b. Pelaksanaan pemberian asesmen harus memperhatikan kondisi konseli Pemberian asesmen harus ditujukan untuk kepentingan dan kebutuhan
peserta didik. Pemberian asesmen juga harus memperhatikan kondisi peserta didik dan kecocokan instrumen dengan tujuan yang
dikehendaki. Tester harus memperhatikan jumlah testi, kapasitas ruangan, dan lain-lain.
c. Kapan instrumen diberikan Instrumen diberikan disesuaikan dengan waktu pelakasanaan dan
tujuan pengetesan. Hal ini sangat berpengaruh jika saat waktu pelaksanaan berlangsung tetapi konseli tidak dapat hadir.
d. Cara mengkomunikasikan hasil
31
Hasil asesmen harus diberitahukan kepada konseli, artinya konseli harus tahu dan memahami hasil asesmen yang sudah dilaksanakan.
Hasil asesmen dapat diberitahukan kepada pihak lain selain konseli dengan aturan tersendiri.
e. Kerahasiaan hasil Hasil asesmen akan menyangkut diri seseorang karena itu sampai
batas-batas tertentu harus dirahasiakan oleh guru bimbingan dan konseling. Dalam situasi yang berbeda, seperti seseorang dihadapkan
dengan hukum dan pihak tertentu yang memerlukan data tersebut, maka menjadi kewajiban bagi guru bimbingan dan konseling untuk
memberikannya. f. Sikap dalam memperlakukan hasil
Hasil asesmen bukanlah segalanya mengenai peserta didik. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pada setiap instrumen asesmen dan
kekhususan penggunaan yang dimiliki setiap instrumen asesmen.
5. Pemanfaatan Hasil Asesmen