Etos Kerja Variabel Tergantung

38 Peneliti pun menyimpulkan dari faktor-faktor yang dipaparkan diatas bahwa faktor yang mempenharuhi kemunculan dari ketidakamanan kerja adalah perubahan dalam organisasi, role ambiguity, locus of control, karakteristik demografis, dan karakteristik pekerjaan.

B. Variabel Tergantung

1. Etos Kerja

a. Definisi Etos Kerja Seorang karyawan selain meningkatkan kinerja di dalam perusahaan, hendaknya memunculkan etos kerja untuk menunjang kinerja sehingga menjadi lebih baik serta meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pemikirian mengenai etos kerja pada mulanya muncul pada akhir abad 20an oleh Max Weber yang menjelaskan bahwa etos kerja berasal dari kata etos yang artinya bertindak rasional, berorientasi pada kesuksesan, tidak mengumbar kesenangan, hemat, dan bersahaja Sinamo, 2013. Secara etimologis, etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti adat istiadat atau kebiasaan Sinamo, 2013. Geertz dalam Saputra 1996 menjelaskan bahwa etos adalah sikap mendasar terhadap diri dan dunia dan etos merupakan aspek evaluatif yang bersifat menilai. Lubis 2008 menilai etos merupakan sebuah pemahaman dan keyakinan terhadap nilai mendasar yang mempengaruhi hidup manusia, menjadi prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang unik pada sekelompok orang dengan budaya dan keyakinan yang sama. Makna etos terdapat di berbagai hal salah satunya adalah etos kerja. Definisi dari etos kerja atau semangat kerja merupakan sikap yang muncul atas kehendak sendiri dan karakteristik pribadi yang dipengaruhi oleh budaya Saputra, 1996. Berbeda dengan Anoraga 39 2009 dalam Lubis 2008 yang menjelaskan bahwa etos kerja adalah pandangan dan sikap suatu umat terhadap kerja. Menurut Sunarsa, Made, Ketut 2013 di dalam jurnalnya menyebutkan bahwa etos kerja adalah sikap terhadap kerja, sehingga dalam diri seseorang akan menyikapi paradigma kerja menjadi positif, dan negatif serta tinggi, dan rendah. Menurut Soekaji dalam Sukiyah 2010 mendefinisikan etos kerja sebagai norma dan penilaian seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Etos kerja didefinisikan beragam oleh berbagai sumber. Definisi etos kerja menurut bapak etos kerja Indonesia, Jansen Sinamo 2013 menjelaskan bahwa etos kerja merupakan seperangkat perilaku kerja yang bernilai positif dan memiliki mutu yang tinggi, yang berdasarkan pada kesadaran diri dan keyakinan yang kuat terhadap konsep utama dari suatu pekerjaan yang holistik. Pada sebuah perusahaan, etos kerja pada dasarnya memiliki perbedaan dengan etika kerja, bahkan ada yang menyebutkan etos kerja dan etika kerja adalah sama Djajendra, 2013. Etika kerja mudah dimengerti oleh karyawan yang bekerja di suatu perusahaan, karena terkait dengan hal-hal penting dalam menjalankan sebuah perusahaan, memiliki petunjuk yang detail dan kode etik yang jelas serta dapat dengan mudah diukur dan diawasi. Etos kerja memiliki ukuran interpretatif atas nilai perusahaan, semangat kerja dengan sepenuh hati Djajendra, 2013. Berdasarkan definisi dari etos kerja yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan definisi etos kerja yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini mengacu pada teori etos kerja dari Jansen Sinamo 2013 yaitu perilaku seseorang yang memiliki kualitas dalam 40 bekerja dan penuh kesadaran diri tentang konsep dari suatu pekerjaan serta memiliki semangat terhadap pekerjaan dan keyakinan yang kuat terhadap konsep utama dari suatu pekerjaan. b. Dimensi Etos Kerja Sinamo 2013 menjelaskan bahwa terdapat delapan dimensi dari etos kerja yang disebut sebagai delapan etos kerja profesional yaitu, 1 Kerja adalah rahmat Bekerja dengan tulus dan penuh rasa syukur. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja merupakan berkah atau rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam bekerja hendaknya selalu bersyukur, tidak menghitung untung ataupun rugi, dan bekerja dengan tulus ikhlas. 2 Kerja adalah amanah Bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja merupakan sebuah ikatan moral yang harus dilaksanakan penuh tanggung jawab dengan baik dan benar. 3 Kerja adalah panggilan Bekerja sampai tuntas dan penuh integritas. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja merupakan panggilan suci dari dalam diri sesuai kemampuan yang dimiliki. Dalam melaksanakan kerja diharuskan sampai tuntas agar membangun integritas dalam diri. 4 Kerja adalah aktualisasi Bekerja keras dan penuh semangat. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja merupakan mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Aktualisasai adalah 41 proses dari mengubah potensi menjadi realita kemudian menjadi kinerja dan menjadi sebuah prestasi. 5 Kerja adalah ibadah Bekerja dengan serius dan penuh kecintaan. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja merupakan harus dilakukan layaknya seperti beribadah; taat, dan penuh kecintaan terhadap pekerjaan. 6 Kerja adalah seni Bekerja dengan cerdas dan penuh kreativitas. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja merupakan pengembangan dari diri seseorang dalam bekerja dalam menumbuhkan kesenian dalam bekerja sehingga memunculkan gairah dalam bekerja yang dapat meningkatkan produktivitas kerja. 7 Kerja adalah kehormatan Bekerja dengan tekun dan penuh keunggulan. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja dapat meningkatkan suatu kehormatan bagi seseorang. Maka seseorang hendaknya bekerja dengan penuh ketekunan agar mencapai kehormatan dalam bekerja. 8 Kerja adalah pelayanan Bekerja secara paripurna dan penuh kerendahan hati. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa kemuliaan datang dari pelayanan yang dilakukan seseorang dalam bekerjaan. Sehingga seseorang yang bekerja hendaknya selalu rendah hati dalam memberikan suatu layanan dalam bekerja. 42 c. Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja yaitu: 1 Agama Dasar pemikiran diawali pada tahun 1905 oleh Max Weber dalam Sinamo 2013 menemukan hubungan hubungan yang rasional antara etos kerja dan suatu masyarakat Protestan di Eropa. 2 Budaya Menurut Samuel Huntington pada tahun 1997 dalam Sinamo 2013 menyebutkan bahwa pada tahun 1960-an data-data ekonomi dan pendapatan per-kapita antara penduduk Korea Selatan dengan penduduk Ghana relatif sama serta tingkat kesejahteraan pun sama. Tetapi 30 tahun kemudian kedua Negara tersebut sangat berbeda dalam hal pertumbuhan ekonomi. Sehingga Huntington menyebutkan satu-satu nya alasan adalah perbedaan budaya. Sependapat dengan Huntington, Kahl 1968 dalam Saputra 1996 menyebutkan kaitan antara etos kerja dengan nilai budaya sangat erat sekali. Etos kerja individu atau suatu kelompok masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai budaya yang berlaku. Secara fungsional sistem nilai budaya mendorong individu untuk berprilaku seperti apa yang ditentukan. 3 Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu faktor dari kemunculan etos kerja. Menurut Widigdo 2010 tidak terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara wanita dan pria. Secara khusus sekalipun terdapat perbedaan etos kerja antara wanita dan pria, hal ini juga tidak terlalu signifikan. 43 4 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan memberikan kontribusi dalam memunculkan etos kerja. Fatmawati 2013 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat perbeedan etos kerja ditinjau dari tingkat pendidikannya. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka etos kerja yang dimunculkan akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. 5 Masa kerja Masa kerja seseorang juga berpengaruh terhadap etos kerja yang dimunculkan. Fatmawati 2013 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat perbedaan etos kerja ditinjau dari masa kerjanya. Masa kerja yang rendah cenderung memunculkan etos kerja yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Peneliti pun menyimpulkan dari faktor-faktor yang dipaparkan diatas bahwa faktor yang mempenharuhi kemunculan dari etos kerja adalah agama, budaya, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja.

C. Dinamika Antar Variabel