Etiologi Kemampuan Mengontrol Halusinasi 1 Defenisi

7.3 Etiologi

Adapun etiologi dari halusinasi terbagi menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi dari halusinasi adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogen Carson, 2000. Menurut Cloninger 1989, gangguan jiwa terutama gangguan persepsi sensori: halusinasi dan gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik. Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari pasien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 , sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 . Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan pasien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 , sedangkan kembar dizygot memiliki kecenderungan 14-17 Yosep, 2008. Menurut Andreasan 1991, bahwa neurotransmiter dan resptor di sel-sel saraf otak neuron dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia Yosep, 2008. Universitas Sumatera Utara Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimiawi, dalam penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ditemukan pula perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahannya ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil Yosep, 2008. Faktor presipitasi adalah stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau diasingkan oleh kelompokmasyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi pasien berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi sepi sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya perubahan sensori persepsi pasien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan Stuart Sundeen, 1998 dikutip dari Cyber nurse 2009.

7.4 Tanda dan gejala

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan

20 113 94

Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Kemampuan Pasien Perilaku Kekerasan dalam Mengendalikan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

4 37 83

Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Pasien Halusinasi Dalam Mengontrol Halusinasi di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan.

7 44 80

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Pasien Isolasi Sosial di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

12 115 91

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI SETELAH MENGIKUTI TAK STIMULASI PERSEPSI.

0 0 2

Pengatuh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol halusinasi Klien Dengan Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

2 5 75

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan

0 2 9

174 Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Vevi Suryenti S.Kep, M.Kep1 , Eka Vita Sari

1 1 10

Gambaran Kemampuan Mengontrol Halusinasi Klien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

1 10 8

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RUANG SAKURA RSUD BANYUMAS

0 0 14