Peranan Pengadilan Niaga Dalam Menyelesaikan Perkara Kepailitan

63 BAB IV AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA MENURUT UU NO 37 TAHUN 2004

A. Peranan Pengadilan Niaga Dalam Menyelesaikan Perkara Kepailitan

Dan PKPU Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Semasa ketentuan Faillisement Verordening Stb. 1905 No. 217 jo. Stb. 1906 No. 348 diberlakukan, maka setiap peristiwa kepailitan maupun hal penangguhan pembayaran utang dimohonkan dan diputus oleh pengadilan umum di pengadilan negeri. Ketentuan yang dilaksanakan berdasarkan peraturan semasa Failisement Verordening proses peradilannya sangat lamban dan berbelit-belit sehingga penyelesaian perkara memakan waktu yang lama dan terkesan kurang efisien. Di samping itu ketentuan dalam Failisement Verordening ini mengenal upaya banding sementara dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 dan Undang-undang No. 37 Tahun 2004 yang baru hanya dikenal upaya hukum kasasi dan peninjauan kembali. Disamping itu dari segi substansi ada beberapa hal yang menunjukkan kelemahan pada ketentuan Faillisement Verordening ini yaitu : a. Tidak jelasnya time frame yang akan diberikan untuk menyelesaikan kasus kepailitan akibatnya untuk menyelesaikan kasus kepailitan dibutuhkan waktu yang lama. 92 b. Jangka waktu untuk menyelesaikan utang melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU juga sangat lama yaitu memakan waktu 18 bulan. c. Apabila pengadilan menolak PKPU, pengadilan tersebut tidak diwajibkan untuk menetapkan debitor dalam keadaan pailit. d. Kedudukan debitor masih lemah, dalam hal pembatalan perbuatan debitor yang merugikan kreditor, jangka waktu yang diberikan hanya selama 40 hari sebelum pailit sedangkan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 jangka waktu tersebut diberikan sampai dengan 1 tahun 155 Kelemahan-kelemahan yang ada pada proses peradilan menurut ketentuan Faillisement Verordening Stb. 1905 No. 217 jo. Stb. 1906 dengan semasa Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 dan juga pada Undang-Undang Kepailitan yang baru Undang-undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU, sudah lebih maju lagi khususnya dalam hal pengajuan PKPU antara lain : a. Permohonan PKPU tidak hanya dapat diajukan oleh pihak debitor saja, tetapi juga sudah dapat diajukan oleh pihak kreditornya, hal ini tentunya menjadi sangat penting karena membuka secara luas ke arah proses perdamaian tidak semata-mata mempailitkan debitor. b. Proses di pengadilan niaga yang sangat cepat dalam memutuskanmengabulkan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU dimana jika permohonan diajukan oleh pihak 155 Mulaiman Hadad, op. cit, hal. 112. debitor hanya memerlukan batas waktu 3 hari, harus sudah dikabulkan PKPUnya oleh pihak pengadilan yaitu PKPU sementara pada Undang- undang No. 4 Tahun 1998 hal ini tidak disebut dengan jelas. Pada Pasal 214 ayat 2 hanya dikatakan pengadilan harus segera mengabulkan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang tanpa menetapkan batas waktu segera tersebut. Dalam rangka penyelesaian utang piutang tersebut di atas, diharapkan terwujud suatu mekanisme penyelesaian sengketa secara adil, cepat, terbuka dan efektif. Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam uraian-uraian pokok-pokok penyempurnaan undang-undang kepailitan bahwa dengan makin pesatnya perkembangan perekonomian dan perdagangan, makin banyak permasalahan utang piutang yang timbul di masyarakat dan pembentukan pengadilan khusus yang akan menyelesaikan pengadilan niaga dengan hakim-hakim yang bertugas secara khusus sehingga merupakan langka diferensial atas peradilan umum yang tentunya sejalan dengan undang- undang tentang kekuasaan kehakiman, dan untuk pertama kali pengadilan niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan pada saat sekarang ini kemungkinan sudah dibentuknya beberapa pengadilan negeri di Indonesia. 156 156 Ibid , hal. 115.

B. PKPU dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor Menurut UU

Dokumen yang terkait

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Timbal Balik

4 98 92

Dampak Pemberi Waralaba (Franchisor) Asing yang Dipailitkan Terhadap Penerima Waralaba (Franchisee) Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

0 0 2

PERMOHONAN PKPU YANG DIAJUKAN KEPADA DEBITOR SERTA PARA GUARANTORNYA DITINJAU BERDASARKAN HUKUM PERJANJIAN DAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTA.

0 0 1

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Timbal Balik

0 0 7

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut Undang-Undang Kepailitan - Ubharajaya Repository

0 0 17

JURNAL ILMIAH RENVOI DALAM KEPAILITAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

0 0 16