Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap pertunjukan yang dilakukan oleh Sumatera Incidental Music, tahapan yang dilakukan tidak selalu sama dari satu
pertunjukan ke pertunjukan lainnya. Dengan kata lain, tahapan pertunjukan antara pertunjukan yang satu dengan pertunjukan yang lain selalu berubah-ubah sesuai
dengan tahapan pertunjukan yang telah disusun oleh event organizer.
4.2.9 Interpretasi Cerita Dalam Pertunjukan
Interperstasi cerita dalam sebuah pertunjukan sangatlah penting, sehingga nantinya pesan yang disampaikan oleh pelaku pertunjukan dapat diterima oleh
penonton dengan baik. Suatu pertunjukan dapat dikatakan berhasil apabila penonton mengerti dengan pesan yang disampaikan dalam sebuah pertunjukan.
Dalam mengiringi tarian atau pun teater musik yang dimainkan oleh Sumatera Incidental Music selalu disesuaikan dengan interperstasi cerita dalam pertunjukan
tersebut. Untuk itu sebelum melakukan pertunjukan, Sumatera Incidental Music selalu terlebih dahulu melakukan diskusi dengan sanggar teater maupun tari yang
akan diiringi, dengan demikian nantinya dalam pertunjukan yang dilakukan, musik dan teater maupun musik dan tari dapat berjalan secara teratur sesuai
dengan interperstasi dalam pertunjukan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4.2.10 Penonton
Peran penonton dalam sebuah seni pertunjukan tidak kalah pentingnya dari aktris yang melakukan pertunjukan di atas panggung. Tanpa adanya penonton,
sebuah pertunjukan tidak akan dapat terlaksana dengan baik. Sebuah pertunjukan dapat dikatakan sukses apabila pesan yang disampaikan oleh pelaku pertunjukan
dapat diterima dan dinikmati pera penonton dalam sebuah acara pertunjukan. Secara umum, seni pertunjukan terdiri dari adanya cerita, adanya tempa dan
adanya penonton. Di dalam sebuah pertunjukan seni, peranan penonton sangat menetukan. Tanpa disadari, para penonton secara tidak langsung juga ikut
bermain dengan memberikan respon terhadap apa yang sedang terjadi di atas pentas. Demikian deskripsi dan pola-pola pertunjukan yang dilakukan oleh
Sumatera Incidental Music. Berikutnya adalah bagaimana ciri khusus struktur musik yang dihasilkan oleh kelompok ini.
Universitas Sumatera Utara
4. 2 Struktur Musik 4.2.1 Notasi dan Transkripsi
Mengalihkan musik menjadi notasi pada kertas hal itu tidak sempurna karena setiap jenis notasi akan memilih dan menyoroti fenomena-fenomena
akustik tertentu, yang dianggap lebih penting oleh penulis. Kalau tidak demikian notasi tersebut akan begitu kompleks sehingga akan terlalu sulit untuk dicerna.
Namun demikian, karena daya ingat manusia terbatas dan hampir tidak dapat mengingat persis apa yang didengar beberapa detik yang lalu. Maka notasi
menjadi sangat penting dalam penelitian musik. Dalam etnomusikologi proses penotasian bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual disebut transkripsi.
Netll 1964:98 menyebutkan ada dua pendekatan dalam pendeskripsian musik yaitu: 1 kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa yang kita
dengar, 2 kita dapat menuliskan dalam berbagai cara keatas kertas dan mendiskripsikan apa yang kita lihat. Dari dua hal ini untuk memvisualisasikan
bunyi dari struktur musik yang digarap oleh Sumatera Incidental Music penulis menggunakan transkripsi agar lebih mudah menganalisisnya terutama tangga
nada, motiv, tonalitas, kadensa, dan lain-lain. Dengan demikian akan lebih mempermudah kita untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang apa
yang kita fikirkan dari apa yang kita dengar. Sebagaimana yang dikatakan Netll 1964:94 yang mengutip pendapat
Seger tentang penulisan notasi musik yang terdiri dari dua bagian yaitu notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi preskriptif hanya menulis bagian-bagian
yang dianggap menonjol dalam satu musik tanpa harus menuliskan secara lengkap
Universitas Sumatera Utara
hal-hal yang ada dalam musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang menggambarkan secara terperinci aspek-aspek musikal yang terdapat pada musik.
Oleh karena itu, pada skripsi ini penulis menggunakan pendekatan notasi deskriptif dalam menganalisa melodi dari struktur musik yang diaransemen oleh
Sumatera Incidental Music.
4.2.2 Proses Pentraskripsian
Untuk dapa menemukan secara terperinci detail-deteil dalam musik itu, penulis menggunakan beberapa langkah yang dianggap perlu. Penulis mencoba
untuk mendengarkan dengan berulang-ulang kali beberap musik yang dihasilkan oleh Sumatera Incidental Music yang akan ditranskripsi dan dianalisis oleh
penulis, untuk dapat mengamati materi nada, bentuk, motif, serta frasa dari melodi musik. Langkah selanjutnya adalah melakukan transkripsi. Sebelum melakukan
transkripsi penulis terlebih dahulu memperlambat kecepatan rekaman kaset setengah dari kecepatan aslinya. Hal ini sangat berguna sekali untuk mendapatkan
detil-detil melodi musik yang disajikan. Dalam menuliskan hasil transkripsi musik dari Sumatera Incidental Music,
penulis memakai notasi Barat. Hal ini disebabkan karena notasi Barat sangat efektif dalam penulisan ritem, tinggi rendahnya nada, symbol-simbol nada pada
garis paranada, durasi, pembagian waktu dalam ritem dan lain-lain. Dalam penyusunan nada-nada dari melodi musik, penulis memakai tanda kunci G seperti
yang sudah lajim digunakan. Penulis juga menggunakan tanda-tanda yang ditawarkan oleh Otto Abraham dan Van Hornbostel untuk memudahkan membaca
hasil transkripsi.
Universitas Sumatera Utara
Menyusun hasil transkripsi seperti yang terdapat pada tulisan ini adalah untuk mempermudah analisis melodi, sehingga dengan mudah akan dapat dilihat
tangga nada, nada dasar, wilayah nada, jumlah nada, interval, pola kadensa, formula melodi, dan kontur.
4.2.2.3 Sampel Repertoar
Dalam tulisan ini penulis menggunakan repertoar Sihutur Sanggul sebagai sampel repertoar dalam proses pentranskripsian. Repertoar tersebut akan terlebih
dahulu ditranskripsi ke notasi Barat setelah itu penulis akan menganalisis repertoar tersebut secara detail. Repertoar Sihutur Sanggul merupakan sebuah
repertoar musik tradisional yang berasal dari Batak Toba. Repertoar ini biasanya digunakan dalam seni pertunjukan untuk mengiringi tari. Repertoar ini dipilih
oleh penulis dengan criteria sebagai berikut: 1.
Merupakan repertoar musik tradisional yang digarap kembali oleh Sumatera Incidental Music menjadi musik kontemporer dengan tujuan
untuk mengiringi tari dalam sebuah seni pertunjukan. 2.
Repertoar ini merupakan salah satu repertoar yang terdapat dalam album Sumatera Incidental music yang terdiri dari tujuh repertoar musik.
3. Garapan sihutur sanggul versi Sumatera Incidental Music ini banyak
digunakan oleh sanggar-sanggar tari di kota Medan sebagai musik pengiring tarian mereka, baik itu secara live maupun melalui rekaman
audio dengan menggunakan cd album Sumatera Incidental Music.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.4 Tangga Nada
Netll 1964: 145 mengemukakan cara-cara mendeskripsikan tangga nada dengan menuliskan nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam
lagu. Tangga nada tersebut lalu digolongkan menurut jumlah nada yang dipakai, yaitu : Diatonik dua nada, tritonik tiga nada, tetratonik empat nada,
pentatonic lima nada, hexatonik enam nada, heptatonik tujuh nada. Dua nada yang memiliki jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja.
Yang dimaksud dengan tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada repertoar Sihutur Sanggul. Hal ini dilakukan melalui
pencacahan nada-nada mulai dari nada yang paling rendah sampai tertinggi. Adapun tangga nada untuk repertoar Sihutur Sanggul adalah sebagai berikut:
1 Nada yang terdapat pada instrument sulim dan hasapi
2 Nada yang terdapat pada instrument sarune bolon.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari jenis nada yang dipakai diatas maka lagu tersebut tergolong nada pentatonic yaitu jumlah nada yang dipakai ada lima nada. Nada yang
terdapat pada instrument sulim dan hasapi adalah D, E, Fis , G, A dan nada yang terdapat pada instrument sarune bolon adalah Bes, C, D, Es, dan F.
4.2.2.3 Nada Dasar
Menurut Netll 1964: 147 mengemukakan metode pendekatan dalam menemukan nada dasar, ada tujuh yang diusulkan menjadi perhatian penting
yaitu: a.
Melihat nada yang mana paling sering dipakai. b.
Melihat nada mana yang memiliki ritmis harga rirmis yang besar. c.
Melihat nada awal atau akhir komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas.
d. Nada paling rendah atau posisi tepat ditengah-tengah dianggap penting.
e. Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan.
f. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada.
g. Pengenalan yang akrab dengan pengalaman dengan gaya musik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9: Frekuensi pemakaian nada berdasarkan durasi ritmis
NADA RITMIS JUMLAH 3 2,5 2 1 0,5 ¾ ¼
D E
Fis G
A 1
- -
- -
1 -
- -
- 2
- -
- -
9 12
10 -
2 7
38 52
8 34
- -
- -
8 4
46 70
36 12
25 96
132 44
56
Berdasarkan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan dengan ketujuh pendekatan Netll yaitu:
a. Nada yang mana paling sering dipakai adalah nada Fis.
b. Nada yang memiliki ritmis harga rirmis paling besar adalah nada D.
c. Nada awal dan akhir komposisi yang mempunyai fungsi penting dalam
tonalitas. Dalam komposisi ini nada awal yaitu Fis dan nada akhir adalah D.
d. Nada paling rendah yaitu nada D dan posisi tepat ditengah-tengah adalah
nada Fis. e.
Interval-interval yang terdapat diantara nada kadang-kadang sebagai patokan tidak ada.
f. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada yaitu D.
g. Pengenalan yang akrab dengan pengalaman akan musik yaitu nada D.
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan di atas maka repertoar Sihuitur Sanggul sebagai nada dasarnya adalah nada D.
4.2.2.10 Wilayah Nada
Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang terdengar secara alami ditentukan oleh suara penghasil bunyi itu sendiri, ialah
dengan memperhatikan nada paling rendah hingga nada paling tinggi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ellis dan Malm 1977:35
tentang perhitungan frekuensi nada dengan memakai system cent, yaitu nada-nada yang berjarak 1 laras sama dengan 200 cent, dan nada-nada berjarak ½ laras sama
dengan 100 cent. Dengan melihat nada-nada yang telah ditranskripsikan maka lagu Sihutur
Sanggul yang diiringi oleh instrumen sulim, hasapi dan sarune bolon masing- masing mempunyai wilayah nada 700 cent 3,5 laras secara terperinci dapat
dilihat pada garis para nada di bawah ini.
1. Wilayah nada pada instrument sulim dan hasapi yaitu nada D sampai A
2. Wilayah nada pada instrument sarune bolon Bes sampai F
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.11 Jumlah Nada-nada yang Dipakai Modus
Netll 1964: 146 mengatakan dalam mendeskripsikan modus lagu paling tidak menyebutkan nada mana yang berfungsi sebagai nada dasar tonal center.
Nana-nada yang terpenting dalam lagu itu, nada-nada yang hanya dipakai sebagai nada pendamping nada lain dan sebagainya.
Lebih lanjut ia mengatakan gambaran tangga nada dan modus biasanya disampaikan lewat notasi tangga nada. Ditulis di atas garis paranaba dengan
harga-harga yang menandai fungsi-fungsi nada dan membedakan nada yang sering dipakai dalam komposisinya dan nada yang jarang dipakai. Nada dasar
biasanya ditulis sebagai not utuh, nada penting lainnya sebagai not setengah, nada biasa sebagai not seperempat, nada hiasan nada yang jarang muncul sebagai not
seperempat atau not seperdelapanbelas. Berpedoman pada metode diatas, maka penulis akan menganalisis modus
yang terdapat dalam instrumen sulim pada repertoar sihutur sanggul. Berikut ini merupakan modus yang terdapat pada repertoar Sihutur Sanggul:
24 96 132
44 56
Jumlah pemakaian nada-nada adalah sebagai berikut: nada D sebanyak 24 buah, nada E sebanyak 96 buah, nada Fis sebanyak 132 buah, nada G sebanyak 44
buah dan nada A sebanyak 56 buah. Frekuensi pemakaian nada ini dapat dibuat
Universitas Sumatera Utara
persentasenya untuk melihat komposisi melodi lagu. Untuk perhitungan persentasi pemakaian nada-nada ini penulis mempergunakan rumus:
X = YX x 100
Dimana : X : Jumlah persentase nada
Y: Jumlah pemakaian nada Z: Jumlah keseluruhan nada
Tabel 10: Persentase Pemakaian Nada Repertoar Sihutur Sanggul
No Nada
Pemakaian nada Total Nada
Persentase 1.
2. 3.
4. 5.
D E
Fis G
A 24
96 132
44 56
352 352
352 352
352 24 352 X 100 = 9,52
96 352 X 100 = 27, 27 132 352 X 100 = 37,5
44 352 X 100 = 12,5 56 352 X 100 = 15,9
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.12 Interval Nada
Interval adalah jarak antara satu nada ke nada berikutnya, naik maupun turun. Pada komposisi lagu interval ialah penggarapan melodi yang dicapai
melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat secara baik, turun maupun mendatar.
Monoff 1991:84 membuat pengukuran yang lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Interval mayor dinaikkan setengah langkah, maka interval tersebut menjadi
augmented, dan jika diturunkan setengah langkah maka intervalnya minor. 2.
Interval minor dinaikkan setengah langkah, maka interval itu akan menjadi mayor. Sebaliknya bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished.
3. Interval berkualitas perfect dinaikkan setengah langkah, maka interval
tersebut menjadi augmented. Bila diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished
8
. Dari hasil transkripsi repertoar Sihutur Sanggul, penulis akan
menggunakan instrument sulim untuk menentukan pemakaian interval, dan interval yang digunakan dapat di lihat dari table berikut:
7
Interval mayor dan minor digunakan untuk mengidentifikasi interval yang berjarak 2,3,6,7 dan sedang interval perfect, augmented, diminished untuk interval berjarak 1,4,5,8
Manoff, 1985:73.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11: Pemakain interval dalam repertoar Sihutur Sanggul
No Nama Interval
Posisi Jumlah
1 Prime 140
2 2m Naik
28 Turun
22 3 2M
Naik 40
Turun 58
4 3m Naik
6 Turun
18 5 3M
Naik 9
Turun 4
6 4P Naik
14 Turun
8 7 5P
Naik 2
Turun -
4.2.2.13 Pola Kadensa
Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang biasanya ditandai dengan masa istrahat. Pola kadensa yang dijelaskan penulis dari repertoar
Sihutur Sanggul adalah instrument hasapi, supaya pola kadensa pada repertoar Sihutur Sanggul lebih terlihat dengan jelas. Adapun pola-pola kadensa tersebut
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Frasa A
Frasa B
Frasa C
Frasa D
Frasa E
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.14 Formula Nada Bentuk
Nettl 1964 :149-150 mengatakan bahwa bentuk adlah hubungan diantara bagian-bagian dari seluruh komposisi, termasuk hubungan diantara unsur-unsur
melodis dan ritmis. Dalam mendeskripsikan bentuk harus memperhatikan dua masalah pokok yaitu:
1. Mengidentifikasikan unsur musik yang dijadikan dasar merupakan tema dari
sebuah komposisi. 2.
Mengidentifikasikan sambungan-sambuangan yang menunjukan bagian- bagian, frasa-frasa dan motif dalam sebuah komposisi.
Ada beberapa jenis bentuk form yang disebutkan Malm 1976:8 antara lain:
1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.
2. Iteratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil
dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam seluruh nyanyian. 3.
Reverting yaitu bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.
4. Strofik yaitu bentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama tetapi
teks nyanyiannya berbeda. 5.
Progresif yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan mengunakan materi melodi yang selalu baru.
Berikut ini merupakan analisis bentuk, frasa, dan motif pada repertoar sihutur sanggul:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Setelah dianalisis, bentuk repertoar pada sihutur sanggul dapat dituliskan dengan urutan A-A’-A-A’-B-C-B-C’-B-C-B-C’-D-E-D-E-D-E-D-E-F-F’-F-F’-G-
G’-G-G’. Bila dihubungkan dengan apa yang dikemukakan Malm maka bentuk melodi repertoar sihutur sanggul adalah repetitif yaitu bentuk nyanyian yang
diulang-ulang. Motif melodi pada bentuk A, C, F dan G diulang dengan nada sedikit
berbeda dan diberi lambang aksen untuk membedakan melodi tersebut. Sedangkan motif melodi pada B, D dan E pengulangan melodinya tidak
mengalami perubahan.
4.2.2.15 Kontur
Kontur adalah garis atau melodi sebuah lagu. Seperti yang dikemukakan oleh Malm 1964:8 kantur dapat dibedakan beberapa jenis yaitu:
a. Ascending yaitu garis melodi yang sifatnya menaik dari nada yang rendah ke
nada yang lebih tinggi. b.
Descending yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.
c. Pendolous yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang lebih
rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau sebaliknya.
d. Terraced yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga
dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian bergerak sejajar, kemudian bergerak lagi ke nada yang lebih tinggi dan seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
e. Statis yaitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang lingkup
yang terbatas datar. Berdasarkan jenis kontur yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka penulis
menyimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis kontur pada repertoar sihutur sanggul yaitu:
a. Terraced
b. Statis
c. Pendolous
Universitas Sumatera Utara
Secara ringkas dari analisis repertoar sihutur sanggul adalah sebagai berikut. 1.
Tempo : 130 MM disamakan dengan hasil rekaman
2. Durasi Waktu : 5.15 Menit
3. Meter
: 4 ketukan dalam satu siklus dan dinyatakan dalam meter 44
4. Motif ritem : A =
B = C =
5. Aksen : di setiap ketukan pertama
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Melalui penelitian ini, telah diperlihatkan sebuah pengelolaan grup musik tradisional yang menggarap musik tradisional menjadi musik kontemporer dan
juga mengkaji sebuah grup musik dalam mengkaji sebuah seni pertunjukan. Dalam tulisan ini penulis memilih Sumatera Incidental Music sebagai objek
penelitian. Grup musik Sumatera Incidental Music adalah grup musik yang menampilkan musik tradisional d isetiap pertunjukannya. Musik tradisional
adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling memengaruhi diantaranya
seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Grup ini menggarap musik etnik menjadi musik kontemporer dengan tujuan untuk dipertontonkan atau
untuk sebuah seni pertunjukan. Seni Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum sejak
istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini berkembang di Indonesia seiring makin
beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran antara praktek dari disiplin yang
berbeda, pilihan artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas- batas ruang dan waktu.
Pada umumnya Sumatera incidental music biasanya menggarap dan mempertunjukan musik etnik yang ada di Sumatera utara di antaranya musik
Universitas Sumatera Utara