2.3 Karakteristik Individu
Menurut Robbins 2002, karakteristik individu termasuk usia, pendidikan, pelatihan, status perkawinan, status pekerjaan dan lama kerja.
2.3.1 Usia
Hubungan kinerja dengan usia sangat erat kaitannya, alasannya adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja menurun dengan bertambahnya usia. Pada
pekerja yang berusia tua dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Tetapi di lain pihak ada kualitas positif pada pekerja yang berusia tua, meliputi pengalaman,
pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu Robbins, 2002. Menurut Melcher 1995, faktor usia mempengaruhi prestasi kerja seseorang. Usia
30-40 tahun umumnya memiliki nilai motivasi, ambisi dan kerja keras untuk mencapai kesuksesan atau prestasi
2.3.2 Pendidikan
Menurut Handoko 2002, pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan kerja seorang pekerja. Oleh karena pendidikan adalah
langkah awal untuk melihat kemampuan sesorang. Sementara Hasibuan 2007, pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk
dapat menyelesaikan pekerjaan. Dengan latar belakang pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu
pembinaan dalam proses berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan cerminan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan berdasarkan
kemampuan dasar yang ada padanya.
2.3.3 Status Perkawinan
Menurut Soekanto 2000, perkawinan adalah ikatan yang sah. Ikatan sah yang dimaksud adalah ikatan dengan tujuan membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa antara seorang pria dan wanita yang menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara mereka maupun keturunannya.
Robbins 2002, mengemukakan pekerja yang telah menikah lebih sedikit mengalami absensi, pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaan
mereka dibandingkan rekan sekerja yang belum menikah. Pernikahan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi
lebih berharga dan penting.
2.3.4 Status Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk mendapatkan penghasilan untuk membiayai keluarga serta
menunjang kebutuhan rumah tangga.
2.3.5 Lama Kerja
Lama kerja seorang pekerja cenderung menggambarkan rasa betah bekerja terhadap suatu organisasi, hal ini disebabkan salah satu karena telah beradaptasi
Universitas Sumatera Utara
dengan lingkungan yang cukup lama sehingga seorang pekerja akan merasa nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi
atau perusahan mengenai jaminan hidup dihari tua Kreiner dan Kinicki, 2003.
2.3.6 Pelatihan
Pelatihan adalah proses belajar untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, atau merubah sikap pekerja sesuai kebutuhan. Menurut Nawawi 1997
dalam Petra 2007, pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan secara individual, kelompok dan atau berdasarkan
jenjangdalam organisasi perusahaan atau instansi. Notoadmodjo 2007, pelatihan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan khusus seseorang atau kelompok. Berdasarkan definisi tersebut, pelatihan merupakan alat bantu pekerja dalam
memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan sesorang dalam usaha mencapai
tujuan. Peran umum bidan di desa yaitu meningkatkan mutu dan pemerataan
jangkauan pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan AKI, AKB dan angka kelahiran yang didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk bertujuan
hidup sehat. Peran khusus 1 meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak balita,
serta pelayanan, konseling KB melalui upaya strategis posyandu dan polindes. 2
Universitas Sumatera Utara
Terjaringnya seluruh kasus risiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai kasus dan rujukannya.
3 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya 4 Meningkatkan perilaku hidup sehat pada ibu, keluarga dan
masyarakat yang mendukung upaya penurunan AKI dan AKB Depkes RI, 1996. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku Depkes RI, 1995. Bidan yang telah menyelesaikan
pendidikan ditempatkan di desa sebagai wilayah kerjanya. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan negara Kesatuan Republik Indonesia Depkes RI, 1991. Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta
bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas setempat dan bekerjasama dengan perangkat desa Depkes RI, 1995. Bidan di desa wajib tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah
kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa, bekerjasama dengan perangkat desa. Bidan di desa bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas setempat. Dipertegas
dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Masyarakat No. 278BMDJBKK III1994 tentang Tugas Pokok dalam menunjang upaya akselerasi penurunan AKB.
Universitas Sumatera Utara
Lahirnya kebijaksanaan Depkes menempatkan bidan di desa sejak tahun 1989 karena langkanya tenaga kesehatan yang tinggal menetap di desa sehingga bidan menjadi
tumpuan harapan untuk melakukan kegiatan di luar tugas pokoknya dan adanya pengamatan bahwa bidan di desa banyak dibebani dengan tugas lain yang kurang
berhubungan langsung dengan tugas pokok sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB Depkes RI,
1995. Kinerja bidan di desa dapat dinilai dari kesesuaian target cakupan pelayanan
yang dilakukannya dengan jumlah sasaran yang ada di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, bidan di desa harus mengetahui jumlah sasaran program Kesehatan Ibu dan Anak
KIA yaitu dengan sasaran ibu hamil, bersalin, bayi. Apabila hasil pendataan yang sebenarnya tidak dimiliki, maka dapat dilakukan perkiraan jumlah ibu hamil 2,7-3
dari jumlah penduduk, dan jumlah bayi 2,5 - 2,7 dari jumlah penduduk per tahun. Untuk validasi data maka jumlah yang dicatat bidan di desa tidak boleh berbeda
10 dari patokan di atas. Untuk K
1
per tahun tidak boleh kurang dari 90, bila kurang diasumsikan pemahaman tentang indikator cakupan dan penghitungan oleh
bidan di desa masih kurang, maka perlu ditindak lanjuti dalam supervisi dengan pembinaan intensif dan sebagai bahan informasi mengenai kinerja bidan di desa
Depkes RI, 2003. Sesuai dengan kebijakan penempatan bidan di desa merupakan salah satu
upaya terobosan dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan tingkat fertilitas maka bidan di desa perlu dibina secara mantap terstruktur agar bidan di desa
Universitas Sumatera Utara
mampu menunjukkan kinerja yang tinggi Gunawan, 1994. Pembinaan yang mantap dapat menjadikan bidan di desa konsisten mempunyai tujuan terarah kepada
penurunan AKI, AKB yang punya semangat baja, terampil dan kegiatan program KIA dengan kualitas tenaga barisan terdepan.
Menurut Depkes Tugas Pokok dan Fungsi TUPOKSI bidan di desa adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pokok :
a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas di desa di wilayah kerjanya berdasarkan
urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan.
b. Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya, agar
tumbuh kesadaran untuk dapat berperilaku sehat. 2.
Fungsi bidan di wilayah kerjanya : a.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pemberian kontrasepsi dan pengayoman medis
keluarga berencana. b.
Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan setempat.
c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi
d. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan. Membina kerjasama
lintas program lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
e. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke puskesmas atau
bilamana dalam keadaan darurat dapat merujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. f.
Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain, dan berusaha untuk
mengatasi sesuai dengan kemampuannya Depkes RI, 1995. Implementasi tugas dan fungsi pokok bidan di desa dapat dilihat dari
pelaksanaan program KIA di wilayah kerja puskesmas yang bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Program pelayanan KIA puskesmas dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran. 2.
Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggikomplikasi kebidanan, baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus-menerus.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan. 5.
Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Landasan Teori