31
Hasil asesmen harus diberitahukan kepada konseli, artinya konseli harus tahu dan memahami hasil asesmen yang sudah dilaksanakan.
Hasil asesmen dapat diberitahukan kepada pihak lain selain konseli dengan aturan tersendiri.
e. Kerahasiaan hasil Hasil asesmen akan menyangkut diri seseorang karena itu sampai
batas-batas tertentu harus dirahasiakan oleh guru bimbingan dan konseling. Dalam situasi yang berbeda, seperti seseorang dihadapkan
dengan hukum dan pihak tertentu yang memerlukan data tersebut, maka menjadi kewajiban bagi guru bimbingan dan konseling untuk
memberikannya. f. Sikap dalam memperlakukan hasil
Hasil asesmen bukanlah segalanya mengenai peserta didik. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pada setiap instrumen asesmen dan
kekhususan penggunaan yang dimiliki setiap instrumen asesmen.
5. Pemanfaatan Hasil Asesmen
Pada bagan 1. dapat dilihat bahwa asesmen dilakukan untuk mengetahui kondisi peserta didik dan kondisi lingkungan. Berbagai
informasi yang diperoleh dari hasil asesmen dapat digunakan sebagai dasar dalam merencanakan program, melakukan konseling, atau menentukan
layanan yang tepat untuk peserta didik. Terkait dengan hasil asesmen, konselor atau guru bimbingan dan konseling harus memperhatikan etika
penyimpanan dan penggunaannya.
32
Hasil asesmen khususnya mengenai peserta didik yang kemudian dalam kode etik profesi konseling disebut sebagai catatan tentang diri
konseli yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan konseli Gantina Komalasari, 2011: 21-22. Data atau
informasi tersebut dapat digunakan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor, dengan catatan dijamin kerahasiaan identitas konseli.
Informasi tentang konseli tersebut juga dapat disampaikan guru bimbingan dan konseling kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain atas dasar
persetujuan konseli. Di samping itu, keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang
menafsirkan dan menggunakannya. Informasi melalui asesmen yang telah dikumpulkan digunakan untuk menunjang keputusan-keputusan dan
tindakan Mamat Supriatna, 2011: 78. Menurut Korchin Sutardjo A Wiranihardja, 2004 asesmen dibutuhkan untuk membuat keputusan yang
didasari informasi yang dapat diandalkan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan hahwa
hasil asesmen dapat dimanfaatkan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor, membuat dan menunjang keputusan serta tindakan didasari
informasi yang dapat diandalkan.
6. Macam-macam Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling
Asesmen dalam bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua, yaitu asesmen teknik nontes dan asesmen teknik tes. Berikut akan dijelaskan
kedua teknik asesmen tersebut.
33
a. Teknik nontes Asesmen teknik nontes paling banyak digunakan guru bimbingan
dan konseling.
Prosedur perancangan,
pengadministrasian, pengolahan, analisis, dan penafsirannya relatif lebih sederhana sehinga
mudah untuk dipahami dan dipelajari. Berbagai bentuk asesmen teknik nontes yang selama ini sering digunakan antara lain pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket, daftar cek masalah, sosiometri, alat ungkap masalah umum, alat ungkap masalah belajar,
inventori tugas perkembangan, dan lain-lain Gantina Komalasari, dkk., 2011: 22. Penjelasan lebih lanjut mengenai instrumen dalam
teknik non tes dijelaskan oleh S. Eko Putro Widoyoko 2013: 101 bahwa instrumen non tes pada umumnya berupa angket, panduan
wawancara dan panduan observasi. Anwar Sutoyo 2012, 79-218 menyebutkan bahwa teknik nontes
dalam pengumpulan data terdapat lima teknik yaitu teknik observasi, daftar cek dan daftar cek masalah, interviu atau wawancara, angket dan
skala psikologis, serta teknik sosiometri. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa terdapat beberapa macam asesmen teknik nontes yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut :
1 Wawancara
34
Wawancara atau interviu dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan cara tanya-jawab lisan yang dilakukan secara
sistematis dengan tujuan untuk mencapai tujuan. 2 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja terhadap gejala-gejala
yang diselidiki. 3 Angket
Angket merupakan salah satu alat pengumpul data dalam asesmen nontes yang berupa sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis
yang diajukan pada responden berkaitan dengan diri responden. 4 Daftar cek masalah
Daftar cek masalah merupakan skala atau seperangkat daftar pernyataan kemungkinan masalah yang disusun untuk mengukur
dan merangsang masalah yang pernah atau sedang dialami individu.
5 Sosiometri Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola dan
struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. 6 Alat ungkap masalah umum
AUM umum merupakan alat ungkap masalah umum yang dibentuk dalam lima format, yaitu: format 1 untuk mahasiswa, format 2
35
untuk SLTA, format 3 untuk SLTP, format 4 untuk SD, format 5 untuk masyarakat.
7 Alat ungkap masalah belajar Alat ungkap masalah belajar atau sering disebut sebagai AUM
PTSDL merupakan alat ungkap masalah yang akan menghasilkan mutu kegiatan belajar dan masalah belajar.
8 Inventori tugas perkembangan Inventori tugas perkembangan ITP merupakan suatu instrumen
yang digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan individu. 9 Skala psikologis
Skala psikologis dipandang sebagai alat ukur yang memiliki karakteristik khusus.
b. Teknik tes Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, maupun tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
perilaku atau memperoleh informasi tentang atribut dari orang yang dites tersebut Mamat Supriatna, 2011: 203-204. Tes juga merupakan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran yang mana alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek
S. Eko Putro Widoyoko, 2013: 50. Teknik tes ini hanya digunakan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling tertentu yang telah
memiliki sertifikasi untuk menggunakan teknik tes psikopedagogis
36
Gantina Komalasari, dkk., 2011: 22. Teknik tes untuk mengukur prestasi belajar ataupun mengungkap aspek psikologis dapat dibedakan
dalam dua jenis Mamat Supriatna, 2011: 204-205, yaitu sebagai berikut:
1 Power test
Prinsip utama power test adalah tidak adanya pembatasan waktu yang ketat bagi testi dalam mengerjakan tes tersebut. Perkiraan waktu dalam
mengerjakan tes diperkirakan akan menyebabkan testi menjadi tidak dapat menunjukkan seluruh kemampuannya. Para ahli berpendapat
bahwa suatu tes dapat dianggap sebagai power test atau tes kemampuan jika sebagian besar testi dapat menyelesaikan dalam
waktu yang sudah ditetapkan atas dasar kemampuan kebanyakan orang. Tes prestasi yang dibuat oleh guru pada umumnya berupa tes
kemampuan power test. 2 Speed test
Dalam tes ini yang diukur adalah kecepatan memikirkan atau mengerjakan suatu persoalan. Itulah yang menyebabkan tes ini disebut
speed test atau tes kecepatan. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan seseorang dalam mengerjakan tes, maka semakin bagus pula
kemampuan seseorang. Biasanya model ini lebih banyak digunakan dalam tes bakat dan tes kecerdasan.
37
7. Cara Mengungkap Konsep dan Praksis Asesmen dalam Bimbingan