Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi, dalam penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ditemukan pula perubahan pada anatomi
otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil Yosep, 2008.
Faktor presipitasi adalah stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang
yang sangat penting atau diasingkan oleh kelompokmasyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi pasien berinteraksi dengan kelompok kurang,
suasana yang terisolasi sepi sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan
meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya
perubahan sensori persepsi pasien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang
menyenangkan Stuart Sundeen, 1998 dikutip dari Cyber nurse 2009.
7.4 Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut : a Berbicara, senyum dan tertawa sendiri.
b Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasakan sesuatu yang tidak nyata.
c Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
d Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi,
berganti pakaian dan berhias yang rapi. e Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan,
mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.
Towsend Mary, 1995 dikutip dari Cyber Nurse 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi. Penelitian ini adalah quasi eksperimen menggunakan desain pre test-post test pada kelompok intervensi dengan pemberian TAK
stimulasi persepsi yang diadopsi dari Budi Anna Keliat keliat, terdiri dari lima sesi.
Kemampuan mengontrol halusinasi digolongkan atas baik, cukup, kurang. Sebelum intervensi, dilakukan pre-test dengan lembar wawancara dan lembar
observasi observation sheet yang diadopsi dari Budi Anna keliat 2004 dan Purwaningsih 2009 yang berisi aspek yang dinilai pada tiap sesi. Sesi pertama:
pengenalan halusinasi; sesi kedua: cara mengatasi halusinasi; sesi ketiga: kegiatan mengontrol halusinasi; sesi keempat: kemampuan bersosialisasi; sesi kelima;
pemahaman obat. Kemampuan pasien mengontrol halusinasi dinilai kembali setelah
pemberian TAK stimulasi persepsi dengan melakukan post-test menggunakan lembar wawancara dan lembar observasi TAK stimulasi persepsi yang sama
dengan lembar observasi pre-test. Diharapkan setelah pemberian TAK stimulasi persepsi kemampuan mengontrol halusinasi akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara