Teori Konsep dan Teori 1. Konsep

Musik kelompok Sumatera Incidental Music biasanya diaransemen oleh Hendri Perangin Angin dan dalam latihan kerap ada perubahan dari struktur musik dari aransemen Hendri Perangin Angin dikarenakan adanya masukan dari anggota yang lain untuk mengubah aransemen musik tersebut. Hendri Perangin Angin ditunjuk sebagai ketua atas keputusan bersama dan sebagai pertimbangan Hendri Perangin Angin adalah salah satu pendiri dari Sumatera Incidental Music sekaligus sebagai pemilik sebagian besar instrumen musik yang di gunakan grup Sumatera Incidental music baik itu saat latihan maupun pada saat sedang melakukan pertunjukan.

1.4.2. Teori

Dalam membahas secara lebih detail pengelolaan organisasi, pertunjukan, dan struktur musik Sumatera Incidental Music, penulis menggunakan beberapa teori. Diantaranya adalah teori untuk mengkaji seni pertunjukan digunakan teori semiotika. Teori semiotika digunakan penulis dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika adalah Perdinan de Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Peirce, seorang Filosof dari Amerika Serikat . Saussure melihat bahasa sebagai system yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi sound image atau signifier yang berhubungan dengan konsep signified. Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Peirce juga menginterpertasikan bahasa sebagai system lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: 1 representatum, 2 pengamat interpretani, dan 3 objek. Dalam kajian kesenian Universitas Sumatera Utara berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Dalam hal ini penulis menggunakan Sumatera Incidental Music sebagai objek penelitian, yang mana penulis akan membahas bagaimana Sumatera Incidental Music mengkomunikasikan musik melalui simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, dua pakar pertunjukan budaya Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis dari Perancis mengaplikasikannya dalam pertunjukan. Kowzan menawarkan 13 sistem lambang dari sebuah pertunjukan yaitu kata-kata, nada bicara, mimik, gestur, gerak, make- up, gaya rambut, kostum, properti, setting, lighting, musik, dan efek suara. Sedangkan Pavis dalam Murgianto, 1996 menyusun daftar pertanyaan yang lugas dan diteil untuk mengkaji sebuah pertunjukan yaitu 1 diskusi umum tentang pertunjukan, 2 skenografi, 3 system tata cahaya, 4 properti panggung, 5 kostum, 6 pertunjukan, 7 fungsi music dan efek suara, 8 tahapan pertunjukan, 9 interpretasi cerita dalam pertunjukan, 10 teks dalam pertunjukan, 11 penonton, 12 mencatat produksi pertunjukan secara teknis dan imaji apa yang menjadi fokus, 13 apa yang tidak dapat diuraikan dari tanda- tanda pertunjukan, 14 masalah-masalah khusus yang perlu dijelaskan. Kemudian untuk mengkaji tentang pengelolaan organisasi penulis juga menggunakan teori yang dikemukakan oleh George R. Terry dan Leslie W. Rue dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Manajemen, yang mengatakan: Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang- orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya Universitas Sumatera Utara adalah ”managing” –pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manajer. Sedangkan menurut H.B. Siswanto dalam bukunya pengantar Manajemen disebutkan juga bahwa: Manajemen adalah Ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan yang spesifikasinya meliputi perencanaan, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang agar mencapai tujuan. Oleh karena itu, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam pengelolaan suatu organisasi diperlukan perencanaan, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian terhadap orang lain. Untuk mengkaji struktur musik Sumatera Incidental Music, dalam hal ini penulis menggunakan teori weigted scale yang di kemukakan oleh William P. Malm 1977: 8 yang di gunakan untuk mengkaji aspek musikal yang terdiri dari: 1 tangga nada, 2 nada dasar pitch center, 3 Wilayah nada ambitus, 4 jumlah pemakaian nada, 5 interval yang dipakai, 6 pola kadensa, 7 formula nada, 8 kantur garis melodi. Universitas Sumatera Utara

1.5. Metode Penelitian