yang diawetan dapat memicu terjadinya hipertensi.Suhardjo,1989 dalam Aisyiyah, FN 2009.
Menurut hasil penelitan Sigalingging,G di Rumah Sakit Herna, penderita hipertensi menurut suku menunjukan bahwa kelompok suku yang banyak menderita
hipertensi adalah suku Batak dengan jumlah 50 orang 62,5, Jawa dengan jumlah 10 orang 12,5, Karo 15 orang 18,5, dan lainnya 5 orang 6,25 .
d. Status sosioekonomi
Dinegara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukan bahwa tekanan darah dan prevalensi
hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan dan
pekerjaan. Akan tetapi dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan dan pra- peralihan dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan
sosioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemi penyakit kardiovaskuler. Pengalaman pada sebagian besar masyarakat telah
menunjukan bahwa peningkatan epidemi berpengaruh pada pembalikan golongan sosial ini .
23
Menurut hasil penelitan Sigalingging,G di Rumah Sakit Herna, penderita hipertensi menurut status sosialekonomi menunjukan bahwa kelompok pekerjaan
terdapat 40 orang 50 sebagai ibu rumah tangga, 20 orang 25 wiraswasta, 8 orang 10 pegawai swasta, 7 orang 8,75 pegawai negeri dan terdapat 5 orang
6,25 petani.
Universitas Sumatera Utara
e. Keturunan genetika
Riwayat keluarga yang menunjukan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di
masa datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama orang tua, saudara kandung yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin.
Dasar genetika tekanan darah tinggi yang didukung oleh penelitian eksperimental dengan baik, dan sementara
beberapa penyakit hipertensi monogen pada manusia telah dipaparkan. Hipertensi secara umum saat ini masih dianggap poligen. Sejumlah besar pembawa gen
hipertensi sedang diselidiki. Pada sejumlah orang normotensi dan hipertensi, baik dalam rihwayat keluarganya terdapat peningkatan tekanan darah ataupun tidak.
23
f. Obesitas
Bukti mengenai hubungan yang langsung, erat dan taat asas antara bobot badan dan tekanan darah muncul dari kajian pengamatan secara lintas bagian dan
prospektif. Kelebihan bobot tubuh obesitas berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapatkan hipertensi. Pada populasi barat, jumlah kasus hipertensi yang
disebabkan oleh obesitas diperkirakan 30-65. Dari data pengamatan WHO tahun 1996, regresi multivariat tekanan darah
menunjukan kenaikan TDS 2-3 mmHg dan TDD 1-3 mmHg utuk setiap kenaikan 10 kg bobot tubuh. Bagi seseorang yang memiliki lemak bertumpuk pada daerah sekitar
pinggang dan perut bentuk buah apel lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipaha dan pinggul. Indeks
massa tubuh digunakan untuk mengukur kadar kegemukan kombinasi atau
Universitas Sumatera Utara
perbandingan antara berat badan dan tinggi badan. Dimana dikatakan kurus bila IMT kurang dari 20, berat badan sehat bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-
27 dan obesitas bila IMT diatas 27.
23
g. Konsumsi Garam
Diet garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek ini diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet
natrium dari 180 mmol 10,5 gr perhari menjadi 80-100 mmol 4,7-5,8 perhari menurunkan tekanan darah sistolik 4-5 mmHg.
23
h. Alkohol minuman keras
Ada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi seperti ditunjukan oleh kajian lintas bagian maupun kajian
observasi. Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin maupun umur. Memang tidak jelas apakah ada
harga ambang, tetapi jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali perhari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum.
Peminum harian ternyata mempunyai TDD dan TDS lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu. Berapa pun
jumlah total yang diminum setiap minggunya.
23
i. Olah raga
Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai risiko 20- 50 lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa tindak lanjut jika dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
dengan orang yang lebih aktif dan bugar. Beraerobik secara teratur, yang cukup untuk mencapai sekurang-kurangnya kebugaran fisik sedang, ternyata bermanfaat, baik
untuk mencegah maupun untuk menangani hipertensi. Hubungan terbalik antara tekanan darah dan kegiatan aerobik pada waktu luang tetap ada, sekalipun telah
disesuaikan dengan faktor umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh dan kegiatan ditempat kerja.
23
2.7 Upaya Pencegahan Hipertensi